Serangan udara Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus 2024

Pada 1 April 2024, sebuah serangan udara yang disalahkan kepada Israel menghancurkan bangunan aneks konsulat Iran yang bersebalahan dengan Kedutaan Besar Iran di Damaskus, Syria,[2][6] menewaskan 16 orang, termasuk komandan Quds Force dari Korps Penjaga Revolusi Islam (IRGC), Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi, dan tujuh perwira IRGC lainnya. Dua warga sipil tewas dalam serangan ini.[4][5]

Pemboman kedutaan Iran di Damaskus oleh Israel
Bagian dari Perang Israel–Hamas, Konflik proksi Iran–Israel
Komplek kedutaan Iran setelah serangan: bangunan konsuler yang hancur sebelah kanan, bersebelahan dengan gedung kedutaan[1]
Serangan udara Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus 2024 di Syria
Serangan udara Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus 2024
Lokasi Konsulat di Syria
LokasiDamascus, Syria
33°30′13″N 36°15′37″E / 33.50361°N 36.26028°E / 33.50361; 36.26028 36°15′37″E / 33.50361°N 36.26028°E / 33.50361; 36.26028
SasaranKedutaan dan Konsulat Iran di Damaskus
Tanggal01 April 2024 (2024-04-01)
c. 17:00[2] (UTC+3)
Pelaksana Israel[3]
Korban16 tewas[4][5]
  • 7 tentara Korps Penjaga Revolusi Islam
  • 5 milisi Iran
  • 1 pejuang Hezbollah
  • 1 penasehat Iran
  • 2 warga sipil
Peta
Lokasi gedung konsulat pada Kedutaan Iran di Damaskus

Serangan udara ini terjadi pada masa ketegangan yang meningkat antara Iran dan Israel, dan pada masa Perang Israel−Hamas 2023 dan Konflik Israel–Hezbollah. Iran telah bersumpah untuk membalas dendam atas serangan ini.[7][8]

Pada tanggal 13 April 2024, Iran melakukan pembalasan serangan ini dengan serangan udara ke Israel.[9][10][11]

Latar belakang

Sejak 2013 Iran telah menempatkan pasukannya di Syria sebagai respon akan terjadinya Perang Saudara Syria, karena Syria merupakan sekutu krusial bagi Iran. Sebagai tambahan, Iran telah terlibat dalam melatih dan mendanai kekuatan paramiliter dari Hezbollah, dan juga milisi asing dari Iraq dan Afghanistan, tidak hanya di Syria namun juga di Libanon.[12] Sejak merebaknya Perang saudara Syria pada 2011, Israel telah melakukan ratusan serangan udara yang menargetkan aset Hezobollah di Syria.[13]

Dengan bermulanya Perang Israel−Hamas 2023 pada Oktober 2023, Israel telah meningkatkan intensitas serangannya di Syria.[14] Dari tanggal 12 hingga 22 October 2023, Israel meluncurkan setidaknya tiga serangan terhadap bandara di Syria, terutama di Damaskus dan Aleppo.[15][16] Terutama, Israel melakukan pembunuhan Razi Mousavi, seorang jenderal senior Iran, di ibukota Syria Damaskus pada 25 Desember 2023, dan Brigadir Jenderal Sadegh Omidzadeh, seorang perwira intelijen dengan IRGC Quds Force, pada 20 Januari 2024.[17][18][19]

Serangan

Pada 1 April 2024, bangunan aneks konsulat Iran yang bersebelahan dengan kedutaan Iran di Damaskus hancur oleh serangan udara Israel. Duta besar Iran Hossein Akbari menduga bangunan konsulat "ditargetkan oleh enam rudal dari pesawat tempur F-35 Israel".[20]

Perkiraan target utama dari serangan ini adalah Komandan Pasukan Quds IRGC, Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi, yang tewas dalam serangan ini. Menurut The Guardian, Zahedi merupakan seorang tokoh penting pada hubungan antara Iran dan Hezbollah.[21][22] The New York Times melaporkan bahwa sumber anonim dari Korps Penjaga Revolusi Islam mengatakan bahwa serangan menargetkan pertemuan antara petugas intelijen Iran dan militan Palestina, termasuk pemimpin dari Jihad Islam Palestina, yang mendiskusikan perang di Gaza.[23]

