Teori Keluar dari India

Teori Keluar dari India atau Teori Arya Pribumi adalah keyakinan[1] bahwa bangsa Arya adalah bangsa pribumi Anak Benua India,[2] dan bahasa-bahasa rumpun India-Eropa memencar dari satu tempat asal di India ke tempat-tempat aneka bahasa tersebut dituturkan dewasa ini.[2] Teori Arya Pribumi merupakan pandangan yang bersifat "agamawi-nasionalistis" terhadap sejarah bangsa India,[3][4] dan dikemukakan sebagai alternatif bagi model migrasi yang sudah umum,[5] yakni teori yang mendapuk stepa Pontus-Kaspia sebagai tempat asal bahasa-bahasa rumpun India-Eropa.[6][7][8][keterangan 1]

Bertolak dari pandangan-pandangan India tradisonal[3] yang berasaskan kronologi Purana, para indigenis mengusulkan pertanggalan yang lebih silam daripada pertanggalan yang sudah berterima umum untuk zaman Weda, serta mengetengahkan pandangan bahwa peradaban Lembah Sungai Sindu adalah peradaban zaman Weda. Menurut pandangan tersebut, "peradaban bangsa India harus dilihat sebagai suatu tradisi tak terputus yang dapat dirunut balik sampai kepada kurun waktu terawal dari tradisi Sindu-Saraswati (tahun 7000 atau 8000 Pramasehi)."[9]

Rata-rata dukungan bagi Teori Arya Pribumi datang dari sekalangan kecil sarjana India yang menekuni kajian agama Hindu, sejarah, dan arkeologi India,[10][11][12][13][5] serta memainkan peranan penting di kancah politik Hindutwa.[14][15][3][web 1][web 2] Teori ini tidak dihiraukan apalagi didukung di kalangan sarjana pada umumnya.[keterangan 2]

Latar belakang sejarah

Pandangan standar mengenai asal-usul bangsa India-Arya adalah Teori Migrasi India-Arya, yang mengatakan bahwa bangsa India-Arya masuk ke kawasan barat laut India sekitar tahun 1500 Pramasehi.[6] Kronologi Purana, yakni lini masa peristiwa sepanjang perjalanan sejarah bangsa India Kuno, sebagaimana diriwayatkan Mahabarata, Ramayana, dan pustaka-pustaka Purana, menghadirkan suatu kronologi yang jauh lebih silam bagi kebudayaan zaman Weda. Menurut kronologi Purana, susastra-susatra Weda diterima ribuan tahun silam, dan masa pemerintahan Manu Waiwaswate, yakni Manu untuk kalpa berjalan, leluhur umat manusia, diperkirakan bermula pada tahun 7350 Pramasehi.[16] Baratayuda, perang besar di Kurusetra yang menjadi latar Begawat Gita, susastra yang mungkin saja meriwayatkan peristiwa-peristiwa sungguhan di pusat Aryawarta sekitar tahun 1000 Pramasehi,[17][18] dipertanggal sekitar tahun 3100 Pramasehi di dalam kronologi ini.

Bertolak dari pandangan-pandangan India tradisional terkait sejarah dan agama,[3] para indigenis mengetengahkan pandangan bahwa bangsa Arya adalah bangsa pribumi India, dan dengan demikian menggugat pandangan standar.[6] Pendirian pribumi ini sudah diangkat ke ranah perdebatan umum pada dasawarsa 1980-an dan 1990-an.[19]

Teori Janabijana India dan Teori Invasi Arya

Di bidang kajian India-Eropa pada abad ke-19, bahasa susastra Regweda adalah bahasa India-Eropa tertua yang diketahui para sarjana, bahkan merupakan satu-satunya rekam sejarah bangsa India-Eropa yang layak diklaim berasal dari zaman Perunggu. Keutamaan bahasa Sangsekerta ini mendorong sarjana-sarjana semisal Friedrich Schlegel untuk berasumsi bahwa lokus janabijana bahasa Purwa-India-Eropa berada di India, dan dialek-dialeknya menyebar ke barat melalui migrasi bersejarah. [20][21] Sesudah bukti-bukti dari zaman Perunggu yang memperjelas seluk-beluk rumpun bahasa India-Eropa (bahasa Anatolia, bahasa Yunani Mikenai) ditemukan pada abad ke-20, bahasa Sangsekerta Weda pun kehilangan status istimewanya sebagai bahasa India-Eropa tertua yang diketahui.[20][21]

