Agama abrahamik

kategori agama yang dianggap berasal dari warisan Abraham

Agama abrahamik atau agama samawi adalah kelompok agama yang mengikuti ajaran dan menyembah Tuhan Abraham/Ibrahim seperti Yudaisme, Kekristenan, dan Islam.

Simbol yang biasa digunakan untuk mewakili tiga agama Abrahamik terbesar. Dari atas ke bawah: bintang Daud, salib Kristen, dan bintang bulan sabit.[a]

Abraham atau Ibrahim, seorang Patriark dan Rasul,[1][2] secara luas disebutkan dalam kitab suci agama-agama Abrahamik seperti Alkitab dan Al-Qur'an.[2][3]

Tradisi Yahudi dan Kristen menyebutkan bahwa Dua Belas Suku Israel adalah keturunan dari Abraham melalui putranya Ishak dan cucu Yakub, yang putra-putranya membentuk bangsa Israel di Kanaan, sedangkan. Tradisi Islam menyebutkan bahwa Dua Belas Suku Arab yang dikenal sebagai bani Ismail adalah keturunan dari Ibrahim melalui putranya Ismail di tanah Arab.[4][1][5][6][7]

Agama Israel kuno berasal dari agama Kanaan kuno pada Zaman Perunggu, dan menjadi monoteistik kuat sekitar abad ke-6 SM.[8][9]

Kekristenan berpisah dari Yudaisme pada abad ke-1 M,[1] dan menyebar luas setelah diadopsi oleh Kekaisaran Romawi sebagai agama negara pada abad ke-4 Masehi. Islam didirikan oleh Muhammad pada abad ke-7 M, dan juga tersebar luas melalui penaklukan Muslim awal.[1]

Agama samawi membentuk kelompok agama terbesar dalam ilmu perbandingan agama, setelah agama-agama dari India, Iran, dan Asia Timur.[10] Kristen dan Islam adalah agama terbesar di dunia berdasarkan jumlah pemeluknya.[11] Agama-agama samawi dengan penganut lebih sedikit termasuk Yudaisme,[11] iman Baháʼí,[2][12][13] Druze,[2][14] Samaria,[2] dan Rastafari.[2][15]

Etimologi

Cendekiawan Katolik Islam Louis Massignon menyatakan bahwa frasa "Agama Abrahamik" adalah semua agama yang berasal dari sumber spiritual yang sama.[16] Istilah yang lebih modern berasal dari istilah plural dari referensi Al-Qur'an yaitu Millah Abraham, "Agamanya Ibrahim", bentuk bahasa arab dari Abraham.[17]

Janji Allah pada Kejadian 15:4-8 mengenai ahli waris Abraham menjadi paradigmatik bagi orang Yahudi, yang berbicara tentang dia sebagai "bapa kita Abraham" (Avraham Avinu). Dengan munculnya kekristenan, Paulus sang Rasul, dalam Roma 4:11-12, juga menyebutnya sebagai "bapa dari semua orang" mereka yang beriman, disunat atau tidak disunat. Islam juga menganggap dirinya sebagai agama Abraham.[18] Semua agama Abrahamik utama mengklaim garis keturunan langsung kepada Abraham:

Perdebatan mengenai istilah

Ketepatan pengelompokan Yudaisme, Kristen, dan Islam dengan istilah "agama-agama Ibrahim" atau "tradisi-tradisi Ibrahim" telah banyak ditentang. Kepercayaan umum Kristen tentang Inkarnasi, Trinitas, dan kebangkitan Yesus, misalnya, tidak diterima oleh agama Yahudi dan Islam (lihat misalnya pandangan Islam tentang kematian Yesus). Ada kepercayaan-kepercayaan utama dalam Islam dan Yahudi yang tidak dimiliki oleh sebagian besar agama Kristen (seperti pantangan terhadap daging babi), dan kepercayaan-kepercayaan utama dalam Islam, Kristen, dan Iman Baháʼí yang tidak dimiliki oleh agama Yahudi (seperti posisi kenabian dan keMesiasan Yesus).[23]

Adam Dodds berpendapat bahwa istilah "Kepercayaan Abrahamik", meskipun bermanfaat, dapat menyesatkan, karena istilah ini menyampaikan kesamaan historis dan teologis yang tidak spesifik, dan dapat menjadi masalah jika diteliti lebih lanjut. Meskipun ada kesamaan di antara agama-agama tersebut, akar persamaan hanya bersifat periferal dari kepercayaan dasar masing-masing dan dengan demikian menyembunyikan perbedaan-perbedaan yang krusial.[24] Alan L. Berger, Profesor Studi Yudaisme di Florida Atlantic University, menulis bahwa meskipun "Yudaisme melahirkan agama Kristen dan Islam," ketiga agama tersebut "memahami peran Abraham" dengan cara yang berbeda.[25] Sementara itu, Aaron W. Hughes menggambarkan istilah tersebut sebagai "tidak tepat" dan "sebagian besar merupakan neologisme teologis."[26]

Sebutan alternatif untuk "agama-agama Abraham", yaitu "monoteisme gurun", mungkin juga memiliki konotasi yang tidak memuaskan.[27]

Lihat juga

Catatan

Referensi

Bacaan lanjutan

Pranala luar