Gua Makhpela

situs pemakaman di Palestina
(Dialihkan dari Gua Machpelah)

Gua Makhpela atau Gua Para Bapa Leluhur (bahasa Ibrani: מערת המכפלה, ; Arab: المغارة, translit. Al Magharah) adalah tempat pemakaman dari tokoh-tokoh yang dihormati dalam agama samawi, yakni Abraham/Ibrahim , Sara/Sarah, Ishak/Ishaq, Ribka, Yakub/Ya'qub, dan Lea. Situs ini berada di Kota Tua Hebron di kawasan Palestina. Tugu makam dari keenam tokoh ini berada di dalam bangunan, sedangkan jenazah mereka yang asli dikebumikan di gua yang berada di bawah bangunan.

Gua Makhpela
atau
Masjid Ibrahimi
מערת המכפלהالمسجد الإبراهيمي
Tampak selatan
Gua Makhpela di Tepi Barat
Gua Makhpela
Lokasi di Tepi Barat
LokasiHebron
WilayahTepi Barat
Koordinat31°31′29″N 35°06′39″E / 31.524744°N 35.110726°E / 31.524744; 35.110726
Jenismakam, masjid, sinagoge
Sejarah
BudayaYahudi, Bizantium, Ayyubiyah, Perang Salib, Utsmaniyah

Tempat ini awalnya berupa gua bawah tanah. Tempat ini kemudian dibangun basilika pada masa Romawi, kemudian diubah menjadi masjid pada masa kekhalifahan. Tempat ini dipandang sebagai tempat suci kedua umat Yahudi setelah Bait Suci.[1]

Catatan Alkitab

Dalam Tanakh (kitab suci Yahudi) dan Alkitab (kitab suci Kristen) disebutkan bahwa saat Sara wafat, Abraham membeli gua tersebut dari salah seorang orang Het bernama Efron bin Zohar seharga empat ratus syikal perak.[2] Tokoh yang dimakamkan di tempat ini antara lain:[3]

Tokoh lain yang diyakini juga disemayamkan di tempat ini adalah:

Sejarah

Masa Yahudi

Pada 31–4 SM, raja Yahudi Herodes yang Agung membangun sebuah tembok kurungan persegi panjang di atas gua untuk menjadi tugu peringatan bagi masyarakat.[6] Ini adalah satu-satunya struktur Herodian yang masih utuh sepenuhnya dari periode Yahudi Helenistik. Bangunan Herodes ini tidak memiliki atap, dengan dinding batu setebal 6 kaki yang terbuat dari batu setinggi setidaknya 3 kaki (0,91 m) dan kadang-kadang mencapai panjang 24 kaki (7,3 m). Ahli arkeologi tidak yakin tempat pintu masuk asli ke bangunan ini, itu jika memang ada.[6]

Romawi dan Sasania

Sampai masa kekuasaan Romawi Timur, bagian dalam dinding masih dibiarkan beratapkan langit. Basilika sederhana dibangun di bagian tenggara. Pada masa ini, situs ini menjadi tujuan ziarah penting bagi umat Kristen. Peziarah Bordeaux, sekitar 333, melaporkan "sebuah monumen bentuk persegi yang dibangun dari batu dengan keindahan luar biasa, tempat bersemayam Abraham, Ishak, Yakub, Sara, Ribka, dan Lea."[7] Peziarah Piacenza (sekitar 570) mencatat dalam laporan ziarahnya bahwa orang Yahudi dan Kristen berbagi kepemilikan atas situs tersebut.[8]

Pada 614, Kekaisaran Sasaniyah menaklukan kawasan Hebron dan menghancurkan situs ini dan hanya meninggalkan reruntuhan.