Pada dasawarsa 1850-an, Max Müller mencetuskan gagasan tentang dua ras Arya yang bermigrasi dari Kaukasus, yakni ras Arya Barat yang bermigrasi ke Eropa, dan ras Arya Timur yang bermigrasi ke India. Max Müller mendikotomi kedua kelompok tersebut, serta menisbatkan lebih banyak keutamaan dan kelebihan kepada ras Arya cabang barat. Meskipun demikian, dikatakan pula bahwa "ras Arya cabang timur lebih perkasa daripada masyarakat pribumi timur, yang dengan mudahnya mereka taklukkan."[22] Gagasan ini diadaptasi etnolog-etnolog rasis pada dasawarsa 1880-an. Sebagai contoh, Herbert Hope Risley, administrator pemerintah kolonial Inggris di India, selaku penganjur ilmu pengetahuan ras, menggunakan rasio perbandingan lebar terhadap tinggi hidung untuk memilah-milah bangsa India menjadi ras Arya dan ras Dravida, maupun untuk menggolong-golongkan mereka menjadi tujuh kasta.[23][24]

Gagasan tentang "invasi" bangsa Arya dipicu oleh penemuan peradaban Lembah Sungai Sindu (Harapa), yang terpuruk sekitar rentang waktu migrasi bangsa India-Arya, sehingga terkesan ada invasi yang bersifat destruktif. Pandangan ini dirumuskan oleh Mortimer Wheeler, arkeolog pertengahan abad ke-20 yang menafsirkan sekian banyak kerangka manusia tak terkebumikan pada lapisan-lapisan atas Mohenjodaro sebagai korban perang penaklukan. Ia terkenal dengan pernyataannya bahwa "Dewa Indralah sang terdakwa" di balik kehancuran peradaban Lembah Sungai Sindu.[25] Para kritikus ilmiah menganggap Mortimer Wheeler sudah keliru menafsirkan bukti, dan kerangka-kerangka tersebut sebaiknya disifatkan sebagai bukti tindakan mengubur jenazah secara tergesa-gesa, bukan sebagai korban pembantaian yang tak terkebumikan.[25]

Teori Migrasi India-Arya

Migrasi

Menurut Allentoft (2015), kemungkinan besar kebudayaan Sintasta berasal dari kebudayaan Tembikar Tali. Kebudayaan Sintasta lazim diduga sebagai manifestasi pertama bangsa India-Iran.
Peta perkiraan wilayah sebaran maksimum kebudayaan Andronovo. Daerah merah adalah wilayah pembentukan kebudayaan Sintasta-Petrovka. Daerah ungu adalah lokasi temuan-temuan kereta dengan roda berjeruji tertua. Daerah hijau adalah wilayah sebaran kebudayaan Afanasevo, Srubnaya, dan KABM yang bertetangga dan bertumpang tindih dengan wilayah sebaran kebudayaan Andronovo.
Peta lokasi kebudayaan-kebudayaan yang diduga berkaitan dengan migrasi bangsa India-Iran dan migrasi bangsa India-Arya (sesudah penerbitan EIEC). kebudayaan Andronovo, KABM, dan Yaz kerap dihubung-hubungkan dengan migrasi bangsa India-Iran. Kebudayaan KKG, Pekuburan H, Khazanah Tembaga, dan TBK digadang-gadang sebagai kebudayaan-kebudayaan yang berkaitan dengan migrasi bangsa India-Arya.

Di kalangan sarjana pada umumnya, gagasan tentang "invasi" sudah dianggap gugur sejak dasawarsa 1980-an,[26] tergantikan oleh model-model yang lebih canggih,[27][keterangan 3] yang disebut "Teori Migrasi India-Arya. Teori ini mengasumsikan masuknya bahasa-bahasa rumpun India-Arya ke Asia Selatan[keterangan 1] melalui migrasi-migrasi masyarakat penutur bahasa India-Eropa dari Urheimat (janabijana purba) mereka di stepa-stepa Pontus melalui kebudayaan Tembikar Tali Eropa Tengah, dan kebudayaan Sintasta Eropa Timur/Asia Tengah, lewat Asia Tengah ke Syam (Mitani), Asia Selatan, dan Asia Pedalaman (Wusun dan Yuezhi). Teori ini adalah bagian dari hipotesis-Kurgan/Teori Stepa Terevisi, yang menguraikan lebih lanjut persebaran bahasa-bahasa rumpun India-Eropa ke kawasan barat Eropa melalui migrasi-migrasi masyarakat penutur bahasa India-Eropa.

