Orang Jōmon

penduduk awal di masa prasejarah Jepang
(Dialihkan dari Suku Jōmon)

Orang Jōmon (縄文人, Jōmon jin) adalah istilah yang merujuk pada penduduk Kepulauan Jepang selama zaman Jōmon (c. 14.000 hingga 300 SM). Saat ini, sebagian besar sejarawan Jepang sepakat bahwa Jōmon bukanlah masyarakat yang homogen, melainkan terdiri dari beberapa kelompok dengan asal usul yang berbeda.[1][2]

Suatu penelitian pada September 2019 menunjukkan orang Jepang modern mewarisi sekitar 10% genom Jōmon, diwakili oleh spesimen yang diperoleh dari situs arkeologi Funadomari di Pulau Rebun.[3] Suku Ryukyu dan Ainu memiliki persentase gen Jōmon yang lebih tinggi dibandingkan suku Yamato.

Karakteristik morfologi

Replika tengkorak laki-laki dari zaman Jōmon akhir yang digali di Miyano Kaizuka (Prefektur Iwate). Koleksi Museum Alam dan Sains Nasional.[4]

Berbagai penemuan kerangka orang Jōmon di berbagai lokasi di Jepang telah memungkinkan para peneliti untuk mempelajari lebih lanjut tentang populasi zaman Jōmon di Jepang.[5]

Rekonstruksi forensik seorang Jōmon dari Prefektur Niigata.

Morfologi gigi menunjukkan bahwa Jōmon memiliki struktur gigi tersendiri, tetapi secara umum lebih mirip dengan struktur Sundadont yang banyak ditemukan di Asia Tenggara dan Taiwan.[6]

Sebuah studi kraniometri oleh Brace dkk. (2001) menunjukkan hubungan morfologi yang lebih dekat antara sampel Jōmon Hokkaido dan orang Ainu dengan orang Eropa daripada dengan orang Asia Timur modern. Studi ini menyimpulkan bahwa pada umumnya, orang Jōmon di Hokkaido merupakan keturunan dari suatu populasi (dijuluki "Eurasia" oleh Brace dkk.) yang pindah ke Eurasia utara (dan juga Amerika) pada zaman Pleistosen Akhir, mendahului ekspansi populasi Asia Timur modern.[7]

Studi lain menunjukkan bahwa orang-orang Jōmon bukanlah kelompok tunggal melainkan suatu masyarakat yang heterogen. Menurut Ishida dkk. (2009), kebanyakan orang Jōmon lebih mirip dengan penduduk Siberia selatan di Zaman Perunggu.[8] Bukti menunjukkan bahwa orang Jōmon merupakan keturunan populasi zaman Paleolitikum dari bagian barat Eurasia, Asia Tengah dan Siberia selatan. Di sisi lain, orang Jōmon di Kyushu, Shikoku dan bagian selatan Honshu menunjukkan kesamaan dengan fenotipe Asia Timur (Mongoloid).[9]

Menurut artikel "Jōmon culture and the peopling of the Japanese archipelago” karya Schmidt dan Seguchi (2014), orang-orang Jōmon prasejarah berasal dari populasi paleolitik yang beragam, dan ada banyak migrasi ke Jepang yang berlangsung selama zaman Jōmon. Mereka menyimpulkan: "Dalam hal ini, identitas biologis Jomon ialah heterogen, menunjukkan beranekaragamnya masyarakat yang memiliki corak budaya yang sama, yang dikenal sebagai Jomon".[10]

Kondo dkk. 2017, menemukan bahwa populasi periode Jōmon di Jepang ialah heterogen dan hasil analisis sampel bisa berbeda satu sama lain tergantung pada wilayahnya. Orang Jōmon selatan yang tinggal di Kyushu, Shikoku dan barat daya Honshu memiliki kedekatan dengan orang-orang Asia Timur modern, lain halnya dengan orang Jōmon di Hokkaido dan Tohoku.[11]

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah "Nature" oleh Jinam dkk. (2015), menggunakan perbandingan data SNP genome-wide, menemukan bahwa sampel Jōmon Hokkaido, nenek moyang orang Ainu, memiliki alel gen yang membuat fitur wajah mereka lebih mirip dengan orang Eropa dan Timur Tengah, suatu struktur yang hampir tidak ditemukan pada orang Jepang modern dan warga Asia Timur lainnya. Alel-alel ini mungkin masuk ke dalam populasi Jōmon melalui aliran gen paleolitik Siberia, yang terkait dengan penyebaran kebudayaan microblade, yang tiba di Hokkaido sekitar 25.000 tahun yang lalu.[12] Gakuhari dkk. (2020) juga mencatat kemungkinan aliran gen dari Eurasia Utara (dicontohkan oleh sampel MA-1), atau kelompok serupa, ke Jepang utara, yang menunjukkan keterkaitan dengan kebudayaan microblade di Siberia.[13]

