Dior

Christian Dior SE (bahasa Prancis: [kʁistjɑ̃ djɔʁ]), biasa dikenal sebagai Dior, adalah sebuah produsen barang mewah asal Prancis yang dikendalikan dan dipimpin oleh pebisnis asal Prancis, Bernard Arnault, yang juga memimpin LVMH, produsen barang mewah terbesar di dunia. Dior sendiri memegang 42,36% saham dan 59,01% hak suara LVMH.[5][6] Sidney Toledano telah menjadi CEO Dior sejak tahun 1997.[7]

Christian Dior SE
Publik
IndustriBarang mewah
Didirikan16 Desember 1946; 77 tahun lalu (1946-12-16)
PendiriChristian Dior
Kantor
pusat
30 Avenue Montaigne, Paris, Prancis
Cabang
210
Wilayah operasi
Seluruh dunia
Tokoh
kunci
Bernard Arnault(Chairman)
Sidney Toledano(Wakil Chairman & CEO)[1]
Maria Grazia Chiuri(Direktur Kreatif)
Kim Jones[2](Direktur Kreatif)
Produk
  • Pakaian dan alas kaki
  • Toko serba ada
  • Barang khusus lain
PendapatanKenaikan 46,826 milyar (2018)[3]
Kenaikan €9,875 milyar (2018)[3]
Kenaikan €2,574 milyar (2018)[3]
Total asetKenaikan €77,271 milyar (2018)[3]
Total ekuitasKenaikan €36,372 milyar (2018)[3]
Karyawan
84.981 (2018)[3]
Divisi
  • Christian Dior Cosmetics
  • Dior Homme
  • Parfums Christian Dior
Anak
usaha
  • Christian Dior Couture[4]
  • LVMH (42,36%)
Situs webdior.com

Perusahaan ini didirikan pada tahun 1946 oleh Christian Dior. Dior saat ini merancang dan menjual produk berbahan kulit, aksesoris mode, alas kaki, perhiasan, jam, parfum, kosmetik, dan produk perawatan kulit, serta juga mempertahankan tradisinya sebagai pencipta haute-couture melalui divisi Christian Dior Couture. Merek Christian Dior terutama digunakan untuk produk yang ditujukan pada wanita, sedangkan produk yang ditujukan untuk pria menggunakan merek Dior Homme, sementara merek baby Dior digunakan untuk produk yang ditujukan pada anak-anak. Produk Dior dijual melalui gerai ritelnya di seluruh dunia, serta melalui toko daring.

Sejarah

Pendirian

Dior didirikan pada tanggal 16 Desember 1946[4] di 30 Avenue Montaigne di Paris. Namun, Dior merayakan tahun "1947" sebagai tahun pembukaannya.[4] Dior didukung secara finansial oleh pebisnis Marcel Boussac.[4][8] Boussac awalnya mengajak Dior untuk merancang di Philippe et Gaston, tetapi Dior menolak, karena ia ingin memulai mereknya sendiri, bukan menghidupkan kembali merek lama.[9] Sebuah rumah couture baru pun menjadi bagian dari "sebuah bisnis tekstil yang terintegrasi secara vertikal" yang telah dioperasikan oleh Boussac.[8] Modalnya saat itu sebesar FFr 6 juta dan mempekerjakan 80 orang.[8] Perusahaan inipun menjadi sesuatu yang baru bagi Boussac, karena "sebagian besar saham Dior dipegang oleh Boussac Saint-Freres S.A". Walaupun begitu, Dior mendapat banyak kesempatan untuk berperan aktif di dalam perusahaan ini, antara lain dapat memimpin perusahaan ini, mendapat jatah saham non-pengendali, serta mendapat sepertiga dari laba perusahaan sebelum dikenai pajak. Padahal Boussac terkenal sebagai seseorang yang suka mengatur. Kreatifitas Dior pun membuatnya mendapat gaji yang bagus.[8]

"New Look"

