Hepatitis tanpa asal jelas pada anak-anak 2022

hepatitis yang tidak diketahui asal dan sebabnya pada anak-anak tahun 2022

Pada tahun 2022, beberapa kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya (asal dan sebabnya) pada anak-anak dilaporkan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dari beberapa negara.[4][5] Sebelumnya, pada Oktober 2021, sebuah klaster kasus hepatitis akut dikenali di rumah sakit anak di Negara Bagian Alabama, Amerika Serikat (AS).[6][7] Pada 2 Mei 2022, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan bahwa tiga anak meninggal dunia akibat hepatitis akut selama April 2022.[3]

Hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya
Peta negara yang melaporkan memiliki kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya (per 7 Mei 2022)
PenyakitHepatitis akut
Galur virusBelum diketahui (diduga adenovirus)[1]
TanggalOktober 2021–saat ini
Kasus terkonfirmasi>200 (per 6 Mei 2022)[2]
Kematian
3 (di Indonesia per 1 Mei 2022)[3]

Gejala

Gejala yang ditemukan pada para penderita penyakit ini adalah sebagai berikut:[3][8]

Dugaan penyebab

Mikrograf elektron transmisi dua partikel adenovirus

Pada 25 April 2022, Meera Chand, kepala bidang infeksi baru dan klinis di Badan Keamanan Kesehatan UK mengatakan bahwa informasi dari penyelidikan mereka mengarah kepada hubungan kenaikan jumlah kasus hepatitis akut pada anak-anak dengan infeksi adenovirus.[1][9] BBC News melaporkan bahwa sebagian ilmuwan merasa bahwa kenaikan jumlah kasus bisa disebabkan oleh perubahan tampilan genetik adenovirus yang menyebabkan hepatitis sehingga lebih ampuh membuat radang hati.[1] Penjelasan lainnya adalah pembatasan fisik yang diterapkan selama Pandemi Covid-19 menyebabkan anak-anak terlambat terpapar adenovirus sehingga memiliki respons kekebalan tubuh yang lebih kuat.[1] Penjelasan lain yang mungkin meliputi racun, infeksi virus bersama Covid-19, dan infeksi dengan Covid-19.[2][10] Menurut WHO, teori-teori tersebut butuh penyelidikan lebih lanjut.[4]

Meski peluang hubungan antara kasus hepatitis akut selain A–E dan efek samping vaksinasi Covid-19 dipertimbangkan, peluang tersebut tampak kecil dan tidak sesuai karena kebanyakan kasus terjadi pada anak-anak yang belum divaksinasi terhadap Covid-19.[11][12] Per laporan terakhir; walau jarang, kasus hepatitis akut selain A–E terjadi pada anak-anak balita yang tidak boleh divaksinasi Covid-19 sehingga sangat kecil peluang vaksinasi Covid-19 berpengaruh dalam wabah ini.[11][13]

Sejarah

Dari Oktober 2021 sampai Februari 2022, sembilan anak di Rumah Sakit Children's of Alabama ditemukan menderita hepatitis parah tanpa asal jelas.[6][7] Semuanya sehat sebelumnya. CDC AS diberi tahu pada November 2021.[14]

Pada 31 Maret 2022, Kesehatan Masyarakat Skotlandia (PHS) diberi tahu tentang lima anak berusia tiga sampai lima tahun yang didiagnosis menderita hepatitis tanpa asal yang jelas di Royal Hospital for Children (Glasgow).[15] Pada 5 April 2022, Peraturan Kesehatan Internasional (IHR) National Focal Point (NFP) untuk Britania Raya (UK) memberi tahu WHO tentang sepuluh kasus hepatitis parah akut tanpa asal jelas pada anak-anak di Skotlandia yang salah satunya telah bergejala sejak Januari, sedangkan sisanya baru bergejala pada Maret 2022.[16] Mereka sehat sebelumnya.[17] Pada 8 April 2022, jumlah kasus yang dikenali di UK mencapai 74 dan enam di antaranya butuh transplantasi hati.[16][18] Setelahnya, beberapa kasus dilaporkan di Irlandia dan Spanyol.[16] Pada 21 April 2022, terdapat 114 kasus di UK.[19]

