Ziarah Bahá'í

Ziarah Baháʼí adalah kegiatan mukmin Baháʼí mendatangi atau menziarahi situs-situs suci agama ini dalam rangka perjalanan spiritual. Saat ini ziarah yang dilakukan mukmin Baháʼí meliputi kunjungan ke situs-situs yang ada di Haifa, Akko, dan daerah-daerah di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena komunitas ini tidak memiliki akses ke situs-situs lain yang ditentukan sebagai tujuan ziarah.[1][2]

Kuil Sang Báb dan Teras Baháʼí, Haifa.

Situs ziarah

Dalam Kitáb-i-Aqdas Bahá'u'lláh menyebutkan bahwa mukmin harus berziarah ke dua tempat, yaitu Rumah Baháʼu'lláh di Baghdad dan Rumah Sang Báb di Syiraz. Dalam dua buah lauh (bentuk tidak baku: loh) yang terpisah, yang dikenal dengan nama Suriy-i-Hajj (Surat Haji), Baháʼu'lláh menuliskan ritual spesifik yang harus dilakukan dalam ziarah pada masing-masing tujuan.[1] Ziarah ini bersifat wajib, sebagaimana dikatakan, It is obligatory to make the pilgrimage, "jika seseorang mampu dan dapat melakukannya, dan tidak ada yang menghalangainya". Mukmin Baháʼís bebas memilih di antara kedua rumah, mana yang akan dikunjungi, karena salah satu di antara keduanya dianggap sudah mencukupi. Kemudian, pada masa kepemimpinan ʻAbdu'l-Bahá, ia menetapkan Kuil Baháʼu'lláh di Bahji, yang merupakan qiblih sebagai tujuan ziarah. Namun, ia tidak menetapkan ritual khusus bagi ziarah ini.[1]

Situs-situs yang ditetapkan sebagai tujuan ziarah dalam Aqdas pada umumnya tidak dapat diakses oleh kebanyakan mukmin Baháʼí, karena terletak di Iran dan Irak, yang terkenal akan diskriminasinya terhadap komunitas ini. Oleh karena itu, dalam diskursi masyarakat Baháʼí, saat ini ziarah dipahami atau secara sempit merujuk pada ziarah sembilan hari di Pusat Bahá'í di Israel.[1] Ziarah sembilan hari ini tidak menggantikan ziarah yang ditetapkan dalam Aqdas, dan dipercayai bahwa ziarah ke Rumah Sang Báb dan Rumah Baháʼu'lláh akan dapat dilaksanakan pada masa mendatang.

Rumah Baháʼu'lláh

Pemandangan Baghdad tahun 1855

Rumah Baháʼu'lláh di Baghdad, dikenal pula sebagai "Rumah Teragung" (Bayt-i-A'zam) atau "Rumah Tuhan" adalah bangunan atau hunian yang ditempati oleh Bahá'u'lláh dan keluarganya selama pengasingan mereka di Baghdad antara 1853 hingga 1863 (kecuali untuk dua tahun ketika ia mengasingkan diri dan menyepi ke daerah pegunungan di Kurdistan, dekat Kota Sulaymaniyah). Bangunan ini dulunya terletak di Distrik Kazimain, Baghdad, di tepi barat Sungai Tigris[3] Rumah ini ditetapkan dalam Kitáb-i-Aqdas sebagai tujuah ziarah dan oleh karena dianggap sebagai tempat suci oleh komunitas Baháʼí.[4]

Pada tahun 1922[5] rumah ini disita dan diambil alih oleh otoritas Syiah yang memusuhi komunitas Baháʼí. Komite Liga Bangsa-Bangsa mendukung klaim komunitas Baháʼí atas properti tersebut. Namun, hingga hari ini belum dikembalikan kepada komunita syang dimaksud.[4][6] Pada Juni 2013, rumah ini dihancurkan. Alasan penghancurannya masih belum jelas.[7] Balai Keadilan Sedunia kemudian mengirimkan surat kepada slueurh Majelis Rohani Nasional pada 27 Juni yang menginformasikan tentang penghancuran rumah ini.