Rekaman dan foto dari kawasan konsulat pasca serangan menampilkan kerusakan serius, kebakaran dan asap.[20] Media Iran melaporkan bahwa bangunan hancur total dan Duta besar beserta keluarganya disebelah, selamat.[24]

Bangunan kedutaan Kanada di bagian lain dari bangunan konsuler juga mengalami kerusakan akibat serangan ini, dengan beberapa jendela hancur. Kedutaan tersebut telah ditutup sejak 2012 karena Perang Saudara Syria meskipun masih dimiliki oleh Pemerintah Kanada.[25]

Korban

Total enam belas orang tewas, termasuk tujuh tentara Korps Penjaga Revolusi Islam (IRGC), lima milisi dukungan Iran, satu pejuang Hezbollah, satu penasihat Iran, dan dua warga sipil.[4][5]

Selain Zahedi, korban lainnya yaitu Wakil Zahedi, Brigadir Jenderal Mohammad Hadi Haji Rahimi dan lima petugas Iran: Hossein Aman Elahi, Sayid Mehdi Jalalati, Ali Agha Babaei, Sayid Ali Salehi Roozbahani, dan Mohsen Sedaghat.[21] Zahedi merupakan perwira paling senior IRGC yang tewas sejak pembunuhan Qasem Soleimani oleh Amerika Serikat pada Januari 2020.[26]

Akibat

Ali Khamenei memimpin pemakaman dari korban prajurit IRGC pada 4 April

Di beberapa kota di Iran, termasuk ibukota, Tehran, dan juga Tabriz dan Isfahan, sekelompok pendukung berkumpul mengibarkan bendera Palestina dan Iran dan menuntut pembalasan dendam.[27][28]

Tujuh kedutaan Israel dievakuasi sebagai respon dari potensi ancaman pembalasan oleh Iran, setelah Iran secara luas menyalahkan Israel dan bersumpah akan membalas.[29] IDF menyebarkan sistem pengacau sinyal GPS diseluruh Tel Aviv untuk mengamankan potensi serangan udara oleh Iran.[30] Laporan awal intelijen Amerika Serikat mengantisipasi serangan signifikan terhadap aset Amerika atau Israel paling cepat pada 8–12 April.[31]

Pada 13 April, Angkatan Laut IRGC menaiki kapal kontainer berbendera Portugal 'MSC Aries' di Selat Hormuz dengan helikopter. Kapal ini dialihkan arahnya menuju wilayah Iran. MCS ARIES sebagian dimiliki oleh pengusaha asal Israel Eyal Ofer dan dioperasikan oleh perusahaannya, Zodiac Maritime.[32]

Legalitas

Area diplomatik, seperti rumah dan sekolah, dipertimbangkan sebagai "obyek sipil" dibawah hukum internasional, dan tidak diperbolehkan menjadi target kecuali mereka digunakan untuk keperluan militer. Bangunan diplomatik diwajibkan mendapatkan pengamanan lanjutan dari serangan atau intervensi dari negara induk semang dibawah hukum internasional, yang diratifikasi pada Konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan Konvensi Wina mengenai Hubungan Konsuler 1963.[23] Merupakan kewajiban dari negara dimana kedutaan tersebut berada untuk melindungi kedutaan, namun perjanjian internasional tidak menyebutkan melarang negara ketiga untuk menargetkan kawasan diplomatik jika mereka melindungi komnatan dan ditargetkan sebagai bentuk bela diri, meskipun klaim bela diri tidak dapat dijustifikasi untuk serangan pada wilayah dari sebuah negara yang tidak ikut serta dalam permusuhan tersebut.

Menurut Aurel Sari, seorang professor hukum internasional dari Universitas Exeter di Inggris:[23]

Sebuah serangan udara Israel yang dilakukan didalam Syria tanpa persetujuan merupakan pelanggaran dari Pasal 2(4) dari Piagam Persatuan Bangsa Bangsa, yang melarang sebuah negara menggunakan kekuatan melawan integritas teritorial atau kebebasan politik dari negara lain... Kecuali jika Israel dapat menjustifikasi setiap serangan udara sebagai sebuah bela diri, itu akan menjadi pelanggaran bagi hukum internasional.

