Pergantian takhta kekaisaran Jepang 2019

Pengunduran diri Kaisar Akihito dan transisi kekaisaran Jepang pada 2019

Kaisar Akihito turun takhta pada tanggal 30 April 2019; ia adalah Kaisar Jepang pertama yang melakukannya sejak 1817. Turunnya Akihito menandai berakhirnya era Heisei dan bermulanya era Reiwa di bawah kekuasaan Kaisar Naruhito. Upacara pelantikannya diadakan pada tanggal 22 Oktober 2019.[1] Kendati parade pelantikannya baru diadakan 10 November 2019, karena peristiwa Topan Hagibis.[2]

Latar belakang

Pada 13 Juli 2016, lembaga penyiaran nasional Jepang NHK mengabarkan bahwa Kaisar berniat untuk turun takhta dan menyerahkan takhta kepada Putra Mahkota Naruhito dalam beberapa tahun ke depan, dengan alasan usia tidak memungkinkan lagi untuk berkuasa. Kejadian serupa tak pernah terjadi dalam Keluarga Kekaisaran sejak Kaisar Kōkaku turun takhta pada 1817. Namun, para pejabat senior di Agensi Rumah Tangga Kekaisaran menyangkal bahwa ada rencana resmi dari Kaisar untuk turun takhta. Untuk dapat turun takhta, perlu dilakukan amandemen terhadap Hukum Rumah Tangga Kekaisaran, yang belum mengatur hal semacam ini.[3][4] Pada 8 Agustus 2016, Kaisar memberikan pidato, di mana ia menyinggung usia lanjut dan penurunan kesehatannya;[5] pidato tersebut ditafsirkan sebagai sebuah impikasi dari niatnya untuk turun takhta.[6]

Legislasi

Pada 19 Mei 2017, UU yang akan mengizinkan Akihito untuk turun takhta dikeluarkan oleh kabinet pemerintah Jepang. pada 8 Juni 2017, Diet mengesahkan UU sekali pakai yang membolehkan Akihito untuk turun takhta, dan pemerintah mulai mengadakan proses pengalihan kekuasaan kepada Putra Mahkota Naruhito.[7] Pergantian takhta dilakukan pada 30 April 2019,[8] yang juga menjadi hari terakhir periode Heisei.[9]

Dia menerima gelar Jōkō (上皇, Kaisar Emeritus), singkatan dari Daijō Tennō (太上天皇), setelah turun takhta, dan istrinya, Permaisuri Michiko, menjadi Jōkōgō (上皇后, Permaisuri Emerita).[10]

Penjadwalan

Pada 1 Desember 2017, Dewan Rumah Tangga Kekaisaran bertemu untuk menjadwalkan upacara-upacara yang akan diadakan dalam peralihan kekuasaan yang baru pertama kali dilakukan dalam dua abad terakhir ini.[11][12]

Dewan tersebut terdiri dari 10 anggota yang meliputi Perdana Menteri Shinzō Abe, Jurubicara dari kedua dewan pada Parlemen Nasional, Kepala Hakim Pengadilan Tinggi, Penjaga Besar Agensi Rumah Tangga Kekaisaran, dan dua anggota Keluarga Kekaisaran.

Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan kepada wartawan bahwa tanggal tersebut dipilih untuk mengizinkan Kaisar lama untuk dapat memimpin ulang tahun ke-30 kekuasaan dan bertepatan dengan Minggu Emas sebagai hari libur nasional, mengubah pergantian dari periode berkabung dan upacara darurat menjadi festival yang menyenangkan dan terencana dengan baik.[13]

Akhirnya, pada 8 Desember 2017, pemerintah membentuk komite khusus untuk mengawasi event besar negara tersebut. Menurut Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga: "Ini akan menangani masalah dengan benar, dengan mempertimbangkan kemungkinan dampak pada masyarakat.[14]

Persiapan

Pertemuan komite

Komite Persiapan pergantian takhta kekaisaran Jepang bertemu untuk pertama kalinya pada Januari 2018, dan pada bulan berikutnya mereka mengumumkan sebuah rencana yang disebut "pernyataan kebijakan dasar," pernyataan itu kemudian dirilis pada 3 April.[15]

Perayaan resmi dimulai dengan peringatan naik takhtanya Kaisar Akihito ke 30 pada tanggal 12 Februari 2019, penundaan demi menghindari implikasi dari perayaan kematian Kaisar Shōwa (Hirohito) pada tanggal 7 Januari.[16]