Linguistika historis menyumbangkan landasan utama bagi teori tersebut, dengan menelaah perkembangan dan perubahan bahasa-bahasa, dan menentukan keterkaitan antarbahasa di dalam rumpun India-Eropa, termasuk kerangka waktu perkembangannya. Linguistika historis juga menyumbangkan informasi seputar kata-kata yang sama, daerah asal bangsa India-Eropa terkait, dan kosakata tertentu yang dinisbatkan kepada kawasan-kawasan tertentu.[7][29][30] Telaah dan data kebahasaan dilengkapi dengan data arkeologis dan genetika[31][32][keterangan 4] dan argumen-argumen antropologis, yang bersama-sama menyumbang suatu model koheren[7][31] yang berterima luas.[43]

Di dalam model tersebut, sisa-sisa arkeologis pertama dari bangsa India-Eropa adalah kebudayaan Yamnaya.[7] Kebudayaan Yamnaya melahirkan kebudayaan Tembikar Tali Eropa Tengah yang kemudian menyebar ke timur dan melahirkan kebudayaan Sinstasyta Purwa-India-Iran (tahun 2100–1800 Pramasehi). Dari kebudayaan Sintasta inilah muncul kebudayaan Andronovo (tahun 1800–1400 Pramasehi). Sekitar tahun 1800 Pramasehi, bangsa India-Arya memisahkan diri dari cabang-cabang bangsa Iran dan bermigrasi ke KABM (tahun 2300–1700 Pramasehi),[44] kemudian berpindah lebih jauh lagi ke Syam, kawasan utara India, dan kemungkinan besar juga ke Asia Pedalaman.[45]

Kesinambungan dan adaptasi budaya

Migrasi ke kawasan utara India tidaklah mesti merupakan perpindahan penduduk secara besar-besaran, dan bisa saja dalam rombongan-rombongan kecil,[46] yang membawa masuk bahasa dan sistem kemasyarakatan mereka ke daerah baru tatkala mencari padang penggembalaan bagi kawanan ternak mereka.[47] Tindakan tersebut kemudian diikuti rombongan-rombongan yang lebih besar,[48][keterangan 5][keterangan 6] yang mengadopsi bahasa dan kebudayaan baru.[52][53][keterangan 7] Witzel juga mengemukakan bahwa "pergerakan-pergerakan musiman semi-tahunan berskala kecil antardaerah dataran Sindu, pegunungan Afgan, dan pegunungan Baluki masih masih berlanjut sampai sekarang."[50]

Teori Arya Pribumi

Menurut Edwin F. Bryant, para indigenis

... sama-sama meyakini bahwa teori asal-luar masyarakat penutur bahasa India-Arya di Anak Benua India dibangun di atas asumsi-asumsi dan sangkaan-sangkaan yang rapuh atau keliru. Menurut sarjana-sarjana semacam itu, belum ada bukti tak terbantahkan yang membuktikan asal-luar bangsa India-Arya [...] mereka merasa wajib untuk menyanggah teori invasi dan migrasi bangsa Arya. Itulah sebabnya pandangan mereka disebut Teori Arya Pribumi.[1]

"Pendirian indigenis" mulai mengejawantah sesudah ditemukannya peradaban Harapa, yang lebih tua daripada kitab-kitab Weda.[54] Menurut pandangan alternatif ini, bangsa Arya adalah bangsa pribumi India,[2] peradaban Lembah Sungai Sindu adalah peradaban zaman Weda,[2] kitab-kitab Weda sudah ada sebelum milenium kedua Pramasehi,[55] tidak ada ketidaksinambungan antara India bagian India-Eropa (kawasan utara) dan India bagian Dravida (kawasan selatan),[55] dan bahasa-bahasa India-Eropa memencar dari suatu janabijana di India ke tempat-tempat aneka bahasa tersebut dituturkan dewasa ini.[2] Menurut Bresnan, teori ini merupakan suatu tanggapan wajar terhadap narasi abad ke-19 yang mengatakan bahwa ada suatu ras Arya yang superior menaklukkan bangsa pribumi India, yang secara tersirat meneguhkan superioritas etnosentris orang-orang Eropa yang menyerbu masuk ke India pada zaman kolonial, ketimbang mendukung "sebuah teori perkembangan pribumi yang bermuara pada penciptaan kitab-kitab Weda."[56]

