Samalantan, Bengkayang

kecamatan di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat

109°11′40″E / 0.7948811259589166°N 109.19456283728009°E / 0.7948811259589166; 109.19456283728009

Samalantan adalah kecamatan di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, Indonesia.[1][2] Kecamatan ini terletak di barat daya dari Kabupaten Bengkayang. Tidak jauh dari kantor kecamatan, berdiri Tugu Perdamaian Suku Dayak dengan Suku Madura, hal ini menandakan kecamatan ini adalah salah satu saksi bisu dari Konflik Sampit pada tahun 1997.

Samalantan
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Barat
KabupatenBengkayang
Pemerintahan
 • CamatDodi Waluyo
Populasi
 • Total21,625 jiwa
Kode pos
79281
Kode Kemendagri61.07.02
Kode BPS6102030
Luas420,5 km²
Desa/kelurahan7 désa

Geografi

Secara geografis, Kecamatan Samalantan terletak pada 0°42'42" Lintang Utara hingga 1°03'14" LU dan 109°07'98" Bujur Timur hingga 109°23'14".[butuh rujukan] Kecamatan Samalantan berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Lembah Bawang di sebelah utara. Lalu di sebelah barat, Kecamatan Samalantan berbatasan langsung dengan Kecamatan Monterado. Di sebelah selatan, Kecamatan Samalantan berbatasan langsung dengan Kabupaten Landak. Sementara di sebelah timur, Kecamatan Samalantan berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Sungai Betung.[3]

Pemerintahan

Pembagian administratif

Kecamatan ini mempunyai luas wilayah sebesar 420,5 km2 atau sekitar 7,79 persen dari keseluruhan luas Kabupaten Bengkayang. Kecamatan Samalantan terbagi ke dalam tujuh desa, yaitu:[butuh rujukan]

  1. Desa Sabau
  2. Desa Tumiang
  3. Desa Pasti Jaya
  4. Desa Babane
  5. Desa Bukit Serayan
  6. Desa Marunsu
  7. Desa Samalantan

Dari ketujuh desa tersebut, membawahi 28 dusun dan 87 rukun tetangga.[butuh rujukan]

Geologi

Jenis tanah di Kecamatan Samalantan didomininasi oleh jenis Pedsoled Merah Kuning dan sebagian kecil OGH. Selain itu, tekstur tanah di wilayah Kecamatan Samalantan kebanyakan bertekstur sedang.[butuh rujukan]

Jenis Permukaan Tanah di Kecamatan Samalantan
Jenis Permukaan TanahLuas

(dalam km2)

1OGH11,22
2Aluvial0,00
3Regosol0,00
4Pedsolik Merah Kuning409,28
5Podsol0,00
6Latosol0,00
Jumlah420,5
Jenis Tekstur Tanah di Kecamatan Samalantan
NoJenis Tekstur TanahLuas

(dalam km2)

1Halus57,96
2Sedang318,12
3Kasar16,36
4Gambut28.06
Jumlah420,5

Demografi

Jumlah penduduk Kecamatan Samalantan berjumlah sebanyak 21.625 jiwa. Dengan luas Kecamatan Samalantan mencapai 420,5 km2, kecamatan ini mempunyai tingkat kepadatan penduduk sebesar 80 jiwa per kilometer persegi.[butuh rujukan]

Suku Bangsa dan Bahasa

Sebagian besar penduduk di Kecamatan Samalantan berasal dari Etnis Dayak, lalu disusul dengan Etnis Tionghoa, Etnis Melayu, dan Etnis Jawa. Orang-orang Jawa yang hidup di kecamatan ini sebagian besar sebagai transmigran dari Cilacap. Bahasa Dayak menjadi bahasa sehari-hari penduduk di Kecamatan Samalantan.[butuh rujukan]

Ekonomi

Perekonomian penduduk Kecamatan Samalantan adalah sektor pertanian. Komoditas yang paling banyak ditanam adalah tanaman padi dengan luas 3.449 hektar, dibagi menjadi 2.811 hektar untuk komoditas padi sawah dan 638 hektar untuk padi ladang. Produktivitas tanaman padi mencapai 25,57 kuintal per hektar. Lalu, jenis tanaman palawija yang cukup dominan dihasilkan di Kecamatan Samalantan adalah ubi kayu dan jagung. Produktivitas tanaman jagung mencapai 33,79 kuintal per hektar dan tanaman ubi kayu mencapa 201,57 kuintal per hektar. Selain ketiga komoditas tersebut, komoditas ubi jalar, kacang tanah, durian, duku, dan kacang hijau juga komoditas utamadi kecamatan ini.[butuh rujukan]

Selain sektor pertanian, sektor perternakan juga menggerakkan perekonomian penduduk Kecamatan Samalantan. Penduduk banyak berternak sapi, kambing. babi, dan ayam. Babi menjadi komoditas utama untuk perhelatan pesta ada setempat.[butuh rujukan]

Bangunan penting

Di Samalantan terdapat dua bangunan yang cukup mencolok, yaitu Rumah Bentang Samalantan dan Paroki Santo Yosep Samalantan. Kedua bangunan ini saling berdekatan, berjarak 300 meter dari kantor Kecamatan Samalantan. Rumah Bentang Samalantan digunakan untuk berbagai macam ritual keagamaan dan upacara adat naik dango pasca musim panen tiba[4]

Referensi

Pranala luar