Akses terbuka

Akses terbuka (Inggris: open access) atau umumnya disingkat OA, mengacu pada hasil penelitian daring yang bebas dari semua pembatasan akses (misalnya biaya akses) dan bebas dari banyak pembatasan penggunaan (misalnya pembatasan hak cipta dan lisensi tertentu).[1] Akses terbuka dapat diterapkan pada semua bentuk keluaran penelitian yang diterbitkan, termasuk artikel jurnal akademik yang telah ditelaah sejawat (peer-review) dan yang belum (preprint/pracetak/praterbit), makalah konferensi, tesis,[2] bab buku,[1] dan monografi.[3]

Logo akses terbuka, aslinya didesain oleh Public Library of Science. Meskipun tidak ada logo akses terbuka yang resmi, organisasi-organisasi bebas memilih gaya logo yang paling mendukung bahasa visualnya. Logo lain juga digunakan.[butuh rujukan]

Akses ke penelitian ilmiah OA sering dicapai melalui pembayaran biaya pemrosesan artikel (article processing charge, APC) yang biasanya dibayarkan oleh institusi peneliti untuk membuka aksesnya terhadap pembaca, sehingga membuatnya 'terbuka' pada berbagai tingkat. Praktik akses terbuka dengan APC ini dikenal dengan Akses Terbuka Emas (Gold Open Access). Misalnya, dalam bidang humaniora dan ilmu sosial "banyak penerbit besar masih membebankan biaya sekitar $2700 untuk sebuah makalah akses terbuka dalam sebuah jurnal bagus, sementara tarif yang mungkin akan berlaku ke depan adalah sekitar $600".)[4]

Saat ini, ada perdebatan global yang terus berkembang mengenai ideologi dan etika akses terbuka dan biaya pemrosesan artikel (APC) terkait karena praktik ini dibuat dan dikelola oleh konglomerasi penerbit jurnal ilmiah dan monografi bersama dengan beberapa institusi akademik nasional dan internasional dan badan pemerintah. Perdebatan multi level tentang OA ini membahas banyak kontroversi seputar ideologi neoliberal yang diterapkan pada penelitian akademik dan aksesnya yang relatif mahal sehingga membatasi kebebasan, sirkulasi dan penggunaan penelitian oleh institusi, ilmuwan, dan siswa yang hidup dengan keterbatasan ekonomi, baik di negara berkembang maupun maju, risiko 'double-dipping’ atau kondisi ketika institusi pendidikan tinggi mengeluarkan beban ganda, yaitu biaya melanggan jurnal dan biaya pembayaran APC – di antara isu-isu lainnya. Di tengah bergulirnya perdebatan, ada pula yang menawarkan beberapa jenis solusi seperti dalam kasus proyek dan kegiatan Publishers for Development dan Research4Life.[5][6][7][8][9]

Dua tingkat akses terbuka dapat dibedakan: akses terbuka gratis, yaitu akses daring tanpa biaya, dan akses terbuka libre, yang merupakan akses daring tanpa biaya ditambah berbagai hak penggunaan tambahan.[10] Hak penggunaan tambahan ini sering diberikan melalui penggunaan lisensi Creative Commons tertentu.[11] Akses terbuka gratis setara dengan definisi akses terbuka di Budapest Open Access Initiative, Bethesda Statement on Open Access Publishing dan Berlin Declaration on Open Access to Knowledge in the Sciences and Humanities.

Di banyak negara, akses terbuka menghadapi setidaknya dua tantangan, yakni (1) populernya penggunaan indikator bibliometrik yang mengukur kinerja peneliti berbasiskan metrik yang dihadirkan oleh segelintir pangkalan data publikasi ilmiah yang komersial dan tertutup, serta (2) kurangnya kesadaran bahwa akses terbuka bukanlah semata-mata soal keterbukaan akses melainkan soal keadilan sosial, dalam hal mana, bila tidak berhati-hati, akses terbuka dapat menjadi alat kolonialisasi epistemologi oleh negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang.[12]

Model Akses Terbuka

Ada banyak cara penulis dapat memberikan akses terbuka terhadap karya mereka. Cara pertama adalah dengan mengarsipkan pracetak secara mandiri ke repositori yang bisa diakses secara gratis,[13][14] seperti repositori institusional,[15][16] repositori subyek seperti PubMed Central, maupun yang umum seperti arXiv atau INA-Rxiv (sekarang RINarxiv). Ini dikenal sebagai akses terbuka 'hijau' (green open access). Beberapa penerbit memerlukan penundaan, atau embargo, kapan hasil penelitian di repositori dapat diakses secara terbuka.[17] Cara kedua penulis dapat membuat karya mereka akses terbuka adalah dengan menerbitkannya sedemikian rupa sehingga membuat hasil penelitian mereka segera tersedia dari penerbit.[18] Ini dikenal sebagai akses terbuka 'emas',[19] dan dalam sains ini sering berbentuk penerbitan artikel di jurnal akses terbuka,[20] atau jurnal akses terbuka hibrida. Jurnal akses terbuka hibrida adalah jurnal yang model bisnisnya setidaknya sebagian didasarkan pada langganan, dan hanya menyediakan akses terbuka emas untuk artikel individual bagi penulis (atau institusi atau penyandang dana penulis) yang membayar biaya publikasi tertentu, yang sering disebut sebagai biaya pemrosesan artikel.[21] Jurnal akses terbuka murni tidak membebankan biaya berlangganan, dan mungkin memiliki salah satu dari berbagai model bisnis. Kebanyakan membebankan biaya pemrosesan artikel.[22]

Akses publik yang luas ke World Wide Web pada akhir tahun 1990an dan awal 2000an memicu gerakan akses terbuka, dan mendorong baik cara akses terbuka hijau (pengarsipan mandiri dari artikel jurnal akses tidak terbuka) dan pembuatan jurnal akses terbuka (cara emas). Jurnal akses non-terbuka konvensional menutup biaya penerbitan melalui biaya akses seperti langganan, lisensi situs atau biaya bayar-per-tayang. Beberapa jurnal akses non-terbuka menyediakan akses terbuka setelah masa embargo 6-12 bulan atau lebih lama (lihat jurnal akses terbuka tertunda).[21] Perdebatan aktif mengenai ekonomi dan keandalan berbagai cara untuk menyediakan akses terbuka berlanjut di kalangan peneliti, akademisi, pustakawan, administrator universitas, lembaga pendanaan, pejabat pemerintah, penerbit komersial, staf editorial, dan penerbit perkumpulan, seiring akses terbuka secara bertahap diterima.[23]

Referensi

Bacaan lebih lanjut

Pranala luar

  • OAD: Open Access Directory, an "open-access, wiki-based, community-updated encyclopedia of OA factual lists" (started by Peter Suber and Robin Peek). OCLC 757073363. Published by Simmons School of Library and Information Science in US.
  • OATP: Open Access Tracking Project, a crowd-sourced tagging project providing real-time alerts about new OA developments and organizing knowledge of the field (started by Peter Suber)
  • GOAP: UNESCO's Global Open Access Portal, providing "status of open access to scientific information around the world"