Satyalancana Kebaktian Sosial
Satyalancana Kebaktian Sosial adalah tanda kehormatan yang diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada seseorang yang telah berjasa besar dalam bidang perikemanusiaan dan bidang kesejahteraan sosial.[1][2] Tanda kehormatan ini ditetapkan pada tahun 1959.[3]
Satyalancana Kebaktian Sosial | |
---|---|
Tipe | Satyalancana |
Negara | Indonesia |
Dipersembahkan oleh | Presiden Indonesia |
Syarat | Sipil |
Status | Masih dianugerahkan |
Didirikan | 1959 |
Keutamaan | |
Setara | Semua satyalancana sama tingkatannya |
Terkait | Bintang Budaya Parama Dharma |
Kriteria
Satyalancana Kebaktian Sosial diberikan kepada seseorang yang berjasa besar dalam bidang perikemanusiaan khususnya penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Tanda kehormatan ini dapat diberikan kepada seseorang yang berasal dari:[2]
- Sumber daya manusia kesejahteraan sosial
- Kepala daerah
- Pendonor darah sukarela
- Anggota organisasi sosial
- Anggota organisasi kemasyarakatan
- Anggota lembaga kesejahteraan sosial
- Pelaku dunia usaha
- Aparatur sipil negara
- Anggota kesatuan TNI/Polri
- Akademisi
- Anggota organisasi profesi
- Pelaku media massa
Seseorang tersebut setidaknya telah mengikuti penyelenggaraan kesejahteraan sosial selama lima tahun berturut-turut yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.[2]
Bentuk
Satyalancana Kebaktian Sosial berbentuk bundar berwarna perunggu yang terbuat dari logam kuningan. Pinggiran satyalancana berbentuk setangkai padi dan kapas. Setangkai kapasnya terdiri atas 17 daun dan 8 bunga kapas, sementara setangkai padinya terdiri atas 45 butir padi. Di tengah satyalancana terdapat gambar gapura dengan lima anak tangga. Tangga ini menuju ke gambar matahari yang sinarnya juga berjumlah lima. Di muka gapura tertulis teks "SOSIAL" yang di atasnya terdapat bintang bersudut lima. Satyalancana ini digantungkan pada sebuah pita penggantung yang berwarna dasar hijau dengan lima lajur berwarna kuning membagi pita menjadi enam bagian yang sama lebar.[3][4]
Penerima terkemuka
- Achmad Mochtar (1968)
- Ridwan Kamil (2015)[5]
- Sahbirin Noor (2019)[6]
- Soekarwo (2016)
- Tri Rismaharini (2016)
- Raden Ayu Kardinah (1969)