Kekhalifahan awal

Pada 637, kawasan Hebron menjadi wilayah kekuasaan kekhalifahan dan dibangun masjid beratap di situs tersebut.[9] Umat Muslim mengizinkan pembangunan dua sinagoga (tempat ibadah Yahudi) di situs tersebut.[10]

Pada abad ke-10, sebuah pintu masuk dibuat menembus dinding timur, dibangun pula jalan dari sisi utara dan timur (satu untuk jalan masuk dan satu untuk jalan keluar).[6] Sebuah bangunan yang dikenal sebagai qal'ah (قلعة, kastel) juga dibangun di dekat tengah sisi barat daya. Tujuannya tidak diketahui tetapi satu catatan sejarah mengklaim bahwa itu menandai tempat Yusuf dimakamkan, daerah yang telah digali atas perintah seorang khalifah yang didasari tradisi lokal terkait tempat Yusuf dimakamkan. [24] Beberapa arkeolog percaya bahwa pintu masuk asli ke struktur Herodes berada di lokasi qal'ah dan dibuatlah pintu masuk di sisi timur laut sehingga qal'ah dapat dibangun di pintu masuk yang lama.[6]

Perang Salib

Pada 1100, kepemimpinan kawasan ini diambil alih pasukan Salib dan tempat ini diubah menjadi gereja. Muslim dilarang memasukinya dan umat Yahudi juga dilarang menggunakan sinagoga mereka.[10]

Tahun 1113 pada masa pemerintahan Raja Baudouin II, menurut Ali dari Herat (menulis pada tahun 1173), ada bagian tertentu di atas gua Ibrahim yang memberi jalan, dan "sejumlah kaum Frank membuat pintu masuk ke sana". Mereka menemukan "(tubuh) Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub", "kafan mereka telah hancur berkeping-keping, bersandar di dinding ... Kemudian Raja, setelah memberikan kafan baru, menyebabkan tempat itu ditutup sekali lagi." Informasi serupa diberikan dalam kronik Ibnu al-Athir sebelum 1119, "Pada tahun ini dibuka makam Ibrahim, dan makam kedua putranya, Ishaq dan Ya'qub ... Banyak orang melihat sang Leluhur. Tungkai mereka sekarang sudah terganggu, dan di samping mereka diletakkan lampu-lampu dari emas dan perak."[11] Bangsawan Damaskus dan sejarawan Ibnu al-Qalanisi dalam kroniknya juga menyinggung tentang penemuan peninggalan yang disebut sebagai peninggalan Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub, sebuah penemuan yang membangkitkan keingintahuan yang sangat besar di antara ketiga komunitas di Syam selatan, Muslim, Yahudi, dan Kristen.[12][13]

Ayyubiyah

Pada 1188, Shalahuddin mengambil alih kota ini dan kembali mengubah bangunan ini menjadi masjid, tetapi tetap memperkenankan umat Kristen beribadah di sini.[6] Shalahuddin juga menambahkan sebuah menara di setiap sudut, dua di antaranya masih utuh, dan mimbar. Samuel ben Samson yang berkunjung pada 1210 mengatakan bahwa pengunjung harus turun dua puluh empat langkah di lorong yang begitu sempit sehingga batu menyentuhnya di kedua sisi.[14]

Mamluk dan Utsmaniyah

Pada masa Kesultanan Mamluk antara 1318 sampai 1320, gubernur Gaza, sebuah provinsi yang mencakup Hebron, Sanjar al-Jawli memerintahkan pembangunan Masjid Amir Jawli di dalam wilayah makam untuk memperluas ruang sholat dan mengakomodasi jamaah.[15] Pada akhir abad ke-14, di bawah Mamluk, dua pintu masuk tambahan ditembus ke ujung barat sisi barat daya dan qal'ah diperluas. Sebuah tugu makam untuk mengenang Yusuf telah dibuat di qal'ah bagian atas sehingga pengunjung tidak perlu keluar kompleks dan berkeliling di luar hanya untuk memberikan penghormatan.[6] Mamluk juga membangun tangga barat laut dan enam tugu makam (masing-masing untuk Ishaq, Ribka, Ya'qub, Lea, Ibrahim, dan Sarah), didistribusikan secara merata di seluruh bangunan. Mamluk melarang umat Yahudi memasuki situs tersebut, memungkinkan mereka hanya sedekat anak tangga kelima di undakan tenggara, tetapi setelah beberapa waktu ini meningkat ke anak tangga ketujuh.

