Kubisme

aliran seni rupa

Kubisme adalah sebuah gerakan seni avant-garde abad ke-20 yang dirintis oleh Pablo Picasso dan Georges Braque. Gerakan seni ini membuat revolusi dalam lukisan dan pahatan Eropa, dan menginspirasi gerakan sejenis dalam musik dan sastra. Cabang pertama kubisme, yaitu Kubisme Analitis, adalah gerakan seni radikal dan berpengaruh yang muncul antara 1907 dan 1911 di Prancis. Pada fase kedua, Kubisme Sintetis, gerakan ini menyebar dan masih ada sampai sekitar tahun 1919, ketika gerakan Surealisme mulai dikenal masyarakat. Kubisme telah dianggap sebagai gerakan seni paling berpengaruh di abad ke-20.[1][2]

Georges Braque, Woman with a Guitar, 1913. Musée National d'Art Moderne, Centre Georges Pompidou, Paris, Prancis. Contoh awal Kubisme Sintetis.

Sejarawan seni Inggris, Douglas Cooper menjelaskaan tiga fase Kubisme dalam bukunya, The Cubist Epoch. Menurut Cooper ada yang namanya "Kubisme Awal" (1906-1908) ketika gerakan ini mulai dikembangkan di studio Picasso dan Braque; fase kedua disebut "Kubisme Tinggi" (1909-1914) ketika Juan Gris muncul sebagai seniman berpengaruh; dan akhirnya "Kubisme Akhir" (1914-1921) sebagai fase terakhir Kubisme sebagai gerakan avant-garde radikal.[3]

Dalam karya seni kubisme, benda dipecahkan, dianalisis, dan diatur kembali dalam bentuk abstrak—daripada menampilkan objek dari satu sudut pandang, seniman menampilkan subjek dari berbagai sudut pandang untuk menjelaskan subjek dalam konteks yang lebih besar. Kadang permukaan bersilangan dalam sudut acak, sehingga menghapus kedalaman lukisan yang jelas. Latar dan objek menembus satu sama lain untuk membentuk ruang ambigu dangkal yang menjadi salah satu karakteristik khusus dari kubisme.[4]

Seniman Kubisme Indonesia

Seniman Indonesia yang paling menonjol yang bekerja dalam gaya kubisme adalah arsitek, pelukis dan pematung yang berasal dari Sekolah Seni Bandung dan Yogyakarta.[5] Berikut daftar dengan karya teladan gaya kubisme mereka dari koleksi terkenal atau rumah lelang.

  • Abas Alibasyah, (1928-2016) Garuda (1969), Galeri Nasional Indonesia, Jakarta [6]
  • Ahmad Sadali, (1924-1987) Skyline of New York (1957), National Gallery Singapore [7]
  • Fadjar Sidik, (1930-2004) Dinamika Keruangan (1969), Galeri Nasional Indonesia, Jakarta [8]
  • Gregorius Sidharta, (1930-2006), Tamansari III (1975), Galeri Nasional Indonesia, Jakarta [9]
  • Handrio, (1926-2010) Abstrak Geometrik (1991), Galeri Nasional Indonesia, Jakarta [10]
  • Mochtar Apin, (1923-1994) Woman (1963), Indonesian Visual Art Archive [11]
  • But Muchtar, (1930-1993) Odalan di Bali (1959), Bentara Budaya Collection, Jakarta [12]
  • Oesman Effendi, (1919-1985) Komposisi (1975), Galeri Nasional Indonesia, Jakarta [13]
  • Ries Mulder, (1909-1973) Prahu di Bali (1950)
  • Salim, (1908-2008) Venezia (1972), Bentara Budaya Collection, Jakarta [14]

Gerakan terkait, gaya, tren dan sekolah


Catatan kaki

Pranala luar

🔥 Top keywords: Liga Champions UEFAPiala Asia U-23 AFC 2024YandexAmicus curiaeHalaman UtamaDuckDuckGoIstimewa:PencarianFacebookTanda titik duaJepangManchester City F.C.TwitterReal Madrid C.F.KleopatraLiga Champions UEFA 2023–2024Kualifikasi Piala Asia U-23 AFC 2024FC Bayern MünchenBerkas:Youtube logo.pngYouTubeMinal 'Aidin wal-FaizinSiksa Kubur (film)Gunung RuangFC BarcelonaFree FireAhmad Muhdlor AliIndonesiaXXNXXIranCerezo OsakaBadarawuhi Di Desa PenariBaratPersija JakartaDubaiMadridInstagramTikTokAnjungan tunai mandiriTim nasional sepak bola Indonesia