Lazuardi

batuan metamorf yang umumnya mengandung mineral lazurit, pirit, dan kalsit

Lazuardi adalah batuan metamorf yang berwarna biru. Batuan ini menjadi batu permata yang dihargai sejak zaman kuno karena warna birunya.

Lazuardi
Lazuardi dari Afganistan sebelum diolah
Umum
KategoriBatuan metamorf
Rumus
(unit berulang)
Campuran mineral dengan lazurit sebagai unsur utamanya
Sistem kristalTidak ada. Unsur utamanya, lazurit, biasa muncul dalam bentuk dodekahedron.
Identifikasi
WarnaBiru atau ungu, belang putih kalsit dan kuning logam pirit
PerawakanKompak, masif
Kekerasan dalam skala Mohs5–5,5
KilauKusam
GoresBiru muda
Berat jenis2,7–2,9
Indeks bias1,5
Sifat lainPerbedaan komposisi menyebabkan perbedaan besar terhadap nilai-nilai di atas.

Lazuardi telah ditambang dari pertambangan di Sar-i Sang,[1] di Shortughai, dan pertambangan lain di daerah Badakhshan (sekitar timur laut Afganistan) sejak 7.000 tahun sebelum masehi.[2] Beberapa sumber menyebutkan bahwa lazuardi dapat ditemukan jauh di timur hingga daerah sekitar Danau Baikal di Siberia.

Lazuardi dinilai tinggi oleh Peradaban Lembah Sungai Indus (3300–1900 SM) dan manik-manik lazurdi juga ditemukan di kuburan Neolitikum di Mehrgarh, di Kaukasus, bahkan hingga di Mauritania.[3] Pada zaman kuno, lapis lazuli diperdagangkan hingga ke Mesir Kuno dan ke Mauritania.[3] Batuan ini dipakai dalam topeng Tutankhamun (1341–1323 SM).[4]

Pada akhir Abad Pertengahan, lazuardi mulai diekspor ke Eropa, tempat lazuardi akan diolah menjadi bubuk dan pewarna biru laut, pigmen warna terbaik dan termahal. Ia dipakai oleh beberapa seniman terkenal pada Abad Renaisans dan masa Barok, termasuk Masaccio, Perugino, Titian, dan Vermeer.

Etimologi

Lazuardi berasal dari bahasa Arab لَازُوَرْد (lāzuward) yang berasal dari bahasa Persia لاجورد (lâjvard). Kata lâjvard juga menjadi asal kata untuk warna biru langit dalam berbagai bahasa dalam rumpun Indo-Eropa.

Sifat batuan

Komposisi

Unsur utama lazuardi adalah lazurit (25% s.d. 40%).[5] Lazurit adalah suatu mineral silikat feldspathoid dengan rumus kimia (Na,Ca)8(AlSiO4)6(S,SO4,Cl)1-2.[6] Kebanyakan lazuardi juga mengandung kalsit (putih), sodalit (biru), dan pirit (kuning logam). Beberapa cuplikan lazuardi mengandung augit, diopsida, enstatit, dan mika.

Warna

Warna biru yang mencolok disebabkan oleh ion radikal trisulfur (S3) dalam kristal.[7]

Sumber utama

Pertambangan di sebelah timur laut Afganistan terus menjadi sumber utama lazuardi. Lazuardi dalam jumlah banyak juga diproduksi dari tambang di sebelah barat Danau Baikal di Rusia dan di Pegunungan Andes di Chili. Dalam jumlah sedikit, lazuardi diproduksi di Italia, Mongolia, Amerika Serikat (daerah Colorado dan California), serta Kanada.[8]

Sejarah dan seni

Pada zaman kuno

Tokoh Mesir Kuno Ptah (945–600 SM) yang terbuat dari lazuardi. Tinggi patungnya 5,3 cm. Tinggi alasnya 0,4 cm. Metropolitan Museum of Art (Kota New York)

Lazuardi telah ditambang di Afganistan dan diekspor ke Mediterania dan Asia Selatan sejak Zaman Neolitikum[9][10] di sepanjang jalur perdagangan kuno antara Afganistan dan Sungai Indus sekitar milenium ketujuh sebelum masehi. Sejumlah manik-manik juga ditemukan di pemukiman milenium keempat sebelum masehi di Mesopotamia Utara dan di situs Zaman Perunggu di Syahri Sukhtah di sebelah tenggara Iran (milenium ketiga sebelum masehi). Belati dengan gagang lazuardi, mangkuk yang dihiasi dengan lazuardi, jimat, manik-manik, serta hiasan yang menggambarkan alis dan kumis ditemukan di Makam Penguasa Ur di Sumeria dari tiga milenium sebelum masehi.[9]

Lazuardi juga dipakai di Mesopotamia Kuno oleh Kekaisaran Akkadia, Asyur, dan Babilonia untuk segel dan perhiasan. Hal ini disinggung beberapa kali dalam puisi Mesopotamia, Wiracarita Gilgamesh (abad ke-18 sampai ke-17 sebelum masehi). Patung Ebih-Il, patung yang dibuat sekitar milenium ketiga sebelum masehi dan ditemukan di Kota Mari, menggunakan lazuardi sebagai iris matanya.[11]

Di Mesir Kuno, lazuardi menjadi batu favorit untuk jimat dan ornamen seperti scarab. Perhiasan lazuardi ditemukan di Situs Penggalian Naqada (3310–3100 SM). Di Karnak, relief Thutmosis III (1479–1429 SM) menunjukkan potongan-potongan lazuardi yang berbentuk tong diantarkan kepadanya sebagai seserahan. Bubuk lazuardi dipakai sebagai perona mata Kleopatra.[3][12]

Perhiasan yang dibuat dari lazuardi juga telah ditemukan di Mykenai dan menunjukkan hubungan antara Mykenai dengan Mesir dan Timur.[13]

Lihat pula

Referensi

Pranala luar