Rumah Sang Báb, Syiraz

Lokasi Rumah Sang Báb, Shiraz, Iran yang sudah menjadi taman pada 2008.

Rumah yang terletak di Syiraz, Iran ini adalah tempat Sang Báb mengumumkan misinya kepada Mullá Husayn, murid pertamanya, pada 23 Mei 1844.[8] Rumah ini sempat beberapa kali terbakar dalam serangkaian serangan terhadap komunitas Baháʼí antara 1942-1943. Pada 19555 rumah ini dihancurkan, sebelum kemudian direstorasi. Menyusul terjadinya Revolusi Iran, pada 1979 rumah ini kembali dihancurkan. Dua tahun kemudian, di atas reruntuhannya dibangun jalan dan taman umum.[8]

Ziarah Sembilan Hari

Lokasi ziarah Baháʼí di Israel (Galilea Barat).

Tempat-tempat yang dikunjungi mukmin Baháʼí dalam ziarah sembilan hari di Pusat Bahá'í meliputi situs-situs berikut.[9]

Bahjí:

Haifa:

  • Kuil Sang Báb[12]
  • Teras Baháʼí[13]
  • Bahtera
    • Kedudukan Balai Keadilan Sedunia[14]
    • Gedung Pusat Penyampaian Internasional International[15]
    • Pusat Pembelajaran Tulisan Suci[16]
    • Gedung Arsip Internasional[17]
  • Taman Monumen (Bahá'í)[18]
  • Situs Mashriqul-Azkar masa depan di Haifa][19]
  • Rumah ʻAbdu'l-Bahá[20]
  • Peristirahatan terakhir Amatu'l-Bahá Rúhíyyih Khanum[21]
  • Rumah Ziarah:
    • Rumah Ziarah Timur[22]
    • Rumah Ziarah Barat di Jalan Haparsim 10[23]
    • Rumah Ziarah Barat di Jalan Haparsim 4[24]

Akko:

  • Taman Ridván, Akko[25]
  • Rumah ʻAbbúd[26]
  • Rumah ʻAbdu'lláh Páshá[27]
  • Mazra'ih[28]

Ziarah sembilan hari hanya diperkenankan bagi mukmin Baháʼí dan pasangannya (apabila berbeda agama) yang telah terlebih dahulu mengajukan permohonan untuk melakukan ziarah.[9][29] Dikarenakan ketersediaan tempat yang terbatas di situs-situs suci Baháʼí, maka dibatasi maksimal 500 peziarah dalam sekali kunjungan. Antrean untuk disetujui menjadi peziarah dapat memakan waktu enam tahun lamanya dan setelah itu baru diperbolehkan untuk berziarah lagi setelah menunggu selama lima tahun.[30]

Referensi

Bibliografi

Bacaan Lanjut

  • Akerdahl, Per-Olof (2000), "Pilgrimage and Religious Identity in the Bahá'í Faith", Lights of Irfan, 1, Wilmette, IL: Irfan Colloquia, hlm. 1–20 

Pranala luar

🔥 Top keywords: Halaman UtamaIstimewa:PencarianJepangYandexDuckDuckGoKleopatraBerkas:Youtube logo.pngIndonesiaFacebookBaratKevin Sanjaya SukamuljoDaftar film Indonesia tahun 2024Aaliyah MassaidMahalini RaharjaXNXXPeristiwa RengasdengklokAhmad LuthfiPancasilaAdjie MassaidKesultanan DemakSyahrul Yasin LimpoCerezo OsakaGoogle TerjemahanBoti (bahasa gaul)Club Atlético de MadridProklamasi Kemerdekaan IndonesiaVina: Sebelum 7 HariPrabowo SubiantoTwitterAdi Vivid Agustiadi BachtiarKerusuhan Mei 1998Alan WalkerPrayogo PangestuMasjid Baiturrahman Banda AcehHong KongLambang negara IndonesiaDaftar film Indonesia terlaris sepanjang masaSoekarnoB. J. Habibie