Aneurisme arteri koroner

(Dialihkan dari Aneurisma arteri koroner)

Aneurisma arteri koroner adalah kondisi yang jarang terjadi dan didefinisikan sebagai adanya dilatasi arteri koroner yang melebihi 50%.[2] Aneurisma arteri koroner disebut raksasa jika diameternya empat kali lebih besar dari normal atau jika berdiameter > 8 mm.[3] Kelainan ini terjadi pada sekitar 0,3%–4,9% pasien yang menjalani angiografi koroner dan dilaporkan dalam 1,4% pemeriksaan postmortem.[2]

Aneurisma Arteri Koroner
Arteri Koroner
Informasi umum
SpesialisasiKardiologi Sunting ini di Wikidata
Penyebabaterosklerosis, penyakit Kawasaki, kateterisasi koroner.
Diagnosisangiografi koroner
Perawatanpengobatan medis, eksisi bedah, CABG, dan PCI[1]

Aneurisma arteri koroner ditemukan di arteri koroner epikardium, paling sering ditemukan di bagian proksimal dan tengah arteri koroner kanan (sekitar 68%), diikuti oleh bagian proksimal dari arteri anterior desenden kiri (Left Anterior Descending (LAD)) (60%) dan arteri sirkumfleks kiri (Left Circumflex (LCx)) (50%). Aneurisma arteri koroner dari batang utama kiri (Left Main Stem (LMS)) sangat langka dan hanya terjadi pada 0,1% dari populasi.[2][4]

Dilatasi mungkin berupa fokal atau difus, dan aneurisma diklasifikasikan sebagai fusiformis (dimensi memanjang > dimensi melintang) atau dimensi tekuler (dimensi melintang > dimensi longitudinal) dalam morfologi. Diketahui bahwa sekitar sepertiga kasus ini dikaitkan dengan penyakit arteri koroner obstruktif dan telah dikaitkan dengan infark miokard akut, aritmia, atau kematian jantung mendadak.[5]

Baru-baru ini, dengan meningkatnya penggunaan drug eluting stents (DESs), ada laporan bahwa stent menyebabkan aneurisma koroner, setelah dilakukan intervensi berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun berikutnya.[6] Aneurisma pasca intervensi koroner jarang terjadi, dengan angka insidensi 0,3%–6,0% dan sebagian besar aneurisma sebenarnya adalah pseudoaneurisma daripada aneurisma sejati.[7]

Klasifikasi

Tabel Klasifikasi dilatasi arteri koroner
Berdasarkan bentuk atau struktur kasar
Sakular (berkantong)Diameter transversal lebih besar dari dimensi longitudinal
FusiformisDimensi longitudinal lebih besar dari diameter transversal
Berdasarkan komposisi dinding arteri
Aneurisma sejatiDinding arteri terdiri dari tiga lapisan: adventitia, media, dan intima
PseudoaneurismaDinding arteri terdiri dari satu atau dua lapisan
Berdasarkan ukuran
Aneurisma raksasa (dewasa)> diameter 20-150 mm
Aneurisma raksasa (anak-anak)> 8 mm
Berdasarkan tingkat keterlibatan[8]
Tipe IDilatasi difus dua atau tiga arteri
Tipe IIDilatasi difus pada satu arteri dan kelainan lokal di arteri lain
Tipe IIIDilatasi difus satu arteri saja
Tipe IVDilatasi lokal atau segmental

Penyebab

Tabel Penyebab Aneurisma Arteri Koroner
PenyebabFrekuensi (%)
Bawaan17[6]
Didapat
Aterosklerosis52[6]
Gangguan peradangan
Penyakit Kawasaki17[9]
Arteritis Takayasu
Arteritis sel raksasa
Penyakit Behcet
Menular
Aneurisma narkotika11[6]
Emboli Septik
Bakteri
Sifilis
Gangguan jaringan ikat
Sindrom Marfan<10[9]
Sindrom Ehlers-Danlos
Displasia fibromuskular
Terkait obat-obatan
Kokainlangka
Amfetamin
Traumalangka
Iatrogenik (misalnya, PTCA, stents, aterektomi, angioplasti, angioplasti laser)0.3-0.6[7]