Argumen-argumen utama indigenis

Gagasan "bangsa Arya pribumi" disandarkan pada tafsir-tafsir data arkeologis, genetis, dan kebahasaan tertentu, serta tafsir-tafsir harfiah atas Regweda.[57][11][web 3] Argumen-argumen standar, yang digunakan untuk mendukung teori "Arya Pribumi" sekaligus untuk melawan teori Mirgasi India-Arya yang berterima umum, adalah sebagai berikut:

  • Mempertanyakan teori Migrasi India-Arya:
    • Menampilkan teori Migrasi India-Arya sebagai "Teori Invasi India-Arya",[58][keterangan 8] yang direka penjajah pada abad ke-19 untuk menindas bangsa India.[59]
    • Mempertanyakan metodologi linguistika.[60][61][62]
    • Membenarkan gagasan tentang kesinambungan kebudayaan pribumi dengan alasan bahwa tidak ada sisa-sisa peninggalan arkeologis bangsa India-Arya di kawasan barat laut India.[61]
    • Mempertanyakan bukti genetis.[web 4][web 5]
    • Membantah kemungkinan bahwa rombongan-rombongan kecil sanggup mengubah kebudayaan dan bahasa secara mendalam.[web 3]
  • Mempertanggal-ulang sejarah India dengan mengusulkan kronologi Weda-Purana:[63]
    • Membenarkan gagasan tentang asal-usul purba dan pribumi bahasa Sangsekerta,[64][61] dengan mempertanggal Regweda dan masyarakat Weda pada atau sebelum milenium ke-3 Pramasehi.[55][65][66][62] Tindakan ini mencakup:
      • Menyamakan Sungai Saraswati, yang disifatkan di dalam Regweda sebagai sebuah sungai besar, dengan Sungai Gagar-Hakra yang mengering sekitar tahun 2000 Pramasehi, dan dengan demikian membenarkan gagasan tentang pertanggalan Regweda yang lebih silam.[67]
      • Membenarkan gagasan tentang keberadaan satwa kuda dan kereta kuda di India sebelum tahun 2000 Pramasehi.
    • Menyamakan masyarakat Weda dengan peradaban Harapa.[2][65]
    • Mempertanggal-ulang sejarah India berdasarkan kronologi Weda-Purana.[68]

Menggugat Teori Migrasi Arya

Retorika "Invasi Arya"

Gagasan kadaluarsa "invasi Arya" sudah lama digunakan sebagai argumen orang-orangan jerami untuk menyerang Teori Migrasi India-Arya.[58][keterangan 8] Menurut Witzel, model invasi dikecam para pengusung Teori Arya Pribumi sebagai pembenaran terhadap pemerintahan kolonial:[58]

Teori tentang imigrasi Arya penutur bahasa India-Arya ("invasi Arya") hanya dipandang sebagai alat kebijakan Inggris untuk membenarkan penyerobotan mereka atas India dan pemerintahan kolonial yang menyusul kemudian: dalam kedua-dua kasus tersebut, suatu "ras kulit putih" dianggap menundukkan populasi tempatan yang lebih gelap warna kulitnya.

Di lain pihak, Koenraad Elst, salah seorang pendukung Teori Arya Pribumi, mengemukakan sebagai berikut:[69]

Teori yang akan kita bahas bukti kebahasaannya ini dikenal secara luas sebagai "Teori Invasi Arya" (TAI). Istilah ini akan saya pertakankan, sekalipun beberapa sarjana berkeberatan, lantaran lebih menyukai istilah "imigrasi" ketimbang "invasi." ... Bentang alam kebahasaan India Utara hanya terbuka terhadap dua kemungkinan penjelasan: bangsa India-Arya adalah bangsa pribumi, atau bangsa India-Arya masuk lewat suatu invasi.[keterangan 9]

Metodologi linguistika

Para indigenis mempertanyakan metodologi dan hasil-hasil penelitian lingustika.[60][61][62] Menurut Edwin F. Bryant,[70] para penganut Teori Keluar dari India cenderung menjadi pakar bahasa amatiran yang mengabaikan sepenuhnya atau sekadar mengetepikan bukti kebahasaan yang bagi mereka sangat spekulatif dan inkonklusif,[keterangan 10] atau berusaha mengatasinya dengan kualifikasi-kualifikasi yang tidak kunjung memadai. Sikap dan ketidakacuhan semacam ini secara signifikan menurunkan nilai sebagian besar terbitan karya-karya tulis yang mengusung Teori Keluar dari India.[71][72]