Reaksi

  •  Iran: Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran, bersumpah akan memberikan respon yang keras akan serangan ini. Penasihat politik Khamenei Ali Shamkhani, mengatakan bahwa Amerika Serikat "tetap bertanggungjawab secara penuh meskipun tidak mengetahui serangan ini".[33] Iran juga mengirimkan surat kepada Dewan Keamanan Persatuan Bangsa Bangsa, mengatakan bahwa "mempunyai hak yang sah dan melekat untuk merespons secara tegas".[34]
  •  Israel: Daniel Hagari, juru bicara IDF, mengatakan kepada wartawan: "Menurut intelijen kami, ini bukan sebuah konsulat maupun kedutaan." Dia lebih lanjut menambahkan bahwa target merupakan sebuah "bangunan militer dari Pasukan Quds yang disamarkan sebagai bangunan sipil di Damaskus".[35] Yoav Gallant, Menteri Pertahanan Israel, mengatakan bahwa "Israel bekerja untuk membuat jelas bagi pihak lain yang melawan kami, di seluruh Timur Tengah, bahwa harga yang harus dibayar melawan Israel akan menjadi harga yang berat."[36] Israel mengatakan kepada Amerika Serikat bahwa jika Iran meluncurkan serangan dari wilayahnya terhadap Israel sebagai pembalasan, akan memicu respon keras dari Israel, yang berpotensi meningkatkan konflik saat ini menjadi lebih intens.[37][38]
  •  Syria: Menteri Luar Negeri Syria Faisal Mekdad mengutuk serangan udara ini, menyebutnya sebagai sebuah "serangan teroris" yang membunuh orang "tidak bersalah".[39]

