Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus

taman reservasi di Indonesia

Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus adalah cagar alam di Kecamatan Bitung Utara, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Cagar alam seluas sekitar 3.196 hektare ini merupakan tempat perlindungan monyet hitam sulawesi, tarsius, kuskus, maleo, dan rangkong. Di dalam kawasan ini terdapat dua jenis ekosistem, yaitu hutan hujan dan hutan lumut. Di eksositem hutan hujan tumbuh beringin, aras dan nantu. Sedangkan di ekosistem hutan lumut tumbuh bunga edelweis dan kantong semar. Secara geografis, cagar alam ini terletak di antara 125°3' -125°15' BT dan 1°30'-1°34' LU. Topografinya beragam dari landai sampai bergunung serta dari hutan pantai, hutan dataran rendah, hutan pegunungan dan hutan lumut. Kawasan ini mempunyai dua puncak gunung yakni Tangkoko (1.109 mdpl.) dan Batuangus (450 mdpl.) Currah hujan rata-rata sebanyak 2.500 - 3.000 mm/ tahun dengan suhu rata-rata 20-25° C. Musim kemarau terjadi selama bulan April-November.[1] Kawasan cagar alam ini dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Utara.

Tarsius di Tangkoko
Monyet hitam sulawesi di Tangkoko

Sejarah

Pantai Batuputih

Kehidupan satwa liar di kawasan Tangkoko sudah diketahui secara luas dan dikunjungi oleh Alfred Russel Wallace pada tahun 1861. Di Tangkoko, Wallace mengumpulkan spesimen babirusa dan maleo yang waktu itu sangat mudah dijumpai. Ketika itu, pasir hitam di pantai Tangkoko merupakan tempat bersarang dan penetasan telur maleo. Akibat eksploitasi oleh penduduk setempat, koloni maleo di pantai Tangkoko tidak lagi ditemukan pada tahun 1915, dan hanya tersisa sejumlah kecil koloni di pedalaman.[2]

Kawasan Tangkoko pertama kali ditetapkan Pemerintah Hindia Belanda sebagai hutan lindung pada tahun 1919 berdasarkan GB 21/2/1919 stbl. 90, dan diperluas pada tahun 1978 dengan ditetapkannya Cagar Alam Duasudara (4.299 hektare) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 700/Kpts/Um/11/78.[3]

Pada 24 Desember 1981, Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 1049/Kpts/Um/12/81 menetapkan kawasan ini sebagai Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus.[4] Surat keputusan yang sama menetapkan kawasan seluas 615 hektare di antara Cagar Alam Tangkoko dan Kelurahan Batuputih[5] sebagai Taman Wisata Batuputih,[6][5] dan kawasan seluas 635 hektare di antara Cagar Alam Tangkoko dan Desa Kasawari sebagai Taman Wisata Alam Batuangus.[5]

Topografi

Kawasan ini memiliki topografi landai hingga berbukit yang terdiri dari hutan pantai, hutan dataran rendah, hutan pegunungan, dan hutan lumut. Di kawasan ini terdapat dua puncak gunung: Gunung Tangkoko (1.109 m) dan Gunung Dua Saudara (1.109 m), serta Gunung Batuangus (450 m) di bagian tenggara. Di sebelah timur laut terdapat Dataran Tinggi Pata.[3]

Iklim

Kawasan ini termasuk zona iklim A, dengan curah hujan sebesar 2.500-3.000 mm per tahun, suhu rata-rata antara 20 °C dan 25 °C. Musim kemarau berlangsung dari April hingga November,[4] dan musim hujan dari November hingga April.

Keanekaragaman hayati

Flora

Palem Livistona rotundifolia

Di kawasan ini terdapat hutan hujan yang didominasi coro (Ficus septica Burm.f.), ares (Duabanga moluccana), gora hutan (Phaleria capitata Jack.), mangga hutan (Buchanania arborescens Bl.), lengki (Leea angulata Korth.), bintangar (Kleinchofia hospita L.), dan bombongan (Bignoniaceae), dan nantu (Palaquim obtusifolium).[4][7] Di hutan lumut bisa dijumpai edelweis (Anaphalis javanica) dan berbagai spesies kantong semar, salah satunya Nepenthes maxima.[4]

Di kawasan Taman Wisata Batu Putih terdapat tumbuhan pantai seperti ketapang, bitung, pandan, jati, dan mahang (Macaranga).[6]

Fauna

Serak sulawesi (Tyto rosenbergii) di Tangkoko
Video monyet hitam sulawesi di Tangkoko

Mamalia

Monyet hitam sulawesi (Macaca tongkeana), tarsius (Tarsius spectrum), kuskus (Ailurops ursinus), kuskus kerdil (Strigocuscus celebensis), anoa, tupai (Tupaia sp), musang sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii).[3]

Burung

Pada tahun 1980 dicatat sejumlah 140 spesies burung, termasuk burung tahun rangkong (Rhythitceros cassidix) dan maleo (Macrocephalon maleo) yang endemik Sulawesi.[3] Spesies lain di antaranya pergam hijau (Ducula aenea), srigunting jambul-rambut (Dicrurus hottentottus), jalak tunggir-merah (Scissirostrum dubium), raja-udang pipi-ungu (Cittura cyanotis), udang merah sulawesi (Ceyx fallax), celepuk sulawesi (Otus manadensis), rangkok sulawesi (Penelopides exarhatus).[8]

Reptilia

Jenis reptilia dan ular yang dijumpai adalah ular sanca kembang (Python reticulatus), kobra (Naja naja), ular anang (Ophiophagus hannah), Tropidolaemus wagleri, soa-soa (Hydrosaurus amboinensis), biawak indicus (Varanus indicus), dan cecak terbang sayap merah (Draco sp.)[3] Satwa laut di antaranya penyu hijau (Chelonia mydas), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata).[3]

Lokasi

Cagar alam ini sekitar 60 km dari Manado atau 20 km dari Kota Bitung. Di Bitung terdapat hotel dan penginapan untuk wisatawan. Di Kelurahan Batuputih Bawah yang berdekatan dengan lokasi cagar alam juga terdapat penginapan.

Referensi