Bahasa

Tidak diketahui bahasa atau rumpun bahasa apa yang digunakan selama zaman Jōmon. Beberapa bahasa yang diusulkan adalah: bahasa Ainu, bahasa Japonik, bahasa Tungusik, bahasa Austronesia, bahasa Paleosiberia, serta suatu bahasa tersendiri yang sudah punah.[14][15]

Sementara pandangan yang paling banyak didukung adalah keterkaitan bahasa Ainu dengan bahasa Jōmon, pandangan ini bukannya tanpa masalah karena setidaknya empat suku di Jepang tengah dan barat diyakini berbicara dengan bahasa Tungus, dan tiga suku di Kyushu dan Okinawa menggunakan bahasa Austronesia.[2]

Namun, sebuah studi oleh Lee dan Hasegawa dari Universitas Waseda, menemukan bukti bahwa bahasa Ainu berasal dari populasi Okhotsk, yang berkembang kira-kira 2.000 tahun yang lalu, suatu ekspansi yang relatif baru.[16]

Budaya

Kebudayaan orang Jōmon dikenal sebagai "budaya Jōmon", dengan kegiatan yang paling umum ialah berburu dan mengumpulkan makanan. Selain itu, ada kemungkinan bahwa orang Jōmon sudah mempraktikkan pertanian sederhana. Mereka mengumpulkan kacang pohon dan kerang, terlibat dalam kegiatan berburu dan memancing, dan juga pertanian. Orang-orang Jōmon juga menggunakan periuk batu dan tembikar, dan umumnya tinggal di pithouse (rumah yang bagian dalamnya lebih rendah dari permukaan tanah).[17]

Beberapa unsur budaya Jepang modern mungkin berasal dari budaya Jōmon. Di antara elemen-elemen ini ialah kepercayaan pendahulu Shintoisme, beberapa adat perkawinan, gaya arsitektur, dan mungkin beberapa teknologi seperti pernis, pembuatan yumi (busur asimetris), kerajinan logam, dan pembuatan kaca.

Tembikar

Gaya tembikar yang dibuat oleh orang-orang Jōmon dapat dikenali dari pola "tanda talinya", oleh karena itu dinamai "Jōmon" (縄文, "pola tali jerami"). Gaya tembikar ini memiliki ciri khas berupa hiasan yang dibuat dengan menempelkan tali ke permukaan tanah liat yang masih basah, dan secara umum diakui sebagai salah satu gaya tembikar tertua di Asia Timur dan dunia.[18] Selain pot dan bejana tanah liat, orang-orang Jōmon juga membuat arca (dogū), topeng tanah liat, tongkat batu, hingga pedang.[19]

Keterampilan

Magatama - manik-manik berbentuk ginjal - merupakan peninggalan era Jōmon yang ditemukan di Jepang, serta di beberapa bagian Asia Timur Laut dan Siberia.

Ada bukti bahwa orang Jōmon membuat kapal dari pohon besar dan menggunakannya untuk memancing dan bepergian. Namun belum ada kesepakatan apakah mereka menggunakan layar atau dayung.[20] Orang-orang Jōmon juga menggunakan obsidian, giok, dan berbagai jenis kayu.[21] Orang Jōmon juga membuat banyak perhiasan dan barang-barang hias; misalnya magatama, yang kemungkinan ditemukan oleh salah satu suku Jōmon, dan banyak ditemukan di Jepang dan beberapa bagian Asia Timur Laut.[19]

Agama

Agama beberapa suku Jōmon mirip dengan Shintoisme awal (lihat Koshinto). Agama itu sebagian besar didasarkan pada animisme, dan mungkin syamanisme. Agama lain yang mungkin serupa adalah agama Ryukyu dan Ainu.[22]

Keturunan

Studi terbaru mencatat bahwa orang Jōmon terdiri dari berbagai kelompok etnis yang tiba di Jepang dalam waktu yang berbeda-beda, sebelum kemudian menyatu membentuk populasi pra-Yayoi di Jepang. Penelitian yang digunakan untuk menelusuri keturunan modern dari kelompok etnis campuran ini menggunakan pemodelan nenek moyang, membandingkan berbagai sampel dari periode Jōmon dengan sampel dari populasi modern.[23]

Orang Ainu

Persebaran hipotesis rumpun bahasa Ainu

Secara umum, disepakati bahwa orang Ainu merupakan keturunan langsung dari berbagai suku Jōmon di Hokkaido.

