Indeks bias

Indeks bias pada medium didefinisikan sebagai perbandingan antara kecepatan cahaya dalam ruang hampa udara dengan cepat rambat cahaya pada suatu medium.[1]

Umumnya, laju cahaya berbeda jika memasuki material yang berbeda. Laju cahaya dalam es adalah 2,3 x108 m/s sedangkan dalam intan adalah 1.24 x108 m/s. Oleh karena itu, perlu didefinisikan suatu besaran yang menentukan laju cahaya dalam material. Besaran tersebut disebut indeks bias.[2]

Beberapa nilai indeks bias
Materialλ[3](nm)nRef.
Hampa udara1 (exactly)
Udara pada STP1.000273
Gas pada 0 °C dan 1 atm
Udara589.291.000293[4]
Helium589.291.000036[4]
Hidrogen589.291.000132[4]
Karbon dioksida589.291.00045[5]

[6][7]

Cairan pada 20 °C
Benzena589.291.501[4]
Air589.291.3330[4]
Ethyl alcohol (ethanol)589.291.361[4]
Karbon tetraklorida589.291.461[4]
Karbon disulfida589.291.628[4]
Benda padat pada suhu kamar
Intan589.292.419[4]
Strontium titanate589.292.41
Ambar589.291.55[4]
Fused silica589.291.458[4]
Natrium klorida589.291.50[4]
Material lain
Pyrex1.470[8]
Sapphire1.762–1.778
Es1.31
Cryolite1.338
Aseton1.36
Ethanol1.36
Teflon1.35 - 1.38
Gliserol1.4729
Kaca akrilik1.490 - 1.492
Crown glass (optics)1.50 - 1.54
Polikarbonat1.584 - 1.586
PMMA1.4893 - 1.4899
PET1.5750
Flint glass1.60 - 1.62
Kaca1.485 - 1.755
Brom1.661
Cubic zirconia2.15 - 2.18
Silicon carbide2.65 - 2.69
Cinnabar (Mercury sulfide)3.02
Gallium phosphide3.5
Gallium arsenide3.927
Silikon4.01[9]

Secara matematis, indeks bias dapat ditulis:

di mana:

n = indeks bias
c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa (299,792,458 meter/detik)
= cepat rambat cahaya pada suatu medium

Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 atau (n ≥ 1)

Pembiasan

Jika seberkas cahaya datang dan membentuk sudut terhadap permukaan, maka berkas cahaya tersebut ada yang dibelokkan sewaktu memasuki medium baru tersebut, di mana pembelokan itu disebut dengan pembiasan. Alat yang di gunakan untuk mengukur indeks bias adalah refractometer.

Sejarah

Thomas Young menciptakan istilah indeks bias

Thomas Young mungkin adalah orang yang pertama kali menggunakan dan menemukan nama "indeks bias", pada tahun 1807.[10] Pada saat yang sama ia mengubah nilai indeks bias ini menjadi satu bilangan, bukan rasio perbandingan dua bilangan yang sebelumnya digunakan. Rasio itu memiliki kelemahan untuk medium yang berbeda. Newton, yang menyebutnya "proporsi sinus untuk kejadian dan pembiasan", menulisnya sebagai rasio dua angka, seperti "529 banding 396" (atau "hampir 4 banding 3"; untuk air).[11] Hauksbee, yang menyebutnya "rasio refraksi", menuliskannya sebagai rasio dengan pembilang tetap, seperti "10.000 hingga 7451,9" (untuk urin).[12] Hutton menuliskannya sebagai rasio dengan penyebut tetap, seperti 1,3358 banding 1 (air).[13]

Young tidak menggunakan simbol untuk indeks bias, pada tahun 1807. Pada tahun-tahun berikutnya, ilmuwan lain mulai menggunakan simbol yang berbeda: n, m, dan µ.[14] Simbol n secara bertahap digunakan secara permanen.

Referensi

[1]

  • Ammariah, Hani. "Fisika Kelas 8". Pembiasan Cahaya dan Kaitannya dengan Peristiwa Terbentuknya Pelangi. Diakses tanggal 10 May 2020. 

[2]

[3]

Bacaan selanjutnya