Pakaian "Bar", 1947, dipamerkan di Moskow, 2011

Pada tanggal 12 Februari 1947, Christian Dior meluncurkan koleksi mode pertamanya untuk musim semi dan musim panas tahun 1947. Penampilan "90 model dari koleksi pertamanya dengan enam manekin" digelar di salon di kantor pusat Dior di 30 Avenue Montaigne.[4] Awalnya, dua jajaran produk diberi nama "Corolle" dan "Huit".[4] Namun, koleksi baru ini dicatat dalam sejarah sebagai "New Look" setelah kepala editor Harper's Bazaar, Carmel Snow menyatakan, "It's such a new look!"[4][8] New Look merupakan era revolusioner untuk pakaian wanita pada akhir dekade 1940-an.[10] Saat koleksi ini ditampilkan, kepala editor tersebut juga menyatakan "It’s quite a revolution, dear Christian!" [10] Koleksi pertama Christian Dior ini disebut telah menghidupkan kembali industri mode Prancis.[11] Selain itu, New Look membawa kembali semangat haute couture di Prancis, karena dianggap mewah dan cocok dipakai oleh anak muda.[12] "We were witness to a revolution in fashion and to a revolution in showing fashion as well."[13]Siluetnya dicirikan dengan atasan yang menempel dengan pinggang, serta bawahan berupa rok yang memanjang hingga di bawah lutut, sehingga sangat menonjolkan payudara dan pinggul, seperti yang terlihat pada pakaian 'Bar' dari koleksi pertama.[14][15] Koleksi ini secara umum menampilkan rancangan stereotip feminim, berbeda dengan mode yang populer pada saat itu, yakni rok panjang, pinggang ketat, dan bahu yang lembut. Dior mempertahankan sejumlah aspek maskulin selama mereka populer pada awal dekade 1940-an, tetapi ia juga ingin memasukkan lebih banyak gaya feminin.[16]

New Look menjadi sangat populer, dan siluet rok panjangnya mempengaruhi perancang mode lainnya hingga dekade 1950-an. Dior pun mendapat sejumlah klien terkenal dari Hollywood, Amerika Serikat, dan Eropa. Sebagai hasilnya, Paris yang telah jatuh dari posisinya sebagai ibukota mode pasca Perang Dunia II, berhasil meraih kembali posisi tersebut.[17][18] New Look diterima di Eropa Barat sebagai obat dari penghematan yang telah dilakukan selama masa perang dan defeminisasi seragam, sehingga dipakai oleh sejumlah wanita penuh gaya, seperti Putri Margaret asal Britania Raya.[19] Menurut Harold Koda, Dior menyebut bahwa Charles James lah yang menginspirasi pembuatan New Look.[20] Rancangan Dior pada "New Look" tidak hanya mempengaruhi perancang pada dekade 1950-an, tetapi juga mempengaruhi sejumlah perancang baru pada dekade 2000-an, seperti Thom Browne, Miuccia Prada, dan Vivienne Westwood. Gaun malam Dior yang dirancang pada saat itu pun masih dijadikan patokan oleh sejumlah perancang, dan pernah ditampilkan dalam peragaan busana bertema pernikahan dengan sejumlah lapisan bahan ditumpuk di bawah bagian pinggang yang ketat (Jojo, 2011). Contohnya antara lain pakaian siap pakai musim gugur/musim dingin tahun 2011 karya Vivienne Westwood dan pakaian siap pakai musim gugur/musim dingin tahun 2011 rancangan Alexander McQueen (Jojo, 2011).[21]

Walaupun begitu, tidak semua orang suka dengan New Look. Sejumlah orang menganggap jumlah bahan yang digunakan terlalu banyak, terutama setelah adanya rasionalisasi pakaian selama beberapa tahun.[22] Feminis pun merasa tidak nyaman, karena merasa rancangan berkorset ini terlalu membatasi dan regresif, sehingga mengurangi kebebasan wanita.[23] Ada sejumlah grup protes yang tidak setuju dengan rancangan ini, antara lain League of Broke Husbands, yang beranggotakan hingga 30.000 pria yang tidak suka dengan biaya yang timbul akibat penggunaan bahan yang berlebihan. Perancang Coco Chanel pun menyatakan, "Hanya pria yang tidak pernah berhubungan dekat dengan wanita yang merancang sesuatu yang tidak nyaman seperti itu."[18] Walaupun mendapat protes, New Look tetap sangat berpengaruh dan mempengaruhi sejumlah perancang hingga abad ke-21.[11] Untuk merayakan hari jadi New Look ke-60 pada tahun 2007, John Galliano mengambil inspirasi dari New Look untuk koleksi musim semi dan musim panas yang ia rancang untuk Dior.[24] Galliano menggunakan model pinggang tawon dan bahu bulat, dengan dimodernisasi dan diperbarui sesuai konsep origami serta pengaruh dari Jepang lainnya.[24] Pada tahun 2012, Raf Simons mengambil inspirasi dari New Look untuk koleksi haute couture pertamanya yang ia rancang untuk Dior, dengan gaya minimalis namun tetap terlihat sensual dan seksi.[11][25] Rancangan Simons untuk Dior tetap mempertahankan bahan dan siluet mewah, tetapi memperkuat kesan penghormatan pada tubuh wanita dan kebebasan berekspresi.[25]

Referensi

Bacaan lebih lanjut

  • Jackson, Lesley. The New Look: Design in the Fifties. London: Thames & Hudson, 1991. ISBN 0-500-27644-7.

Pranala luar