Pagarsih

Pagarsih atau Jalan Pagarsih adalah sebuah nama jalan di Kota Bandung. Letaknya tak jauh dari pusat kota, atau kurang-lebih sekitar 1 kilometer dari Alun-alun Bandung. Kawasan ini masuk dalam dua wilayah, kecamatan Astanaanyar, Bandung dan Kecamatan Bojongloa Kaler, Bandung.[1]


Sejarah

Pada tahun 1940-an, kawasan Jalan Pagarsih (Pagarsihweg, dalam bahasa belanda) masih berupa pesawahan, kebun kangkung dan kebun kelapa. Jalan Pagarsih sendiri diperkirakan sudah ada sejak tahun 1930-an dan jalannya pun belum selebar seperti sekarang.

Konon, seorang tuan tanah pernah tinggal di wilayah ini, namanya Garsih. Karena termasuk orang terpandang dan berpengaruh di kawasan ini, masyarakat sekitar kerap memanggil dengan sebutan Pak Garsih, yang dalam lidah orang sunda menjadi Pa Garsih (dibaca Pagarsih).[2]

Selain sosok yang dihormati, Pak Garsih dikenal memiliki jasa bagi warga sekitar. Dia adalah orang yang berjasa membangun pintu air di sungai Citepus yang berfungsi untuk mengairi pesawahan Kebun (dalam bahasa Sunda kebon) kangkung dan kebun kelapa yang ada di daerah tersebut.

Atas prakarsanya itu, ia bersama warga membuat pintu air (irigasi) yang melekuk ke arah jalan babakan Irigasi (sekarang) atau dalam bahasa sunda disebut ulekan. Maka tak heran jika di wilayah ini terdapat pasar Ulekan (sekarang disebut pasar Pagarsih).

Pak Garsih memiliki tanah yang cukup luas, diperkirakan membentang dari Gg. Citepus (sekarang) sampai Gg. Nyi Empok (yang konon Nyi Empok adalah istrinya). Karena masih jarang penduduknya, jika memanggil teman dari pasar ulekan hingga Jalan Siliwangi (sekarang jalan Astana Anyar menuju arah Jalan Kalipah Apo) masih terdengar jelas.[3]

Pak Garsih sendiri sempat tinggal di sebuah rumah yang kini diperkirakan berada di depan Gg Mastabir. Sayangnya, tak banyak masyarakat sekarang yang mengetahui secara pasti rumah tuan tanah ini.

Tempat yang berada di Jalan Pagarsih

  • Sentra Percetakan di sepanjang jalan Pagarsih [4]
  • Konveksi di Gang Pasantren [5]
  • Pasar Ulekan (Pasar Pagarsih)
  • Pasar Taman Senang
  • SDN Pagarsih
  • Puskesmas Pagarsih
  • Masjid Ali Yasin
  • Masjid Al Fath
  • Vihara Terang Hati
  • Gereja Pantekosta Serikat
  • Makam Mama Eyang Sukapakir (KH Rd Muhammad Alwi r.a)
  • Eightfully Coffee & Milk Bar

Banjir Pagarsih

Banjir Pagarsih, photo detikcom

Tidak seperti diberitakan di berbagai media yang seolah-olah mengeneralisir seluruh jalan Pagarsih selalu terkena banjir jika musim penghujan, nyatanya banjir Pagarsih hanya terjadi di sebagian kecil ruas jalan Pagarsih antara Pasar Ulekan hingga sebelum perempatan Pagarsih- Jalan Kalipah Apo - Jalan Astana Anyar, ruas jalan tersebut berdampingan dengan sungai Citepus.

Sejak tahun 1960-an area Pagarsih yang berdampingan dengan sungat citepus sudah menjadi langganan Banjir air lewat. Siklus cuaca ekstreem per 10 tahun sekali menyebabkan kehebohan pada tahun 2016 di berbagai media cetak dan elektronik tentang Banjir Pagarsih ini.[6]

Luapan sungai Citepus ketika hujan bisa sangat dahsyat sekali hingga bisa menghanyutkan mobil yang terparkir di pinggir jalan Pagarsih yang berdampingan dengan sungai tersebut.

Referensi

Lihat pula

🔥 Top keywords: Halaman UtamaIstimewa:PencarianKejuaraan Eropa UEFA 2024KleopatraDuckDuckGoIduladhaTaqabbalallahu minna wa minkumJepangMinal 'Aidin wal-FaizinPeringkat Dunia FIFAKejuaraan Eropa UEFADavina KaramoyAhmad LuthfiTijjani ReijndersIndonesiaSunjaya Purwadi SastraRumaniaKurban (Islam)Dompet elektronikFacebookKejuaraan Eropa UEFA 2020Hari TasyrikYouTubeDaftar film Indonesia tahun 2024Joko AnwarTino KarnoAurélie MoeremansKualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 (AFC)Hati SuhitaPembunuhan Muhammad Rizky Rudiana dan Vina Dewi ArsitaSapiKevin DiksCopa América 2024Lempar jamrahXNXXYandexMichelle ZiudithGoogle TerjemahanBen Sumadiwiria