Pemutusan capit kepiting

Pemutusan capit kepiting adalah proses di mana satu atau lebih capit kepiting hidup dilepaskan dari tubuhnya dan lalu kepiting tersebut dikembalikan ke air. Kepiting dapat meregenerasi dan menumbuhkan kembali capitnya setelah beberapa lama.[1] Pemutusan capit kepiting juga dilakukan secara rutin di budi daya kepiting untuk mencegah kanibalisme.[2][3] Usaha ini dipraktikkan di seluruh dunia, terutama Amerika Utara dan Eropa Utara.

Capit kepiting yang telah dikupas

Produksi

Florida menjadi kawasan yang memproduksi capit kepiting terbesar, dengan hasil panen lebih dari satu juta kilogram sejak tahun 1974.[4] Hasil panen mencapai puncaknya pada tahun 1997-1998, yaitu 1.6 juta kilogram. Jumlah kepiting yang dicabut capitnya mencapai 10 juta ekor lebih per musimnya.[5]

Dampak terhadap kepiting

Rasa sakit pada kepiting

Masih diperdebatkan apakah invertebrata, termasuk di dalamnya kepiting, dapat merasakan sakit atau tidak. Kepiting dalam siklus hidupnya secara rutin memutuskan capitnya sendiri (autotomi) untuk menumbuhkan capit yang lebih besar di kemudian hari. Hal ini yang menjadi pembenaran oleh para pelaku perikanan komersial untuk melanjutkan usaha pemutusan capit kepiting.

Sebuah penelitian menemukan bahwa pemutusan capit kepiting mempengaruhi rasa daging tubuh kepiting tersebut, karena stress yang dialami kepiting menyebabkan peningkatan kadar hemolimfa dan asam laktat serta berkurangnya glikogen. Stress ini berpotensi menyebabkan kematian pada kepiting setelah dilepaskan ke alam liar, lebih parah dibandingkan autotomi yang dilakukan kepiting itu sendiri.[6]

Dampaknya terhadap perilaku kepiting

Capit bagi kepiting digunakan untuk menangkap dan memakan mangsanya. Dicabut satu capit akan mengurangi kemampuan kepiting dalam mencari mangsa, terlebih lagi jika kedua capitnya dicabut. Sebuah studi pada kepiting yang ditangkarkan menemukan bahwa kepiting yang telah melakukan autotomi pada salah satu capitnya akan memakan lebih sedikit kerang, yang merupakan makanan utama mereka di alam liar. Dan kepiting tersebut akan memilih untuk memakan hewan yang lebih lunak seperti ikan kecil.[2] Studi lainnya menemukan efek yang tidak terlalu berbeda antara kepiting yang dicabut capitnya dan kepiting kontrol (yang tidak dicabut capitnya).[7] Meski demikian, kepiting yang dicabut capitnya membutuhkan usaha lebih untuk mendapatkan makanan jika tidak ingin mati.[3]

Dampaknya pada angka kematian kepiting

Dengan menggunakan teknik pemutusan capit yang telah diterima secara luas, penelitian menemukan bahwa 47 persen kepiting batu Florida (Menippe mercenaria) mati setelah dicabut kedua capitnya. 28 persen kepiting yang dicabut satu capitnya mati. 76% kematian terjadi dalam waktu 24 jam setelah pemutusan capit. Berat capit yang dicabut menyumbang 51 persen total massa tubuh kepiting.[7]

Di alam liar, kepiting yang dicabut capitnya akan kesulitan untuk mencari mangsa dan bersaing dengan predator lainnya, sehingga banyak yang menjadi pemungut sisa makanan dan bangkai (scavenger).[8] Pengamatan menemukan bahwa kepiting yang meregenerasikan capitnya sangat sedikit jumlahnya, yaitu hanya 10 hingga 20 persen saja.[5][7][9] Kepiting yang lebih tua akan kesulitan untuk menumbuhkan capitnya kembali karena mereka hampir mencapai batas usia hidupnya.

Lihat pula

Referensi