Muhammad Mashabi

Muhammad Ridwan Mashabi atau M. Mashabi adalah salah satu penulis lagu dan penyanyi musik Melayu asal Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat pada masa 1950-an dan 1960-an di Indonesia[2]. Bersama-sama dengan Husein Bawafie dan Munif Bahasuan[3], ia merombak gaya musik Orkes Melayu Deli dengan mengganti beberapa instrumen serta struktur lirik dan lagu.[4] Bila sebelumnya lagu-lagu Melayu Deli berisikan pantun, syair, atau bentuk puisi lama lain,[5] pada masa mereka musik Melayu mulai memasukkan tema-tema musik populer seperti percintaan. Penggunaan gong mulai ditinggalkan dan tempo lagu lebih cepat.[6] Perubahan yang dilakukan merintis bentuk dangdut modern seperti yang dikenal sekarang.[7]

Muhammad Mashabi
LahirMuhammad Ridwan Mashabi
1930-an
Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jakarta
Meninggal1963/1967 dalam usia 37
Nama lainM. Mashabi
PekerjaanPenyanyi, Penulis lagu
Orang tuaSalim Mashabi
Salamah Mashabi
Karier musik
GenreMelayu[1]

Biografi

Kehidupan Awal

Mashabi lahir di Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat pada tahun 1943 dari pasangan Salim Mashabi dan Salamah Mashabi. Ia adalah anak kedua dari 14 bersaudara. Ayahnya, Salim adalah seorang pemusik anggota Orkes Melayu al-Wardah.[6]

Karier

Mashabi bergabung bersama Orkes Melayu Kelana Ria pada akhir tahun 1950-an. Bersama grup musik ini, Mashabi produktif melahirkan karya-karya emasnya. Bersama Mashabi, grup orkes melayu itu kemudian melakukan beberapa rekaman musik dan tampil di berbagai panggung.[6] Selain sosok Mashabi dan Munif Bahasuan, ada nama-nama seperti Husein Bawafie, Adi Karso, Lutfi Mashabi, Djuhana Sattar atau Ellya Khadam, yang kelak oleh generasi berikutnya ditahbiskan ikut berperan besar mengenalkan gaya musik melayu modern[8].

Wafat

Muhammad Mashabi meninggal di usia muda, yaitu antara tahun 1963 atau 1967. Ia meninggalkan delapan adik, dan lima diantaranya adalah perempuan yang masih tinggal di rumah peninggalan orang tua mereka di kawasan Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat.[6]

Karya

Beberapa lagu ciptaannya yang menjadi abadi dapat disebutkan Renungkanlah, Harapan Hampa, Hilang Tak Berkesan, Ketjewa (dipopulerkan kembali oleh Iis Dahlia sebagai Kecewa), Keluhan Anak Tiri, Ratapan Anak Tiri (diadaptasi menjadi film yang menggunakan lagu ini sebagai soundtracknya), Untuk Bungamu, Kenangan Lama, dan Tjerita Lama.[4]

Lagu

  • Belas Kasih
  • Harapan Hampa
  • Hilang Tak Berkesan
  • Kesunyian Jiwa
  • Renungkanlah
  • Untuk Bungamu
  • Ratapan Anak Tiri
  • Jangan Mengharap
  • Kisah Lalu
  • Peristiwa Lama
  • Seruling Bambu

Referensi

Catatan kaki

Bibliografi

Pranala luar