Temuan arkeologis dan kesinambungan budaya

Pada dasawarsa 1960-an, penjelasan-penjelasan arkeologis bagi perubahan budaya bergeser dari model-model migrasi ke sebab-sebab perubahan yang berasal dari dalam.[41] Lantaran ketiadaan sisa-sisa peninggalan arkeologis bangsa India-Arya, Jim G. Shaffer, lewat karya tulisnya pada dasawarsa 1980-an dan 1990-an, mengemukakan gagasan tentang kesinambungan budaya pribumi dari zaman Harapa sampai ke zaman-zaman pasca-Harapa.[73][74] Menurut Shaffer, tidak ada indikasi arkeologis migrasi bangsa Arya ke kawasan barat laut India pada waktu atau sesudah terpuruknya kebudayaan kota Harapa.[74][keterangan 11] Shaffer bahkan mengemukakan pandangan bahwa ada "serangkaian pertukaran budaya yang mencerminkan perkembangan kebudayaan pribumi."[75] Menurut Shaffer, perubahan bahasa sudah keliru dinisbatkan kepada perpindahan masyarakat.[76][keterangan 12] Senada dengan Shaffer, Erdosy juga mendapati ketiadaan bukti migrasi, dan menandaskan bahwa "bahasa-bahasa rumpun India-Eropa mungkin sekali menyebar ke Asia Selatan melalui migrasi,"[82] akan tetapi bangsa arya yang disebutkan di dalam Regweda, sebagai suatu suku sebangsa-sebahasa tertentu yang berpegang kepada seperanggu gagasan tertentu,[83][keterangan 13] mungkin sekali adalah masyarakat pribumi yang "peranggu gagasan"-nya dengan cepat menyebar ke seluruh India.[82][85]

Sejak dasawarsa 1990-an, fokus kembali beralih kepada migrasi sebagai suatu model penjelasan.[41] Bekas keberadaan masyarakat-masyarakat penggembala ternak sukar diidentifikasi di dalam rekam arkeologis, lantaran masyarakat-masyarakat tersebut hidup berpindah-pindah dalam rombongan-rombongan kecil dan hanya meninggalkan sedikit jejak.[web 6] Pada tahun 1990, David Anthony menerbitkan karya tulisnya yang membela model migrasi.[41] Di dalam bukunya yang berjudul The Horse, the Wheel, and Language (terbit 2007), ia telah menyajikan suatu tinjauan luas terhadap jalur arkeologis bangsa India Eropa di stepa-stepa Erasia dan Asia Tengah.[7] Perkembangan dan peningkatan mutu penelitian genetika "yang revolusioner"[33][34][86] sejak awal dasawarsa 2010-an[34][86] telah mengukuhkan peralihan fokus ini, lantaran berhasil menyingkap data yang sebelumnya tidak terakses, dan dengan demikian menunjukkan adanya migrasi-migrasi berskala besar pada zaman prasejarah.[41]

Bukti genetis

Para pengancur Teori Keluar dari India mempermasalahkan temuan-temuan yang dihasilkan penelitian genetis,[web 4][web 5][web 7] dan beberapa penelitian DNA terdahulu pun mengugat teori migrasi bangsa India-Arya.[87][88] Meskipun demikian, sejak tahun 2015, penelitian genetis telah mengalami peningkatan mutu "secara revolusioner",[33][34] dan kian meneguhkan migrasi kaum penggembala stepa ke Eropa Barat maupun Asia Selatan,[38][31][39][40][41][keterangan 14] malah "banyak ilmuwan yang berpandangan skeptis atau netral sehubungan dengan migrasi-migrasi Zaman Tembaga ke India telah mengubah opini mereka."[38][keterangan 15]

Baca juga

  • Kebudayaan Dravida

Bangsa India-Arya

Politik

  • Historiografi nasionalis
  • Safronisasi
  • Kontroversi buku ajar Dewan Penelitian dan Pelatihan Nasional

