Bahasa Sunda

bahasa yang dituturkan di Indonesia

Bahasa Sunda (basa Sunda, aksara Sunda: ᮘᮞ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ, Pegon: باسا سوندا) adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini umumnya dituturkan oleh penduduk bersuku Sunda di wilayah bagian barat pulau Jawa.

Bahasa Sunda
BPS: 0086 6
Basa Sunda
ᮘᮞ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ • باسا سوندا
Tulisan Sunda dalam aksara Sunda Baku
Tulisan Sunda dalam aksara Sunda Baku
Pengucapan[basa sʊnda] (standar)
[basa suna] (vernakular)
Dituturkan diIndonesia serta negara-negara dengan diaspora Sunda
WilayahUtamanya bagian barat Pulau Jawa dan provinsi lainnya di Indonesia
EtnisSunda
(Badui • Banten • Ciptagelar • Cirebon • Priangan)
Penutur
42 juta (2016)[1]
Rincian data penutur

Jumlah penutur beserta (jika ada) metode pengambilan, jenis, tanggal, dan tempat.[2]

Lihat sumber templat}}
Bentuk awal
Bentuk baku
Dialek
Dialek bahasa Sunda[3]
Modern:
   Alfabet Latin (Alfabet bahasa Sunda)
   Abjad Pegon
Aksara Sunda Baku
Historis:
   Aksara Sunda Kuno
Aspek ketatabahasaan
Tipologi
Status resmi
Diatur olehLembaga Basa jeung Sastra Sunda
Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat
Kantor Bahasa Banten
Kode bahasa
ISO 639-1su
ISO 639-2sun
ISO 639-3Mencakup:
sun – bahasa Sunda
bac – bahasa Sunda Badui
osn – bahasa Sunda Kuno
Glottologsund1252
Linguasfer31-MFN-a
BPS (2010)0086 6
QIDQ34002
Status konservasi
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Not Endangered

Bahasa Sunda diklasifikasikan sebagai bahasa aman ataupun tidak terancam (NE) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan

C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC5 Developing
Bahasa Sunda dikategorikan sebagai C5 Developing menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini mengalami peningkatan jumlah penutur dari waktu ke waktu
Referensi: [4][5][6]

Lokasi penuturan
Peta persebaran bahasa Sunda.
Wilayah tempat bahasa Sunda adalah bahasa asli dan mayoritas
Wilayah tempat bahasa Sunda adalah bahasa minoritas
Komunitas diaspora Sunda yang menuturkan bahasa Sunda secara parsial
Wilayah dengan penuturan bahasa Sunda sebagai bahasa ibunda mayoritas penduduknya
Wilayah dengan >100.000 penduduknya dapat menuturkan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu
Wilayah dengan <100.000 penduduknya dapat menuturkan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
Artikel ini mengandung karakter aksara Sunda. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode.
 Portal Bahasa
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B • PW
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Bahasa Sunda juga dituturkan oleh diaspora Sunda di beberapa wilayah lain di Indonesia dan di luar Indonesia. Bahasa ini memiliki penutur setidaknya 42 juta orang pada tahun 2016.

Dialek

Peta linguistik dialek bahasa Sunda

Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda mempunyai beberapa ragam. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda.[7] Dialek-dialek ini adalah:

Sejarah dan penyebaran

Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di daerah yang dijuluki Tatar Sunda (Pasundan). Bahasa Sunda juga dipertuturkan di bagian barat Jawa Tengah, khususnya di sebagian selatan Kabupaten Brebes dan sebagian barat Cilacap, dikarenakan beberapa kecamatan di wilayah ini dahulunya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Galuh.

Seiring transmigrasi dan imigrasi yang dilakukan etnis Sunda, penutur bahasa ini telah menyebar sampai ke luar pulau Jawa. Misalkan di Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Barat dan Sulawesi Tenggara di mana penduduk etnis Sunda dengan jumlah signifikan menetap di wilayah tersebut.

Fonologi

Terdapat tujuh fonem vokal dalam bahasa Sunda: /a/, /ɛ/ é, /i/, /ɨ/ eu, /ə/ e, /u/ dan /ɔ/ o.[8]

Vokal
DepanMadyaBelakang
Tertutupiɨu
Tengahɛəɔ
Terbukaa
Konsonan
Dwi-bibirGigiLangit2
keras
Langit2
lunak
Celah
suara
Sengaumnɲŋ
Letup/Gesekp bt d k ɡʔ
Desis/Gesersh
Kepak/Hampiran r l   
Semivokalwj

Sistem penulisan

Aksara Sunda (Kaganga)

Mulanya bahasa Sunda ditulis dengan aksara Sunda. Aksara Sunda merupakan salah satu aksara berumpun Brahmi yang diturunkan dari aksara Pallawa lewat aksara Kawi.

