Maulid Nabi Muhammad

salah satu upacara keagamaan di dunia

Maulid Nabi Muhammad kadang-kadang Maulid Nabi atau Maulud saja (Arab: مولد النبي, translit: Maulid an-Nabī), adalah peringatan hari lahir Nabi Islam Muhammad, yang menurut tradisi sebagian Sunni jatuh pada 12 Rabiulawal[2] dan Syiah pada 17 Rabiulawal[3][4] dalam penanggalan Hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah kematian Muhammad. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Muhammad.

Maulid Nabi
Perayaan Maulid Nabi di Minar-e-Pakistan, Lahore, Pakistan
Nama resmiعيد المولد النبوي
Eid Mawlid an-Nabī
Nama lain
  • Maulid Nabi (Indonesia)
  • Molod (Aceh)
  • Maulidar Rasul (Melayu)
  • Muludan (Sunda)
  • Mulud Nabi / Muludhan (Jawa)
  • Havliye, Donba, Gani (Afrika)[1]
Dirayakan olehPenganut agama Islam utamanya Islam Sunni, Islam Syiah, dan variasi Islam denominasi lainnya
JenisIslam
MaknaPeringatan (tradisional) kelahiran Nabi Muhammad
Kegiatan
Tanggal12 Rabiulawal (Sunni)
17 Rabiulawal (Syiah)
FrekuensiTahunan/bulan (setiap 12 bulan)

Banyak firkah-firkah Islam merayakan Maulid.[5][6] Dengan munculnya kelompok Salafiyah, Wahabisme, Deobandi, Ahli Hadis, dan Ahmadiyаh,[7] umat Muslim mulai banyak yang menolak perayaan tersebut, karena dianggap bid'ah yang sesat.[8][9] Juga diakui sebagai hari libur di negara mayoritas Muslim, kecuali Qatar dan Arab Saudi. Sejumlah negara mayoritas nonmuslim dengan populasi penduduk yang besar seperti Etiopia, India, Tanzania, dll., juga mengakui Maulid sebagai hari libur nasional.[10]

Sejarah

Menurut keterangan dari al-Maqrizi dalam kitabnya al-Khathat, perayaan Maulid dimulai ketika zaman Daulah Fatimiyah (berkuasa abad ke-4 H) yang diperintah oleh penguasa Syiah Ismailiyah di Mesir. Mereka membuat banyak acara perayaan maulid, seperti maulid Nabi, maulid 'Ali bin Abi Thalib, maulid Fatimah, hingga maulid Hasan bin 'Ali dan Husain bin 'Ali.[11] Hal inilah yang menyebabkan para ulama klasik seperti Tajuddin al-Fakihani dan as-Sakhawi, murid Imam Nawawi, menetapkan fatwa bahwa perayaan Maulid adalah bid'ah tercela.[12]

Sementara itu, menurut sumber lain, maulid dikembangkan oleh Abu al-Abbas al-Azafi.[13]

Pakar sejarah Islam seperti Ibnu Khallikan, Sibth bin Al-Jauzi, Ibnu Katsir, As-Sakhawi, As-Suyuthi, dan lainnya telah sepakat menyatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar. Namun juga terdapat pihak lain yang mengatakan bahwa Sultan Salahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi. Sultan Salahuddin pada kala itu membuat perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat Islam yang telah padam untuk kembali berjihad dalam membela Islam pada masa Perang Salib.

Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni mengatakan,

Salahuddin-lah yang menaklukkan Mesir. Dia menghapus dakwah ‘Ubaidiyyun yang menganut aliran Qaramithah Bathiniyyah (aliran yang jelas sesatnya, pen). Shalahuddin-lah yang menghidupkan syari’at Islam di kala itu.[14]

Dalam perkataan lainnya, Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni mengatakan,

Negeri Mesir kemudian ditaklukkan oleh raja yang berpegang teguh dengan Sunnah yaitu Salahuddin. Dia yang menampakkan ajaran Nabi yang shahih di kala itu, berseberangan dengan ajaran Rafidhah (Syiah). Pada masa dia, akhirnya ilmu dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa-sallam semakin terbesar luas.[15]

Sumber lain mengatakan perayaan Maulid yang sebenarnya diprakarsai oleh Dinasti Fatimiyah, sebagaimana dinyatakan oleh banyak ahli sejarah.

Al Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan, “Para khalifah Fatimiyyun memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari ‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah az-Zahra, maulid khalifah yang sedang berkuasa, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Ramadan, perayaan malam penutup Ramadan, perayaan ‘Idulfitri, perayaan ‘Iduladha, perayaan ‘Idulghadir, perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan malam Al-Kholij, hari Nowruz (Tahun Baru Persia), hari Al-Ghottos, hari Milad (Natal), hari Al-Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari Rukubaat.”[16]

Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti Mesir, dalam kitabnya mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam perayaan maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Hasan dan Husain, maulid khalifah yang berkuasa saat itu yaitu al-Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti Fatimiyyun) pada tahun 362 H.[17]

Begitu pula Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al-Ibda’ fi Madhoril Ibtida’ (hal. 251) dan al-Ustaz ‘Ali Fikriy dalam Al-Muhadharat al-Fikriyah (hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun).[18]