Sebuah studi genetik terbaru (Gakuhari dkk. 2020) menunjukkan 79,3% leluhur Ainu berasal dari Jōmon Hokkaido.[24][25] Sebuah studi oleh Kanazawa-Kiriyama dkk. (2019) menunjukkan adanya 66% keturunan Jōmon Hokkaido pada orang Ainu.[26]

Emishi

Emishi, suatu kelompok non-Yamato di Honshu tengah, sering dikaitkan dengan orang Ainu, tetapi beberapa sejarawan menyatakan bahwa mereka adalah kelompok Jōmon yang tersendiri, dan tidak terkait erat dengan Ainu.

Kebudayaan Satsumon di Honshu, salah satu kebudayaan yang kemudian bergabung membentuk budaya Ainu, sering kali dianggap berkaitan dengan kebudayaan Emishi.[27]

Sejarawan lain menyatakan bahwa Emishi merupakan orang-orang Jepang yang berbicara dengan dialek Izumo dari bahasa Japonik, yang menentang kekuasaan Dinasti Yamato.[23]

Suku Yamato

Suku Yamato merupakan pencampuran orang Yayoi dan Jōmon. Sejumlah penelitian menunjukkan persentase keturunan Jōmon dalam suku Yamato kurang dari 20%.[28] Sebuah studi lain menunjukkan persentase keturunan Jōmon dalam penduduk Tokyo sekitar 12%.[29]

Penelitian genom lainnya (Takahashi dkk. 2019) lebih lanjut menegaskan bahwa orang Jepang modern (Yamato) sebagian besar mewarisi keturunan Yayoi. Analisis DNA mitokondria dari sampel Jōmon dan orang Jepang modern menunjukkan adanya diskontinuitas antara mtDNA orang-orang dari periode Jōmon dengan orang-orang dari zaman Kofun dan Heian. Temuan ini menyiratkan bahwa konversi genetika orang Jepang mungkin terjadi selama atau sebelum era Kofun.[30] Sebuah studi tentang DNA autosomal oleh Gakuhari dkk. (2019) menunjukkan persentase 9,8% keturunan Jōmon dalam darah orang Jepang modern. Studi lain tentang DNA autosomal oleh Kanazawa-Kiriyama dkk. (2019) menemukan sekitar 9-13% keturunan Jōmon dalam orang Jepang modern (sementara sisanya berasal dari Yayoi).[25]

Orang Ryukyu

Menurut beberapa penelitian, orang Ryukyu berbagi lebih banyak alel dengan orang-orang pemburu dan peramu pada zaman Jōmon (16.000–3.000 tahun yang lalu) dan Ainu dibanding dengan Yamato. Ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kesamaan genetik yang lebih kecil dengan sebagian besar populasi Asia Timur, yang mendukung teori struktur ganda K. Hanihara (1991), suatu teori yang diterima secara luas yang menjelaskan bahwa orang Yamato lebih berkerabat dengan suku-suku petani dari Asia (dari Semenanjung Korea) daripada dengan Ainu dan Ryukyu, di mana pencampuran terjadi pada dan setelah periode Yayoi (3.000 -1.700 tahun yang lalu).[28][31][32][33][34][35][36]

Sebuah studi oleh Kanazawa-Kiriyama dkk. (2019) menunjukkan bahwa suku Ryukyu mewarisi sekitar 27% keturunan Jōmon, sementara sisanya berasal dari Yayoi.[26]

Dalam budaya populer

Aspek kebudayaan Jōmon dimasukkan dalam permainan video The Legend of Zelda: Breath of the Wild. Penata seni Nintendo Takizawa Satoru mengatakan bahwa budaya Jōmon merupakan inspirasi untuk "prasasti Sheikah, kuil, dan benda-benda kuno lainnya" yang muncul dalam gim.[37]

Rekonstruksi desa Jōmon yang dikenal sebagai Sarashina no Sato merupakan tempat wisata yang terletak di Chikuma, Prefektur Nagano.[38]

Referensi

🔥 Top keywords: Halaman UtamaIstimewa:PencarianJepangYandexDuckDuckGoKleopatraBerkas:Youtube logo.pngIndonesiaFacebookBaratKevin Sanjaya SukamuljoDaftar film Indonesia tahun 2024Aaliyah MassaidMahalini RaharjaXNXXPeristiwa RengasdengklokAhmad LuthfiPancasilaAdjie MassaidKesultanan DemakSyahrul Yasin LimpoCerezo OsakaGoogle TerjemahanBoti (bahasa gaul)Club Atlético de MadridProklamasi Kemerdekaan IndonesiaVina: Sebelum 7 HariPrabowo SubiantoTwitterAdi Vivid Agustiadi BachtiarKerusuhan Mei 1998Alan WalkerPrayogo PangestuMasjid Baiturrahman Banda AcehHong KongLambang negara IndonesiaDaftar film Indonesia terlaris sepanjang masaSoekarnoB. J. Habibie