Pada 23 April 2022, sebelas negara Eropa dan Amerika Serikat telah melaporkan setidaknya 169 kasus hepatitis akut pada anak-anak di bawah 16 tahun dengan kasus terbanyak di UK.[4] Virus-virus penyebab hepatitis pada umumnya, A, B, C, D, dan E, tidak ditemukan dalam seluruh 169 kasus.[4] Kebanyakan tidak mengalami demam, tetapi mengalami diare, muntah, dan mulas sebelum ditemukan mengalami kenaikan enzim hati dalam darah mereka dan mengalami penyakit kuning.[4] Menurut WHO, "Belum jelas apakah terdapat peningkatan jumlah kasus hepatitis atau peningkatan kesadaran terhadap kasus hepatitis yang muncul pada laju yang diduga, tetapi tidak terdeteksi."[4] WHO mengonfirmasi satu kematian anak, 17 transplantasi hati, dan bahwa anak termuda yang terkena berusia satu bulan.[4] Setidaknya, terdapat 74 yang dites positif adenovirus, 20 yang dites positif SARS-CoV-2, dan 19 di antaranya positif keduanya.[4] Kebanyakan anak-anak yang menderita belum menerima vaksin COVID-19.[4] Laporan WHO pada 23 April 2022 mengonfirmasi bahwa terdapat 114 kasus yang dilaporkan di UK dan Irlandia Utara, 13 di Spanyol, 12 di Israel, 9 di AS, 6 di Denmark, <5 di Irlandia, 4 di Belanda, 4 di Italia, 2 di Norwegia, 2 di Prancis, 1 di Romania, dan 1 di Belgia.[4] WHO telah memulai penyelidikan terhadap wabah ini.[20]

Per 25 April 2022, kebanyakan kasus dikonfirmasi di bawah lima tahun dan sepuluh di antaranya butuh transplantasi hati.[9] Tidak ada kematian di UK.[9]

Pada 26 April 2022, Agensi Kesehatan Masyarakat Kanada mengumumkan bahwa mereka sedang menyelidiki laporan-laporan penyakit yang menyerang anak-anak ini dalam negaranya. The Guardian juga melaporkan bahwa telah dilaporkan kasus di Asia, khususnya di Jepang pada 21 April 2022 dan di Singapura pada 30 April 2022.[21][22][23] Pada 30 April 2022, Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan bahwa anak berusia sepuluh bulan dengan hepatitis akut tanpa sebab jelas masuk rumah sakit pada 25 April.[24]

Per 1 Mei 2022, WHO telah menerima laporan setidaknya 228 kasus probable dari 20 negara dan lebih dari 50 kasus dalam penyelidikan.[25]

Pada 2 Mei 2022, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan bahwa tiga anak meninggal dunia akibat hepatitis akut selama April 2022.[3][26]

Pada 6 Mei 2022, Malaysia melaporkan sebuah kasus hepatitis tanpa asal jelas terhadap anak laki-laki berusia empat tahun yang masuk rumah sakit pada Maret 2022 dan kemudian menjalani transplantasi hati setelah keadaannya memburuk. Dia diuji negatif terhadap sebab-sebab lain hepatitisnya, tetapi baru-baru ini terkena COVID-19.[27]

Pada 6 Mei juga, CDC juga melaporkan bahwa mereka sedang menyelidiki 109 anak dengan hepatitis tanpa asal jelas, termasuk 5 kematian yang tercatat. Lebih dari 90 persen anak dirawat dan 14 persen menerima transplantasi hati karena gagal hati. Mayoritas anak-anak telah pulih.[2]

Lihat pula

Referensi

Pranala luar