Tanggal

Tanggal untuk Maulid Nabi
HijriahSunniSyiah
13804 September 19609 September 1960
138124 Agustus 196129 Agustus 1961
138213 Agustus 196218 Agustus 1962
13833 Agustus 19638 Agustus 1963
138422 Juli 196427 Juli 1964
138511 Juli 196516 Juli 1965
13861 Juli 19666 Juli 1966
138720 Juni 196725 Juni 1967
13889 Juni 196814 Juni 1968
138929 Mei 19693 Juni 1969
139018 Mei 197023 Mei 1970
13918 Mei 197113 Mei 1971
139226 April 19721 Mei 1972
139315 April 197320 April 1973
13945 April 197410 April 1974
139525 Maret 197530 Maret 1975
139613 Maret 197618 Maret 1976
13972 Maret 19777 Maret 1977
139820 Februari 197825 Februari 1978
13999 Februari 197914 Februari 1979
140030 Januari 19804 Februari 1980
140118 Januari 198123 Januari 1981
14028 Januari 198213 Januari 1982
140328 Desember 19822 Januari 1983
140417 Desember 198322 Desember 1983
14055 Desember 198410 Desember 1984
140625 November 198530 November 1985
140714 November 198619 November 1986
14084 November 19879 November 1987
140923 Oktober 198828 Oktober 1988
141012 Oktober 198917 Oktober 1989
14112 Oktober 19907 Oktober 1990
141221 September 199126 September 1991
141310 September 199215 September 1992
141430 Agustus 19934 September 1993
141520 Agustus 199425 Agustus 1994
14169 Agustus 199514 Agustus 1995
141728 Juli 19962 Agustus 1996
141817 Juli 199722 Juli 1997
14196 Juli 199811 Juli 1998
142026 Juni 19991 Juli 1999
142115 Juni 200020 Juni 2000
14224 Juni 20019 Juni 2001
142325 Mei 200230 Mei 2002
142414 Mei 200319 Mei 2003
14252 Mei 20047 Mei 2004
142621 April 200526 April 2005
142711 April 200616 April 2006
142831 Maret 20075 April 2007
142920 Maret 200825 Maret 2008
14309 Maret 200914 Maret 2009
143126 Februari 20103 Maret 2010
143215 Februari 201120 Februari 2011
14334 Februari 20129 Februari 2012
143424 Januari 201329 Januari 2013
143513 Januari 201418 Januari 2014
14363 Januari 20158 Januari 2015
143724 Desember 201529 Desember 2015
143812 Desember 201617 Desember 2016
14391 Desember 20176 Desember 2017
144020 November 201825 November 2018
14409 November 201914 November 2019
144229 Oktober 20203 November 2020
144319 Oktober 202124 Oktober 2021
14448 Oktober 202213 Oktober 2022
144528 September 20233 Oktober 2023
144616 September 202421 September 2024
14475 September 202510 September 2025
144825 Agustus 202630 Agustus 2026
144915 Agustus 202720 Agustus 2027
14503 Agustus 20288 Agustus 2028
145124 Juli 202929 Juli 2029
145213 Juli 203018 Juli 2030
14532 Juli 20317 Juli 2031
145420 Juni 203225 Juni 2032
145510 Juni 203315 Juni 2033
145630 Mei 20344 Juni 2034

Perayaan

Sebagian masyarakat Sunni dan Syiah di dunia merayakan Maulid Nabi. Sunni merayakannya pada tanggal 12 Rabiul Awal sedangkan Syiah merayakannya pada tanggal 17 Rabiul Awal, yang juga bertepatan dengan ulang tahun Imam Syiah yang keenam, yaitu Ja'far ash-Shadiq.

Maulid dirayakan di banyak negara dengan penduduk mayoritas Muslim di dunia, serta di negara-negara lain di mana masyarakat Muslim banyak membentuk komunitas, contohnya antara lain di India, Britania Raya, Rusia,[19] dan Kanada.[20][21][22][23][24][25][26][27][28]

Masyarakat Muslim di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan selawat nabi, pembacaan syair Barzanji atau Simtuddurar, serta pengajian. Menurut penanggalan Jawa, bulan Rabiulawal disebut bulan Mulud, dan acara Muludan juga dirayakan dengan perayaan dan permainan gamelan Sekaten. Dan tradisi endhog-endhogan yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa-Using di Banyuwangi, Jawa Timur.[29]
Arab Saudi dan Qatar adalah negara dengan penduduk mayoritas Muslim yang tidak menjadikan Maulid sebagai hari libur resmi.[30] Partisipasi dalam ritual perayaan hari besar Islam ini umumnya dipandang sebagai ekspresi dari rasa keimanan dan kebangkitan keberagamaan bagi para penganutnya.[31]

Galeri

Lihat pula

Referensi

Catatan kaki

Bibliografi

Bacaan lanjutan

  • Hagen, Gottfried (2014), "Mawlid (Ottoman)", in Muhammad in History, Thought, and Culture: An Encyclopedia of the Prophet of God (2 vols.), Edited by C. Fitzpatrick and A. Walker, Santa Barbara, ABC-CLIO.
  • Malik, Aftab Ahmed (2001). The Broken Chain: Reflections Upon the Neglect of a Tradition. Amal Press. ISBN 0-9540544-0-7. 
  • Picken, Gavin (2014), "Mawlid", in Muhammad in History, Thought, and Culture: An Encyclopedia of the Prophet of God (2 vols.), Edited by C. Fitzpatrick and A. Walker, Santa Barbara, ABC-CLIO.
  • Tahir-ul-Qadri, Muhammad (2014). Mawlid al-Nabi: Celebration and Permissibility. Minhaj-ul-Quran Publications. ISBN 978-1-908229-14-4. 
  • Ukeles, Raquel. "The Sensitive Puritan? Revisiting Ibn Taymiyya's Approach to Law and Spirituality in Light of 20th-century Debates on the Prophet's Birthday (mawlid al-nabī)." Ibn Taymiyya and His Times, ed. Youssef Rapport and Shahab Ahmed, 319–337. Karachi: Oxford University Press, 2010.
  • Katz, Marion Holmes (2007). The Birth of The Prophet Muhammad: Devotional Piety in Sunni Islam. Routledge. ISBN 978-1-135-98394-9. 

Pranala luar