Tadjus Sobirin
Mayor Jenderal TNI (Purn.) Tadjus Sobirin (lahir 2 Februari 1940) merupakan seorang mantan perwira militer Indonesia yang berpangkat mayor jenderal dan juga pernah menjadi Bupati Kabupaten Tangerang antara tahun 1983 dan 1993.
Tadjus Sobirin | |
---|---|
Bupati Tangerang | |
Masa jabatan 14 Maret 1983 – 14 Maret 1993 | |
Pendahulu M. Syukur Pengganti Syaifullah Abdulrachman | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 2 Februari 1940 Kota Cirebon, Jawa Barat, Indonesia |
Karier militer | |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Pangkat | Mayor Jenderal |
Satuan | Kavaleri |
Sunting kotak info • L • B |
Riwayat Hidup
Latar Belakang
Tadjus dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat, tangggal 2 Februari 1940.[1] Ia menjadi kadet Akademi Militer Indonesia di Magelang, dan lulus pada angkatan 1964 dan ditugaskan ke satuan kavaleri TNI Angkatan Darat.[2] Sepanjang karirnya, Tadjus dipromosikan beberapa kali sampai pada akhirnya mencapai pangkat Mayor Jenderal saat pensiun.[3]
Bupati Tangerang (1983-1993)
Ia dipilih menjadi Bupati Tangerang bulan Maret 1983.[4] Sobirin sempat masuk pemberitaan pada tahun 1984 karena ia secara pribadi memukul polisi yang mencegah iring-iringan mobilnya masuk jalan tol yang belum dibuka. Akibat dari kejadian ini, sempat beredar desas-desus TNI akan mencabut pangkatnya. Akan tetapi, tidak ada sanksi yang diberikan.[5] Kebijakannya Tadjus sebagai bupati termasuk menerapkan retribusi sampah untuk rumah tangga di kabupaten Tangerang,[6] dan pengembangan kawasan rencana Bumi Serpong Damai.[7]
Pasca Bupati
Pada akhir masa jabatannya pada tanggal 14 Maret 1993, DPRD Kabupaten Tangerang tidak dapat langsung memilih penggantinya, sehingga masa jabatan Tadjus sedikit diperpanjang.[8] Setelah masa jabatannya berakhir, Tadjus terpilih sebagai ketua DPD Golkar Jakarta, yang dijabatnya hingga mengundurkan diri pada tahun 2001. Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta,[9][10] dan menjadi anggota MPR sebagai utusan daerah Jakarta.[11] Setelah jatuhnya Suharto, Sobirin meminta ketua Golkar Harmoko mundur, dan berkomentar bahwa Harmoko telah mengkhianati Suharto dengan memintanya mundur dari kursi kepresidenan.[12]
Referensi
Templat:Bupati Tangerang