Wabah virus Ebola di Afrika Barat

Hingga 2014, wabah penyakit virus Ebola (EVD) paling luas dalam sejarah berlangsung di sejumlah negara di Afrika Barat.[13][14] Wabah ini menewaskan banyak orang, dengan angka kematian yang dilaporkan mencapai 71%.[15][16] Wabah ini berawal di Guinea pada bulan Desember 2013 dan kemudian menyebar ke Liberia dan Sierra Leone.[17] Wabah yang tidak terlalu luas, sekitar dua belas kasus, juga terjadi di Nigeria, dan satu kasus di Senegal. Dua negara terakhir telah dinyatakan bebas wabah pada tanggal 20 Oktober 2014 setelah masa tunggu 42 hari.[18][19][20] Infeksi sekunder terhadap tenaga medis terjadi di Amerika Serikat dan Spanyol,[21][22]meskipun tidak sampai menyebar lebih luas. Satu kasus juga terjadi di Mali.[23][24] Wabah Ebola yang tidak berhubungan dengan wabah utama juga tercatat di Republik Demokratik Kongo.

Wabah virus Ebola di Afrika Barat
Peta situasi wabah di Afrika Barat
TanggalDesember 2013 – Juni 2016[1]
Korban
Kasus/kematian dilaporkan[2]
  • Catatan: CDC memperkirakan bahwa jumlah kasus di Liberia, Sierra Leone, dan Guinea sebenarnya dua sampai tiga kali lebih tinggi dari angka resmi yang dilaporkan.[3][4][2]
NegaraKasusKematianTanggal
Liberia Liberia10.5644.716dinyatakan bebas Ebola 9 Mei 2015[5]
Sierra Leone Sierra Leone12.4703.9045 Mei 2015[6]
Guinea Guinea3.5922.3879 Mei2015[6]
Nigeria Nigeria208dinyatakan bebas Ebola 19 Oktober 2014[7][8]
Mali Mali86dinyatakan bebas Ebola 18 Januari 2015[9]
Amerika Serikat Amerika Serikat41dinyatakan bebas Ebola 21 Desember 2014[10]
Britania Raya Britania Raya10 dinyatakan bebas Ebola 10 Maret 2015[11]
Senegal Senegal10dinyatakan bebas Ebola 17 Oktober 2014[7]
Spanyol Spanyol10dinyatakan bebas Ebola 2 Desember 2014[12]
Total26,66111,022hingga 5 Mei 2015

Penjelasan

Hingga 29 Oktober 2014, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan telah terjadi sebanyak 13.567 kasus Ebola dan 4.922 kematian,[7] meskipun WHO yakin bahwa angka ini tidaklah pasti,[25] dengan jumlah tepatnya diduga tiga kali lebih tinggi dari kasus yang telah dilaporkan.[3][26] Asisten Direktur Jenderal WHO memperingatkan pada pertengahan Oktober bahwa kemungkinan ada sebanyak 10.000 kasus Ebola baru per minggu pada bulan Desember 2014.[27] Hampir semua kasus terjadi di tiga negara yang pertama kali diserang wabah.

Beberapa negara mengalami kesulitan dalam mengendalikan wabah ini.[28] Di beberapa wilayah, orang-orang menaruh kecurigaan terhadap pemerintah dan rumah sakit, beberapa rumah sakit bahkan diserang oleh para pengunjuk rasa yang marah dan percaya bahwa wabah ini adalah ulah pemerintah atau menuduh rumah sakit bertanggung jawab atas penyebaran wabah. Kebanyakan wilayah yang terkena dampak serius merupakan wilayah miskin dengan akses terbatas terhadap sabun dan air bersih, yang diperlukan untuk membantu mengendalikan penyebaran penyakit.[29] Faktor lainnya termasuk ketergantungan pada pengobatan tradisional dan praktik budaya yang melibatkan kontak fisik dengan orang yang sudah meninggal, terutama kebiasaan-kebiasaan seperti memandikan dan menciumi jenazah.[30][31][32][33] Beberapa rumah sakit kekurangan pasokan medis dan kondisinya tidak memadai, sehingga meningkatkan risiko staf terserang virus tersebut. Pada bulan Agustus, WHO melaporkan bahwa sepuluh persen dari korban tewas adalah petugas kesehatan.[34] Pada akhir Agustus, WHO melaporkan bahwa kehilangan begitu banyak petugas kesehatan telah menyebabkan semakin sulit untuk mengirimkan staf medis dari luar negeri.[35] Pada bulan September, WHO memperkirakan bahwa kemampuan negara untuk mengobati pasien Ebola tidak sebanding dengan jumlah tempat tidur yang tersedia. Pada akhir Oktober, banyak rumah sakit di wilayah yang terserang wabah tidak berfungsi atau ditutup, sehingga beberapa pakar kesehatan menyatakan bahwa ketidakmampuan untuk menyediakan kebutuhan medis dapat menyebabkan "jumlah korban tewas tambahan yang mungkin akan melampaui wabah itu sendiri".[36][37]

Pada bulan September 2014, Médecins Sans Frontières/Doctors Without Borders (MSF), LSM terbesar yang bergiat di negara-negara terkena dampak, menjadi semakin kritis terhadap respons internasional. Pada tanggal 3 September, Presiden MSF berbicara mengenai kurangnya bantuan dari negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ia menyatakan "Enam bulan dalam wabah Ebola terburuk sepanjang sejarah, dunia telah kehilangan semangat untuk memeranginya."[38] Juru bicara PBB mengungkapkan, "Mereka bisa menghentikan wabah Ebola di Afrika Barat dalam waktu 6 sampai 9 bulan, tetapi hanya jika menerapkan respons global yang besar."[39]  Direktur WHO, Margaret Chan, menyebut wabah ini sebagai "wabah terbesar, paling kompleks dan paling parah yang pernah kami saksikan" dan menyatakan bahwa wabah "sedang berpacu dengan upaya pengendalian".[39] Dalam pernyataannya tanggal 26 September, WHO mengatakan, "Wabah Ebola yang melanda bagian barat Afrika adalah keadaan darurat kesehatan masyarakat yang paling akut dan paling parah yang terjadi pada zaman modern."[40]

Lihat pula

  • Daftar wabah ebola

Referensi

Pranala luar