Burung

binatang dari tetrapoda
Burung
Rentang fosil:
Zaman Kapur Akhir – sekarang, 72–0 Ma[1][2] Kemungkinan Zaman Kapur Awal atau asal usul Zaman Kapur Akhir awal berdasarkan jam molekuler[3][4][5]
Keragaman jenis burung
Klasifikasi ilmiah
Domain:
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Aves

Klasifikasi lebih rendah

Lihat teks

Sinonim
Burung gelatik batu Eropa, Parus major.

Burung, manuk-manuk, atau peksi adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Aves termasuk hewan ovipar berdarah panas[7]

Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil dan dapat mengepakkan sayap dengan sangat cepat, penguin yang menyelam dengan sayapnya, hingga burung unta, yang lebih tinggi dari manusia. Sebagian besar spesies burung di dunia mampu terbang menggunakan sayapnya (mis. bebek, angsa, burung gereja, pelikan, burung hantu, elang, cenderawasih, dan masih banyak lagi), kecuali beberapa jenis burung yang biasanya endemik di tempat tertentu, seperti burung unta, moa, kasuari, kiwi, penguin, dan sebagainya. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800–10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves.

Saat ini, burung diketahui merupakan turunan dari kelompok dinosaurus theropoda berbulu, dan dengan demikian merupakan satu-satunya anggota dinosaurus yang masih hidup. Dengan demikian juga, kerabat terdekat burung yang masih hidup adalah buaya (anggota dari klad Archosaurus yang masih tersisa adalah burung dan buaya). Burung adalah keturunan aviala purba (yang anggotanya termasuk Archaeopteryx) yang pertama kali muncul sekitar 160 juta tahun yang lalu di Tiongkok. Menurut bukti DNA, burung modern (Neornithes) berevolusi pada periode Kapur Pertengahan hingga Akhir, dan melakukan diversifikasi secara cepat dan mencolok sekitar waktu peristiwa kepunahan Kapur–Paleogen 66 juta tahun yang lalu, yang membunuh pterosaurus dan semua dinosaurus nonburung.

Klasifikasi

Archaeopteryx lithographica sering dianggap sebagai burung tertua yang diketahui.

Klasifikasi ilmiah burung pertama kali dikembangkan oleh Francis Willughby dan John Ray pada tahun 1676 dalam edisi Ornithologiae.[8] Carolus Linnaeus mengubah klasifikasi tersebut tahun 1758 untuk merancang tata nama biologi yang digunakan saat ini.[9] Berikut merupakan klasifikasi burung yang lebih rendah:

Infrakelas Palaeognathae

Palaeognathae atau "rahang tua" adalah salah satu dari dua infrakelas yang diakui dalam kelas taksonomi Aves dan terdiri dari ratite dan tinamu. Ratite sebagian besarnya adalah burung besar dan berkaki panjang, tidak bisa terbang, dan tidak memiliki tulang dada yang lunas. Secara tradisional, semua ratite ditempatkan dalam ordo Struthioniformes. Namun, analisis genetik terbaru menemukan bahwa kelompok tersebut tidak monofili karena bersifat parafili terhadap tinamu, sehingga burung unta diklasifikasikan sebagai satu-satunya anggota ordo Struthioniformes, dan ratite lain ditempatkan dalam ordo lain.[10][11]

Infrakelas Neognathae

Hampir semua burung yang hidup termasuk dalam infrakelas Neognathae atau “rahang baru”. Sternum atau tulang dadanya lunas dan tidak seperti ratite. Anggotanya dikenal sebagai carinatae.

Distribusi

Burung hidup dan berkembang biak pada sebagian besar habitat darat dan pada tujuh benua, hingga mencapai koloni ekstrem mereka pada koloni perkembangbiakan Petrel Salju hingga pada ketinggian 440 kilometer (270 mi) di pedalaman Antarktika.[12] Diversitas tertinggi burung terdapat di wilayah tropis. Ini juga sudah dipikirkan sebelumnya bahwa keragaman tertinggi burung adalah hasil dari tingkat spesiasi di daerah tropis, bagaimanapun studi terbaru menemukan spesiasi tingkat tertinggi di lintang tinggi yang diimbangi dengan tingkat kepunahan lebih besar daripada di daerah tropis.[13] Beberapa famili burung telah beradaptasi terhadap kehidupan baik di lautan dunia dan pada diri mereka, dengan beberapa spesies burung laut datang ke darat hanya untuk berkembang biak[14] dan beberapa penguin telah tercatat menyelam hingga kedalaman 300 meter (980 ft).[15]

Banyak spesies burung yang telah membangun populasi perkembangbiakan di wilayah mereka yang diintroduksi oleh manusia. Beberapa introduksi memang disengaja; contohnya Puyuh Biasa, diintroduksi ke seluruh dunia sebagai burung buruan.[16] Yang lain karena ketidaksengajaan, seperti pembentukan populasi Parkit Pendeta liar di beberapa kota di Amerika Utara setelah pelarian mereka dari penangkaran.[17] Beberapa spesies, termasuk Kuntul Kerbau,[18] Karakara Kepala-kuning[19] dan Kakatua Galah,[20] memiliki telah menyebar secara alami melampaui rentang asli mereka sebagai praktik agrikultural yang membuat habitat baru mereka yang sesuai.

Ekologi

Sebagian besar burung menempati berbagai lokasi dalam ekologi. Sementara beberapa burung umum yang lain menempati tempat yang sangat khusus di habitatnya atau berdasarkan di mana letak jenis makanannya berada. Bahkan di dalam sebuah habitat tunggal, seperti hutan, area ini bisa ditempati oleh berbagai jenis burung yang bervariasi, dengan beberapa spesies hidup dalam hutan kanopi, beberapa di bawah kanopi itu sendiri, serta beberapa yang lainnya dalam hutan itu sendiri. Burung yang hidup di sekitar perairan umumnya mencari makanan dengan memancing, memakan tanaman, dan membajak makanan hewan lain. Burung pemangsa mengkhususkan diri pada berburu hewan atau burung lain.

Beberapa burung yang memakan sari bunga, berperan dalam penyerbukan bunga dan banyak burung yang memakan buah juga memainkan peran penting dalam penyebaran biji.[21] Burung-burung penyerbuk sering kali saling bergantung dan berdampingan dengan tumbuhan,[22] dan dalam beberapa kasus kadang kejadian hanya ada spesies burung tertentu yang sampai ke dalam nektarnya dan hanya merupakan penyerbuk primer/tunggal dari spesies bunga tertentu.[23]


Macam-macam burung

Ancaman

Indonesia menjadi pemilik dari 1.594 jenis spesies burung dan menjadi negara kelima terbesar dunia dari 10.000 jenis satwa itu yang kini berkembang biak. Hanya saja populasi yang banyak itu kini terancam punah akibat rusaknya habitat mereka yang menjadi tempat berkembang biak dan mencari makanan. Kini lima puluh persen jenis burung di dunia terancam punah karena habitatnya terusik kegiatan manusia.

Semisal, jenis-jenis merpati hutan (Columba sp.), uncal (Macropygia sp.), delimukan (Chalcopaps sp. dan Gallicolumba sp.), pergam (Ducula sp.), dan walik (Ptilinopus sp.) merupakan keluarga merpati yang memiliki ketergantungan sangat tinggi dengan habitat hutan.

Pemanfaatan oleh Manusia

Beberapa jenis burung, seperti ayam, kalkun, angsa, dan bebek telah didomestikasi sejak lama dan merupakan sumber protein yang penting; baik daging maupun telurnya.[butuh rujukan];

Lihat pula

Referensi

Pranala luar