Indigenis

Buku

  • The Arctic Home in the Vedas (terbit tahun 1903)
  • In Search of the Cradle of Civilization
  • Aryan Invasion of India: The Myth and the Truth (terbit tahun 1993)
  • Update on the Aryan Invasion Debate (terbit tahun 1999)
  • The Rigveda: A Historical Analysis (terbit tahun 2000)

Lain-lain

  • Kebudayaan Yamnaya

Keterangan

Rujukan

Sumber

Sumber cetak
Sumber jejaring

Bahan bacaan lanjutan

Selayang pandang

Edwin Bryant, seorang sejarawan kebudayaan, mengemukakan suatu penjelasan selayang pandang mengenai berbagai pendirian "Indigenis" di dalam tesis doktoral filsafatnya maupun dua buku yang terbit sesudahnya:

The Indigenous Aryan Debate dan The Quest for the Origins of Vedic Culture adalah laporan-laporan kerja lapangannya, terutama hasil-hasil wawancara dengan para peneliti India, mengenai sambutan terhadap teori Migrasi India-Arya di India. The Indo-Aryan Controversy adalah kumpulan makalah yang ditulis para "indigenis", termasuk Koenraad Elst, tetapi juga mencakup sebuah makalah yang ditulis Michael Witzel.

Penjelasan selayang pandang lainnya dikemukakan oleh Thomas Trautmann:

  • Trautmann, Thomas (2005). The Aryan Debate. Oxford University Press. 
  • Trautmann, Thomas (2006). Aryans and British India. Yoda Press. ISBN 9788190227216. 
Karya tulis penganjur teori "Arya Pribumi"
  • Elst, Koenraad (1999). Update on the Aryan Invasion Debate. New Delhi: Aditya Prakashan. ISBN 81-86471-77-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 07 Agustus 2013. Diakses tanggal 21 Desember 2006. 
  • Kazanas, Nicholas (2002). "Indigenous Indo-Aryans and the Rigveda". Journal of Indo-European Studies. 30: 275–334. 
  • Georg Feuerstein, Subhash Kak, David Frawley, In Search of the Cradle of Civilization: New Light on Ancient India Quest Books (IL) (October, 1995) ISBN 0-8356-0720-8
  • Lal, B. B. (2002), The Sarasvati flows on: The continuity of Indian culture, Aryan Books International, ISBN 81-7305-202-6.
  • Lal, B. B. (2015), The Rigvedic People: Invaders? Immigrants? or Indigenous?. See also Koenraad Elst, "Book Review: The Rig Vedic People Were Indigenous to India, Not Invaders"
  • Mukhyananda (1997). Vedanta: In the Context of Modern Science – A Comparative Study. Bharatiya Vidya Bhavan. ASIN: B0000CPAAF. 
  • N. S. Rajaram, The Politics of History: Aryan Invasion Theory and the Subversion of Scholarship (New Delhi: Voice of India, 1995) ISBN 81-85990-28-X.
  • Talageri, S. G., The Rigveda: A Historical Analysis, New Delhi: Aditya Prakashan, 2000 ISBN 81-7742-010-0 [1] Diarsipkan 2006-06-16 di Wayback Machine.
  • Danino, Michel (April–June 2009). "A Brief Note on the Aryan Invasion Theory" (PDF). Pragati Quarterly Research Journal. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 03 Februari 2015. Diakses tanggal 03 Februari 2015. 
  • Motwani, Jagat (2011). None but India (Bharat): The Cradle of Aryans, Sanskrit, Vedas, & Swastika – 'Aryan Invasion of India' and 'IE Family of Languages' Re-examined and Rebutted. iUniverse. 
India
  • Frawley, David (1993). Gods, Sages and Kings: Vedic Secrets of Ancient Civilization. Motilal Banarsidass. 
Kritik
  • Shereen Ratnagar (2008), The Aryan homeland debate in India, dalam buku Philip L. Kohl, Mara Kozelsky, Nachman Ben-Yehuda "Selective remembrances: archaeology in the construction, commemoration, and consecration of national pasts", hlmn. 349–378
  • Suraj Bhan (2002), "Aryanization of the Indus Civilization" dalam buku Panikkar, KN, Byres, TJ & Patnaik, U (Penyunting), The Making of History, hlmn. 41–55.
  • Thapar, Romila (2019), "They Peddle Myths and Call It History", New York Times 
Lain-lain
  • Guichard, Sylvie (2010). The Construction of History and Nationalism in India: Textbooks, Controversies and Politics. Routledge. 

Pranala luar