Internasional

  •  Aljazair: Menurut pernyataan yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Aljazair, mereka dengan keras mengutuk pemboman ini.[40]
  •  Brazil: Menurut siaran pers dari Kementerian Luar Negeri Brazil, pemerintah Brazil mengutuk serangan udara, ian government condemned the airstrike, seraya mengingat “prinsip misi diplomatik dan konsuler yang tidak dapat diganggu gugat” sebagaimana dikemukakan oleh Konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik, dan juga saling menghormati atas kedaulatan nasional dan integritas teritorial yang dicantumkan pada Piagam Persatuan Bangsa Bangsa. Brazil juga mengutarakan kekhawatiran akan kemungkinan penyebaran permusuhan di wilayah.[41]
  •  Tiongkok: Tiongkok mengutuk serangan ini, dengan juru bicara Menteri Luar Negeri Wang Wenbin mengatakan: "Kemanan institusi diplomatik tidak boleh dilanggar, dan kedaulatan Syria, kebebasan dan integritas teritorial harus dihormati".[42]
  •  Kuba: Pada sebuah unggahan di X, Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodríguez Parrilla menyatakan bahwa negaranya "mengutuk secara energik" serangan ini, menjabarkannya sebagai sebuah "pelanggaran mencolok" akan kedaulatan Syria dan hukum internasional.[43]
  •  Mesir: Pada sebuah unggahan di X, Ahmed Abu Zeid, juru bicara Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan bahwa negaranya menolak serangan pada wilayah diplomatik "dengan justifikasi apapun," dan menegaskan kembali penghormatan akan integritas teritorial dan kedaulatan Mesir.[44]
  •  Irak: Dalam sebuah perbincangan telepon dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi, Perdana Menteri Irak Mohammed Shia' Al Sudani mengutarakan belasungkawanya bagi para korban serangan, sambil menekankan bahwa Irak mengutuk agresi "berdosa"[45]
  •  Kuwait: Kementerian Luar Negeri Kuwait mengutarakan bahwa negaranya mengecam serangan ini dan menyebutnya pelanggaran atas hukum internasional. Kuwait juga meminta komunitas internasional untuk "ikut bertanggungjawab" dan membuat upaya untuk melindungi stabilitas dan keamanan kawasan.[46]
  •  Libanon: Kementerian Luar Negeri dan Emigrasi Libanon mengutuk serangan ini dan menyebut serangan tersebut merupakan "pelanggaran hukum internasional dan pelanggaran serius akan perjanjian Wina untuk hubungan diplomatik dan konsuler".[47]
  •  Mauritania: Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Mauritania mengutarakan pengutukan keras akan pemboman ini, dan menegaskan perlunya untuk "menghormati kawasan diplomatik dan konsuler dan kedaulatan suatu negara" dalam rangka hukum internasional.[48]
  •  Nikaragua: Presiden Nikaragua Daniel Ortega dan Wakil Presiden Rosario Murillo menyampaikan "belasungkawa terdalam mereka" dalam sebuah surat yang ditujukan untuk pemimpin tertinggi Ali Khamenei dan Presiden Ebrahim Raisi, dan mengutuk apa yang mereka sebut sebagai sebuah "tindakan tercela dan menyedihkan yang dilakukan musuh perdamaian dan kehidupan."[49]
  •  Oman: Kementerian Luar Negeri Oman mengeluarkan pernyataan mengutuk serangan ini, dan menyebutnya sebagai pelanggaran atas kedaulatan Syria, hukum internasional dan kekebalan diplomatik dan konsuler dan meminta penurunan ketegangan di kawasan.[50]
  •  Pakistan: Kementerian Luar Negeri Pakistan mengutuk serangan ini, menyebutnya sebagai "pelanggaran yang tidak dapat diterima atas kedaulatan Syria" yang "melemahkan stabilitas dan keamanannya."[51]
  •  Qatar: Kementerian Luar Negeri Qatar mengeluarkan pernyataan mengecam keras serangan ini, dan menawarkan belasungkawa bagi para korban.[52]
  •  Russia: Russia mengecam serangan ini dengan keras, dengan sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Russia yang menyebut serangan ini tidak dapat diterima.[53] It also requested the UN Security Council to discuss the strike.[54]
  •  Arab Saudi: Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menyatakan bahwa negaranya "menolak penargetan fasilitas diplomatik dengan justifikasi apapun".[55]
  •  Afrika Selatan: Dalam sebuah siaran pers, pemerintah Afrika Selatan menyampaikan belasungkawa bagi para korban pemboman. Mengutuk serangan sebagai "pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional," dan juga kedaulatan dan integritas kawasan Syria.[56]
  •  Turki: Kementerian Luar Negeri Turki mengutuk pemboman Israel dalam sebuah pernyataan, sambil mengutarakan keprihatinan atas peningkatan ketegangan di kawasan dan meminta semua pihak untuk mengikuti hukum internasional.[57]
  •  Uni Emirat Arab: Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab mengutuk penargetan misi diplomatik Iran.[58]
  •  Amerika Serikat: Juru bicara dari Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat menyatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam serangan ini atau mengetahui serangan ini.[59]
  •  Venezuela: Dalam sebuah unggahan di X, Menteri Luar Negeri Venezuela Yván Gil mengutarakan bahwa negaranya "mengutuk dengan keras" pemboman tersebut, dan juga menawarkan solidaritasnya bagi masyarakat dan pemerintah Iran dan Syria.[60]
  •  Vietnam: Vietnam mengutuk serangan ini, dengan juru bicara Kementerian Luar Negeri Vietnam Pham Thu Hang mengutip Konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 untuk perlindungan dan penghormatan atas perwakilan dan fasilitas diplomatik. Kementerian tidak secara langsung menyebut Israel pada pernyataannya, namun menyebut "pihak yang terlibat" untuk mencegah kekerasan dan "menyelesaikan perbedaan dengan damai".[61]

Supranational

  •  Liga Arab: Liga Arab mengutuk serangan ini, mengatakan bahwa serangan ini melanggar kedaulatan Syria.[62]
  •  Uni Eropa: mengutuk serangan, dan mengekpresikan kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut dan mendesak "pengekangan sepenuhnya" pasca serangan.[63][64]
  •  GCC: Sekretaris-Jenderal Jasem Mohamed Al-Budaiwi mengecam serangan ini.[65]
  • Organisasi Konferensi Islam: Sekretaris-Jenderal Hissein Brahim Taha dengan tegas mengutuk agresi, mengutarakan solidaritas dengan masyarakat dan pemerintah Iran.[66]
  •  United Nations: Juru bicara Sekretaris-Jenderal Stéphane Dujarric mengatakan: "Serangan dari luar setiap negara merupakan sebuah pelanggaran kedaulatan. Kami mengutuk serangan ini dan akan terus melakukannya."[67]

Referensi