Janji baptis

(Dialihkan dari Pembaruan janji baptis)

Janji baptis adalah bentuk penolakan terhadap kejahatan yang wajib untuk diucapkan oleh calon baptis dewasa baptis sebelum diberikan sakramen baptis.[1] Bagi para calon baptis yang menerima baptisan anak/bayi, janji baptis mereka diwakilkan oleh wali baptis atau orang tua mereka sendiri. Dalam kebanyakan denominasi Kristen, penyebutan janji baptis menjadi salah satu langkah bagi seseorang untuk menerima baptis yang memasukkan mereka ke dalam keanggotaan gereja.[2]

Kaul baptis diambil oleh calon, wali baptis, atau orang tua ketika seseorang menerima sakramen baptisan .

Janji baptis Katolik

Menurut Ritus Romawi dalam Gereja Katolik Roma, imam menanyakan tiga pertanyaan untuk para calon baptis (atau kepada wali baptis/orang tua calon baptis bagi calon baptisan bayi).[3]

I:Apakah/sanggupkah Saudara menolak kejahatan dalam diri saudara sendiri dan dalam masyarakat?
U:Ya, saya menolak/sanggup.
I:Apakah/sanggupkah saudara menolak godaan-godaan setan dalam bentuk takhayul, perjudian, dan hiburan yang tidak sehat?
U:Ya, saya menolak/sanggup.
I:Apakah saudara menolak segala tindakan dan kebiasaan tidak adil dan tidak jujur yang melanggar hak-hak asasi manusia?
U:Ya, saya menolak/sanggup.

Pembaruan janji baptis

Dalam Gereja Katolik Roma, Gereja Lutheran, dan Gereja Anglikan, ritual pembaruan janji baptis dijalankan secara luas dan umumnya dilaksanakan pada upacara Komuni Pertama dan Penguatan/Krisma, serta pada Malam Paskah setiap tahunnya.[3] Selain itu, Martin Luther, bapak Gereja Lutheran, mengajarkan bahwa "kita harus memperbarui baptisan kita setiap hari" dan dengan demikian, ketika orang percaya bangun di pagi hari, mereka harus menyatakan "Saya dibaptis dalam Kristus."[4] Pada Malam Tahun Baru, jemaat-jemaat yang tergabung dalam berbagai koneksion Metodis, seperti United Methodist Church, Free Methodist Church, dan Pilgrim Holiness Church, mengadakan "kebaktian jaga malam" dalam bentuk Kebaktian Pembaruan Perjanjian, sehingga umat Metodis dapat memperbarui perjanjian mereka dengan Tuhan secara pribadi setiap tahunnya; pelaksanaan liturgi ini menurut tradisi didahului dengan doa dan puasa.[5][6]

Referensi

Pranala luar