Manifestasi klinis

Tidak ada ciri klinis yang khas dari penyakit ini. Nyeri dada, yang mengarah ke angina stabil, adalah gejala yang paling sering dialami oleh pasien dengan aneurisma koroner.[10] Pasien dapat juga memiliki gambaran STEMI (ST-Elevation Myocardial Infarct),[11] Non-STEMI,[12] kematian jantung mendadak atau komplikasi seperti pembentukan trombus, embolisasi, fistula, ruptur, hemoperikardium, tamponade, kompresi struktur sekitar jantung, atau gagal jantung kongestif.[13][14][15]

Aneurisma koroner raksasa dapat meniru aneurisma aorta asenden atau arteri pulmonalis utama, atau kondisi lain seperti tumor jantung, tumor perikardia atau tumor kelenjar timus.[16] Aneurisma koroner raksasa sering dihubungkan dengan usia lanjut, kecenderungan komplikasi, yakni terkait ruptur dan dapat muncul sebagai massa mediastinal, massa intrakardiak atau sindrom vena kava superior selain gejala yang menunjukkan adanya iskemia.[17]

Diagnosis

Diagnosis penyakit ini dapat dilakukan menggunakan teknik noninvasif dan invasif, seperti ekokardiografi, CT scan, MRI, dan angiografi koroner.[18][19][20][21][22][23] Angiografi koroner tetap menjadi standar baku utama diagnosis karena memberikan informasi yang lengkap mengenai bentuk, ukuran, lokasi, dan anomali yang ada bersamaan dengan penyakit arteri koroner lainnya. Angiografi ini juga bermanfaat untuk mengatur strategi pembedahan.[18] Meski demikian, tindakan ini invasif dengan adanya risiko lain yang berhubungan dengan tindakan invasif cenderung mahal dan ukuran aneurisma dapat terabaikan akibat adanya trombus yang besar.[19]

USG intravaskuler (IVUS) telah menjadi teknik "standar emas" yang dapat menghasilkan gambaran transluminal dari arteri koroner, termasuk informasi mengenai komposisi lumen dan struktur dinding arteri. IVUS sangat bermanfaat untuk membantu membedakan adanya aneurisma palsu akibat ruptur plak.[24]

Tata laksana

Keseluruhan pasien dengan bukti adanya aneurisma koroner harus dilakukan evaluasi risiko penyakit jantung secara agresif, baik mereka memiliki penyakit arteri koroner obstruktif atau tidak. Pilihan untuk menangani aneurisma koroner ini sedang diperdebatkan dan masih menjadi sebuah tantangan untuk kardiolog intervensi.[25]

Ada bukti yang menunjukkan bahwa aneurisma kecil yang tidak bergejala mungkin tidak memerlukan penanganan medis. Namun, dilatasi mungkin saja mengalami progresivitas dan meningkatkan risiko komplikasi.[26]

Terapi obat-obatan utamanya adalah untuk mencegah komplikasi tromboemboli pada pasien yang memiliki risiko trombosis melalui penggunaan antiplatelet dan antikoagulan.[27] Aspirin adalah pilihan utama, sementara pilihan kedua (seperti clopidogrel, prasugrel, atau ticagrelor) juga dapat menjadi pilihan jika ada kontraindikasi klinis.[28]

Intervensi koroner perkutan adalah opsi yang baru saja dilakukan, namun dengan sampel yang sangat kecil. Teknik ini antara lain termasuk implantasi sten konvensional, embolisasi coil, cangkok vena autolog, dan cangkok menggunakan PTFE (polytetrafluoroethylene).[29]

Tata laksana bedah dilakukan pada pasien bergejala dengan adanya bukti penyakit arteri koroner obstruktif atau bukti embolisasi yang menyebabkan iskemia miokard dan pada pasien dengan aneurisma koroner yang berisiko ruptur.[30] Berbagai macam teknik dilakukan untuk menangani aneurisma ini, antara lain dengan reseksi, ligasi aneurisma, marsupialisasi dengan transplantasi interposisi, dan tindakan bypass arteri koroner.[30]

Prognosis

Prognosis aneurisma arteri koroner dipengaruhi oleh ukuran dari aneurisma. Secara umum, aneurisma kecil memiliki prognosis yang lebih baik dengan risiko rendah terjadinya iskemi miokard dan/atau kematian.[31][32] Kebalikannya, aneurisma yang besar (diameter internal >8 mm) memiliki risiko tinggi pada morbiiditas dan mortalitas.[33]

Lihat pula

Referensi