Pada masa Utsmaniyah, keadaan makam yang sempat bobrok kemudian diperindah dan dipermegah. Makam mereka ditutupi karpet sutra bersulam emas yang megah, berwarna hijau untuk laki-laki dan merah untuk perempuan.[16]

Yordania

Setelah Yordania menguasai kawasan Tepi Barat pada 1948, umat Yahudi dilarang memasuki kawasan pemakaman ini. Sekitar tahun 1960, pemerintah Yordania merenovasi wilayah sekitar masjid, menghancurkan beberapa bangunan bersejarah dalam prosesnya, salah satunya benteng peninggalan ksatria Salib yang dibangun pada 1168.[17]

Israel

Pada masa kekuasaan Israel, pembatasan ziarah umat Yahudi ke makam dihilangkan.[18] Pada 9 Oktober 1968, Michal Arbel menjadi Yahudi pertama yang memasuki gua-gua bawah tanah tempat jenazah yang asli dikebumikan. Dia yang saat itu berusia tiga belas tahun adalah putri Yehuda Arbel, kepala operasi Shin Bet di Tepi Barat. Dia dipilih karena cukup ramping untuk diturunkan ke dalam saluran yang sempit, untuk mendapatkan akses ke situs makam dan mengambil foto.[19]

Pemukim Israel membangun kembali sebuah sinagoga kecil di bawah masjid. Upacara pernikahan Yahudi pertama yang berlangsung di dalamnya dilangsungkan pada 7 Agustus 1968.[20] Undakan batu yang mengarah ke masjid juga dihancurkan untuk menghapus kenangan atas batasan "anak tangga ketujuh" yang dipandang sebuah penghinaan.[21]

Bangunan

Denah kompleks Masjid Ibrahimi. Keterangan dalam bahasa Inggris.

Bangunan Masjid Ibrahimi berbentuk persegi panjang dengan poros menghadap barat laut-tenggara. Bangunan ini terbagi dua bagian:

  • Sisi Yahudi:
    • Mencakup tiga perlima bangunan
    • Digunakan untuk sinagoga
    • Memiliki atap di tiga sisi, sementara bagian tengah dan timur lautnya dibiarkan terbuka
    • Terdapat empat tugu makam: makam Yakub dan Lea di bagian tengah sisi Yahudi, makam Abraham dan Sara di sisi tenggara dan berbatasan dengan bagian Muslim. Keempat makam ini masing-masingnya berada di dalam ruangan kecil segi enam dan segi delapan.
  • Sisi Muslim:
    • Mencakup dua perlima bangunan
    • Digunakan untuk masjid
    • Sepenuhnya beratap
    • Terdapat dua tugu makam di bagian tengah: makam Ishaq dan Ribka. Makam mereka memiliki pola bergaris-garis horizontal merah dan putih yang khas pada dindingnya, tetapi biasanya ditutupi oleh kain hias.

Hampir seluruh bangunan itu sendiri dibangun oleh Raja Herodes dan tetap menjadi satu-satunya bangunan Herodian yang bertahan sampai sekarang.[22][23][24]

Gua

Jenazah dari keenam tokoh tersebut dimakamkan di gua yang berada di bawah bangunan. Lembaga wakaf sepanjang sejarahnya mencegah akses ke makam asli untuk menghormati jenazah. Ada dua jalan masuk yang diketahui dan keduanya berada di sisi Muslim. Jalan masuk pertama berada di dekat tugu makam Ibrahim. Pintu masuk ini adalah poros sempit yang ditutupi oleh batu hias yang dinaungi kanopi batu. Pintu masuk lainnya terletak di tenggara, dekat mihrab, dan disegel oleh batu besar, dan biasanya ditutupi oleh sajadah.

Galeri

Catatan

Rujukan

Pranala luar