Bukti-bukti tertulis mengenai evolusi aksara ini muncul di beberapa prasasti yang ditemukan dari abad ke-10 hingga abad ke-15 M pada masa keemasan Kerajaan Pajajaran. Prasasti yang diyakini merupakan kunci evolusi aksara Sunda adalah Prasasti Batutulis, Prasasti Astana Gede, dan Prasasti Kebantenan.[9][10]

Dahulu aksara ini dituliskan di permukaan batu. Pada abad ke-15 hingga ke-16, aksara Sunda kuno mulai berevolusi jauh dari aksara Kawi dan mudah dikenali perubahannya.

Aksara ini kemudian lebih banyak ditulis di atas daun lontar. Aksara tersebut digunakan dalam penulisan naskah Bujangga Manik, Carita Parahyangan dan Carita Waruga Guru.[11] Naskah ini kelak dijadikan sebagai rujukan bagi pengembangan aksara Sunda yang kemudian, aksara Sunda baku.

Aksara Sunda Kuno memiliki sintaksis penulisan yang lebih kompleks, seperti adanya pasangan (hanya semua huruf pasangannya sama dengan huruf utama), huruf leu dan reu, dan jumlah guratan yang lebih banyak daripada aksara Sunda baku. Aksara Sunda baku mulai diperkenalkan pada dekade 1990-an untuk menggantikan peran Cacarakan. Saat ini, seluruh pembelajaran bahasa Sunda menggunakan aksara Sunda baku dan alfabet Latin.[12]

Alfabet Bahasa Sunda

Kolonialisasi di Nusantara menyebabkan aksara Sunda kuno menjadi terancam. Bersama dengan keluarnya ultimatum dari VOC pada tanggal 3 November 1705, aksara Sunda kuno dan Rikasara Cirebon punah. Setiap orang yang menulis dokumen-dokumen resmi hanya diperbolehkan menulis aksara Jawa yang dimodifikasi, abjad Pegon, dan alfabet Latin untuk menuliskan bahasa Sunda. Alfabet Latin sendiri mulai diintensifkan untuk mentranskripsi karya-karya yang ditulis menggunakan aksara Sunda Kuno dan Pegon pada abad ke-19 hingga ke-20.

Salah satu tokoh yang berjasa dalam transkripsi aksara Cacarakan dan Sunda ke Latin adalah seorang keturunan Bugis-Sunda bernama Daeng Kanduruan Ardiwinata (1866–1947) yang menulis buku berjudul Palanggéran Nuliskeun Aksara Sunda ku Aksara Walanda (terbitan Commissie voor de Volkslectuur tahun 1912) yang berisi aturan transkripsi bahasa Sunda menggunakan alfabet Latin serta Élmuning Basa Sunda (edisi I 1916 dan II 1917) yang berisi peraturan tata bahasa Sunda modern.[13][14][15]

Cacarakan

Cacarakan adalah aksara Jawa termodifikasi yang digunakan untuk menuliskan bahasa Sunda, dan telah dipakai selama 300 tahun setelah keluarnya ultimatum dari VOC pada tanggal 3 November 1705 yang mewajibkan penggunaan aksara Jawa, abjad Pegon, dan alfabet Latin untuk menuliskan bahasa Sunda. Kini, hanya sebagian kecil daerah di Jawa Barat yang menggunakan Cacarakan untuk menulis bahasa Sunda.[15][16]

Abjad Pegon Sunda

Abjad Pegon yang bersaudara dengan abjad Jawi (Arab-Melayu) digunakan untuk menulis bahasa Sunda, menggunakan huruf-huruf Arab standar dan huruf-huruf rekaan baru yang tidak ada dalam huruf Arab asli. Huruf-huruf itu juga tidak bisa dipahami oleh orang Arab jika mereka tak menguasai bahasa Sunda dengan huruf tersebut. Hadir bersamaan dengan Islam di Tatar Sunda, abjad Pegon menjadi materi yang masih diajarkan di sebagian kecil pesantren.[17]

Aksara Lain

Selain itu, ada beberapa aksara lain yang sempat digunakan dalam menuliskan bahasa Sunda terutama bahasa Sunda Kuno, contohnya adalah aksara Buda dan aksara Kawi, penggunaannya sempat tercatat dalam prasasti dan naskah-naskah kuno.

Tingkat tutur

Bahasa Sunda, terutama dialek Priangan mempunyai tingkat tutur yang mencakup aturan penggunaan ragam bahasa yang didasarkan kepada tingkat keakraban antara pembicara dan lawan bicara. Dalam bahasa Sunda, tingkat tutur seperti ini dikenal sebagai undak-usuk atau sekarang lebih dikenali sebagai tatakrama basa. Berdasarkan ragam bahasanya, dapat dibedakan menjadi hormat dan loma. Sementara kosakata yang digunakan bisa dibedakan menjadi lemes pisan, lemes, lemes enteng, sedeng, panengah, dan loma.

Catatan kaki

Pranala luar