Minggu Emas, 2019

Pemerintah mengkonsolidasikan Minggu Emas ke dalam sepuluh hari khusus liburan yang berlangsung dari 27 April hingga 6 Mei. Bahkan pada hari tanpa transisi kekaisaran, 29 dan 3 April sampai tanggal 6 Mei ditetapkan sebagai hari libur nasional pada 2019, setelah akhir pekan 27-28 April. Untuk menandai transisi kekaisaran, pemerintah menetapkan bahwa turun tahta dan penobatan akan menjadi hari libur nasional. UU di Jepang menyatakan bahwa hari kerja reguler yang diapit dua hari libur nasional menjadi hari libur umum.[17]

Perkenalan era baru Jepang

Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengumumkan era baru Jepang "Reiwa" kepada awak media

Sejak Restorasi Meiji pada tahun 1867, Era Jepang baru dimulai sehari setelah Kaisar lama meninggal. Namun, dalam kasus Kaisar Akihito, produsen kalender dan produk kertas lainnya perlu mengetahui nama Era baru terlebih dahulu sebelum mereka memproduksi kalender.[18]

Ketika nama Era untuk Shōwa dan Heisei tetap menjadi rahasia negara sampai kematian para Kaisar sebelumnya, itu tidak mungkin dalam kasus ini, karena turun tahta belum pernah terjadi sebelumnya sejak Konstitusi Meiji diadopsi tahun 1885. Untuk menghindari perdebatan yang berpotensi memecah-belah tentang masalah ini, menunda pengumuman selambat mungkin, baik hari ulang tahun Kaisar lama atau perayaan peringatannya disarankan.[19]

Sampai nama Era sudah diketahui banyak orang, produsen komputer dan perangkat lunak memerlukan uji sistem komputer mereka sebelum transisi untuk memastikan bahwa era baru akan ditangani dengan benar oleh perangkat lunak mereka. Beberapa sistem menyediakan mekanisme pengujian untuk mensimulasikan era baru sebelumnya.[20]

Nama Era baru, Reiwa (令和), diperkenalkan pada 1 April 2019 oleh Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga pada konferensi pers yang disiarkan langsung stasiun televisi di seluruh Jepang dan ditonton oleh masyarakat di seluruh Jepang.[21]

Upacara Penobatan

Kaisar Naruhito pada upacara penobatan

Upacara Penobatan Kaisar Naruhito berlangsung pada 22 Oktober 2019 pukul 13.00 waktu setempat (11.00 WIB), menandai berakhirnya masa transisi dari Kaisar Akihito ke Naruhito. Pelantikan ini menjadi hari libur nasional.[22]

Berbeda dengan Kaisar sebelumnya yang menggunakan Rolls-Royce sebagai kendaraan resminya, pada Penobatan Kaisar Naruhito, mobil Toyota Century Konvertibel, yang diproduksi oleh Toyota digunakan dalam penobatan kali ini.[23]

Upacara Penobatan kaisar Jepang dihadiri oleh sekitar 3.000 tamu resmi, yang mencakup sekitar 80 kepala negara dan wakil dari pemerintah asing, serta delegasi tingkat tinggi dari 180 negara dan 4 organisasi internasional.[24] Khusus untuk tamu Kerajaan asing, mereka disiapkan jamuan minum teh dan makanan khusus.[25]

Rangkaian Upacara penobatan ini diawali dengan melaporkan penobatannya kepada leluhur di Kashikodokoro, salah satu dari tiga tempat suci di halaman istana kekaisaran. Dia harus berdoa kepada Dewa Matahari yang didampingi abdi kaisar yang membawa beberapa pusaka kekaisaran seperti pedang dan permata.[26]

Kemudian pada ritual utama yang bertempat di Hall of Pine di Istana Kekaisaran Tokyo, Naruhito mengenakan jubah kekaisaran lengkap dengan mahkota sebagai tanda dia memproklamasikan diri sebagai Kaisar Jepang yang baru. Ketika penobatan kaisar yang baru segera berakhir, Perdana Menteri Shinzo Abe memberikan pidato ucapan selamat selama 2 menit yang kemudian diikuti dengan teriakan "Banzai!" (hidup 10 Ribu tahun) yang diikuti oleh seluruh hadirin yang mengikuti upacara penobatan ini.[27][28]

Dalam rangka mensukseskan penobatan kaisar Jepang yang baru, Pemerintah Jepang memberikan pengampunan bagi 550.000 narapidana yang terlibat berbagai kasus kriminal.[29][30][31]

Referensi