Djakarta Lloyd

perusahaan asal Indonesia

PT Pelayaran Samudera Djakarta Lloyd (Persero) adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak di bidang pelayaran dan logistik. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga tahun 2020, perusahaan ini memiliki kantor cabang di Tanjung Priok, Surabaya, Sibolga, Bitung, Semarang, Banyuwangi, Benoa, Berau, Panjang, dan Pangkalan Susu.[3]

PT Pelayaran Samudera Djakarta Lloyd (Persero)
Sebelumnya
PT Djakarta Lloyd (1951 - 1961)
PN Djakarta Lloyd (1961 - 1974)
Badan usaha milik negara
IndustriLogistik dan pelayaran
Didirikan18 Agustus 1950; 73 tahun lalu (1950-08-18)
Kantor
pusat
Jakarta, Indonesia
Wilayah operasi
Indonesia
Tokoh
kunci
Suyoto[1]
(Direktur Utama)
Antoni Arif Priadi[2]
(Komisaris Utama)
Jasa
  • Penyewaan dan pengelolaan kapal
  • Pengangkutan barang curah
  • Bongkar muat kapal
  • Keagenan pengapalan
  • Pergudangan
  • Pemanduan kapal
  • Alih muatan kapal
PendapatanRp 625,812 milyar (2019)[3]
Rp 64,679 milyar (2019)[3]
Total asetRp 1,140 triliun (2019)[3]
Total ekuitasRp 521,131 milyar (2019)[3]
PemilikPemerintah Indonesia
Karyawan
153 (2019)[3]
Anak
usaha
PT Dharma Lautan Nusantara
Situs webwww.djakartalloyd.co.id

Sejarah

Perusahaan ini didirikan di Tegal pada tahun 1950 oleh veteran TNI AL dengan nama PT Djakarta Lloyd. Perusahaan ini awalnya hanya mengoperasikan dua unit kapal uap untuk mengangkut muatan curah, yakni SS Jakarta Raya dan SS Djatinegara. Pada tahun 1951, Bank Negara Indonesia resmi memegang seluruh saham perusahaan ini. Pada tahun 1961, pemerintah resmi mengambil alih perusahaan ini dan menetapkan perusahaan ini menjadi sebuah perusahaan negara (PN) dengan kantor pusat di Jakarta.[4]

Pada dekade 1970-an, perusahaan ini telah mengoperasikan 22 unit kapal dan melayani pelayaran hingga ke sejumlah negara di Eropa, Asia, dan Australia. Pada tahun 1974, pemerintah mengubah status perusahaan ini menjadi persero.[5] Pemerintah kemudian memperketat aturan mengenai usia maksimum kapal, sehingga pada awal dekade 1980-an, perusahaan ini memesan 5 unit kapal semi peti kemas dan 3 unit kapal peti kemas penuh dari Jepang dan Jerman untuk menggantikan kapal-kapalnya yang mulai menua.

Pada dekade 1990-an, seiring dengan diterapkannya kebijakan laut terbuka, perusahaan ini mulai mengalami kesulitan karena tidak dapat bersaing secara kompetitif. Pada tahun 2015, perusahaan ini pun mengalihkan fokus bisnisnya dari pengangkutan peti kemas menjadi pengangkutan barang curah. Untuk mengatasi masalah keuangan, perusahaan ini melakukan pengurangan bunga dan penukaran utang menjadi saham.[6] Perusahaan ini kemudian juga menjalin kerja sama pengangkutan dengan PLN, Pertamina, Antam, Bukit Asam, dan Semen Indonesia, sehingga perusahaan ini dapat kembali mencetak laba.[7][8][9][10]

Armada

Perusahaan ini menyediakan jasa pelayaran samudera dan antar pulau dalam negeri dengan armada sebanyak 14 unit kapal yang terdiri dari:

  • 2 unit kapal peti kemas tipe Palwo Buwono 1600:
    • Bobot mati: 23 600 DWT
    • Kapasitas muatan: 1600 TEU
    • Tahun pembuatan: 2001
  • 3 unit kapal peti kemas tipe Palwo Buwono 400:
    • Bobot mati: 5 700 DWT
    • Kapasitas muatan: 400 TEU
    • Tahun pembuatan: 2000
  • 9 unit kapal tipe Caraka Jaya Niaga III:
    • Bobot mati: 4 180 DWT
    • Kapasitas muatan: 208 TEU
    • Tahun pembuatan: 1997-1998.
    • Keterangan: Digunakan sebagai program Tol Laut

Referensi


🔥 Top keywords: Halaman UtamaIstimewa:PencarianJepangYandexDuckDuckGoKleopatraBerkas:Youtube logo.pngIndonesiaFacebookBaratKevin Sanjaya SukamuljoDaftar film Indonesia tahun 2024Aaliyah MassaidMahalini RaharjaXNXXPeristiwa RengasdengklokAhmad LuthfiPancasilaAdjie MassaidKesultanan DemakSyahrul Yasin LimpoCerezo OsakaGoogle TerjemahanBoti (bahasa gaul)Club Atlético de MadridProklamasi Kemerdekaan IndonesiaVina: Sebelum 7 HariPrabowo SubiantoTwitterAdi Vivid Agustiadi BachtiarKerusuhan Mei 1998Alan WalkerPrayogo PangestuMasjid Baiturrahman Banda AcehHong KongLambang negara IndonesiaDaftar film Indonesia terlaris sepanjang masaSoekarnoB. J. Habibie