Pirazinamida

senyawa kimia

Pirazinamid merupakan suatu obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati tuberkulosis.[2] Obat ini digunakan secara bersamaan dalam bentuk kombinasi dosis tetap dengan rifampisin, isoniazid, etambutol, dan streptomisin.[3] Pirazinamid tidak disarankan untuk pengobatan tuberkulosis yang bersifat laten.[2] Pirazinamid dikonsumsi melalui mulut.[1]

Pirazinamida
Nama sistematis (IUPAC)
pirazin-2-karboksamida
Data klinis
Nama dagangRifater, Tebrazid, lainnya[1]
AHFS/Drugs.commonograph
MedlinePlusa682402
Kat. kehamilanC
Status hukumDengan resep
RuteMelalui mulut
Data farmakokinetik
Bioavailabilitas>90%
Metabolismehati
Waktu paruh9-10 jam
Ekskresiginjal
Pengenal
Nomor CAS98-96-4 YaY
Kode ATCJ04AK01
PubChemCID 1046
Ligan IUPHAR7287
DrugBankDB00339
ChemSpider1017 YaY
UNII2KNI5N06TI YaY
KEGGD00144 YaY
ChEBICHEBI:45285 YaY
ChEMBLCHEMBL614 YaY
NIAID ChemDBAIDSNO:007697
Data kimia
RumusC5H5N3O 
Massa mol.123,113 g/mol
SMILESeMolecules & PubChem
  • InChI=1S/C5H5N3O/c6-5(9)4-3-7-1-2-8-4/h1-3H,(H2,6,9) YaY
    Key:IPEHBUMCGVEMRF-UHFFFAOYSA-N YaY

Efek samping yang umum terjadi antara lain mual, hilang nafsu makan, nyeri otot, dan ruam.[2] Efek samping berat yang mungkin terjadi antara lain asam urat, toksisitas hati, dan sensitivitas terhadap sinar matahari.[2] Pirazinamid tidak direkomendasikan untuk digunakan pada pasien dengan penyakit hati bertat atau porfiria.[4] Masih belum diketahui secara pasti tentang profil keamanan penggunaan pirazinamid pada pasien yang sedang hamil, tetapi kemungkinan besar aman digunakan pada pasien yang menyusui.[4] Mekanisme kerja pirazinamid masih belum diketahui sepenuhnya.[2]

Pirazinamid ditemukan pada tahun 1936, tetapi baru pada tahun 1972 pirazinamid digunakan secara luas.[5] Obat ini termasuk dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia.[6] Pirazinamid tersedia dalam bentuk generik.[2] Biaya pengobatan dengan pirazinamid negara berkembang sebesar 2,76 USD per bulan.[7] Di Amerika Serikat, biaya pengobatan sebesar 100 hingga 200 USD per bulan.[8] Di Indonesia, pengobatan untuk tuberkulosis ditanggung oleh pemerintah sepenuhnya dan pasien dapat berobat secara gratis.[9][10]

Indikasi

Pirazinamid harus digunakan dengan kombinasi obat lain seperti isoniazid, rifampisin, dan etambutol dalam pengobatan Mycobacterium tuberculosis. Pirazinamid tidak diindikasikan untuk infeksi mycobacterium lainnya seperti Mycobacterium kansasii karena organisme tersebut resisten terhadap pirazinamid.[2]

Pirazinamid digunakan dalam 2 bulan pertama pengobatan tuberkulosis untuk mengurangi durasi pengobatan menjadi 6 bulan.[11] Pengobatan tuberkulosis tanpa pirazinamid memerlukan waktu pengobatan 9 bulan atau lebih.[2]

Pirazinamid adalah obat penghambat ekskresi asam urat yang kuat[12] sehingga sering digunakan untuk diagnosis penyebab hipourikemia dan hiperurikosuria walau tidak resmi masuk dalam indikasi (off-label).[13] Obat ini bekerja pada transporter URAT1.[13]

Efek samping

Efek samping pirazinamid yang umum terjadi (kira-kira 1% dari keseluruhan pemakaian) adalah nyeri sendi (artralgia). Namun efek samping int tidak bersifat parah dan pengobatan tidak perlu dihentikan.[14][15] Pirazinamid dapat memicu peningkatan kadar asam urat dengan mengurangi ekskresi asam urat di ginjal.[16]

Efek samping paling berbahaya dari pirazinamid adalah hepatotoksisitas. Kemungkinan terjadinya efek samping ini akan meningkat seiring meningkatnya jumlah dosis pirazinamid yang diberikan. Dalam kombinasi standar pengobatan tuberkulosis (isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol), pirazinamid adalah penyebab utama terjadinya hepatitis akibat penggunaan obat.[17]

Efek samping lainnya antara lain mual dan muntah, anoreksia, ruam, urtikaria, pruritus, porfiria, dan demam.[2]

Profil farmakokinetik

Pirazinamid diabsorbsi secara baik di saluran pencernaan.[2] Pirazinamid dapat menembus meninges yang mengalami peradangan, sehingga dapat digunakan pada meningitis yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis. Pirazinamid dimetabolisme oleh hati dan hasil metabolisme diekskresikan oleh ginjal melalui urin.[2]

Pirazinamid sering digunakan pada pasien hamil di seluruh dunia; WHO merekomendasikan penggunaan pirazinamid pada pasien hamil; dan berdasarkan penggunaan terdahulu secara luas menunjukkan profil keamanan yang baik. Di AS, pirazinamid tidak digunakan pada pasien hamil dengan alasan tidak memiliki bukti keamanan yang cukup.[18] Pirazinamid dapat dihilangkan dengan hemodialisis, jadi pirazinamid harus selalu diberikan di akhir dialisis.[2]

Singkatan

Standar dari singkatan pirazinamid adalah PZA atau Z. Singkatan tersebut umum digunakan dalam buku medis maupun panduan resmi dari pemerintah.[19]

Referensi