Revolusi Mesir 2011

artikel daftar Wikimedia

Revolusi Mesir 2011, juga dikenal sebagai revolusi 25 January (Arab: ثورة ٢٥ يناير; Thawrat khamsa wa-ʿišrūn yanāyir),[23] bermula sejak 25 Januari 2011 dan meluas di penjuru Mesir. Berbagai kelompok pemuda turun ke jalan pada tanggal tersebut yang merupakan Hari Polisi sebagai pernyataan menentang kebrutalan polisi yang semakin meningkat selama beberapa tahun terakhir kepresidenan Hosni Mubarak. Aksi protes meliputi demonstrasi, aksi damai, pendudukan alun-alun, perlawanan sipil non-kekerasan, tindakan pembangkangan sipil, dan mogok. Jutaan pengunjuk rasa dari berbagai latar belakang sosial-ekonomi dan agama menuntut penggulingan Presiden Hosni Mubarak. Bentrokan kekerasan antara aparat keamanan dan pengunjuk rasa mengakibatkan banyak korban, dengan setidaknya 846 orang tewas dan lebih dari 6.000 orang terluka.[24] Pengunjuk rasa membakar lebih dari 90 kantor polisi sebagai aksi balasan.[24]

Revolusi Mesir 2011
Bagian dari Kebangkitan dunia Arab
Demonstrasi di Tahrir Square, Kairo pada 8 Februari 2011
Tanggal25 Januari 2011 (2011-01-25) – 11 February 2011
(2 minggu dan 3 hari)
Lokasi Mesir
30°2′N 31°13′E / 30.033°N 31.217°E / 30.033; 31.217 31°13′E / 30.033°N 31.217°E / 30.033; 31.217
Sebab
Metode
StatusBerakhir
Konsesi
yang diberikan
Jumlah
Protesters

Characteristics

2 juta di Lapangan Tahrir, Kairo[13]

750,000 di Alexandria

1 juta di Mansoura
dan lainnya
Jumlah korban
Korban tewas

846[14] (termasuk paling sedikit 135 pemrotes, 12 polisi,[15][16][17] 189 tahanan,[18] dan satu kepala penjara)[19][20]
Terluka6,467 orang[21]
Ditangkap12,000[22]

Keluhan para pengunjuk rasa Mesir berfokus pada masalah hukum dan politik,[25] termasuk kebrutalan polisi, hukum keadaan darurat, kurangnya kebebasan politik, kebebasan sipil, kebebasan berbicara, korupsi,[2] tingginya pengangguran,[1] inflasi bahan makanan,[3] dan upah rendah.[1][3] Tuntutan utama para pengunjuk rasa adalah berakhirnya rezim Mubarak. Serikat buruh juga melakukan mogok untuk menekan pemerintah.[26] Selama revolusi, situasi di ibu kota, Kairo digambarkan sebagai "kawasan perang",[27] dan kota pelabuhan Suez menjadi tempat seringnya bentrokan kekerasan. Para pengunjuk rasa menolak jam malam yang diberlakukan pemerintah dan aparat keamanan tidak berdaya menegakkan aturan tersebut. Pasukan Keamanan Pusat Mesir yang setia kepada Mubarak digantikan secara bertahap oleh pasukan militer. Dalam kondisi kekacauan, terjadi aksi penjarahan oleh perusuh yang dihasut (menurut sumber oposisi) oleh petugas polisi berpakaian preman.[28][29][30][31][32]

Lihat juga

Referensi

Pranala luar

🔥 Top keywords: Liga Champions UEFAPiala Asia U-23 AFC 2024YandexAmicus curiaeHalaman UtamaDuckDuckGoIstimewa:PencarianFacebookTanda titik duaJepangManchester City F.C.TwitterReal Madrid C.F.KleopatraLiga Champions UEFA 2023–2024Kualifikasi Piala Asia U-23 AFC 2024FC Bayern MünchenBerkas:Youtube logo.pngYouTubeMinal 'Aidin wal-FaizinSiksa Kubur (film)Gunung RuangFC BarcelonaFree FireAhmad Muhdlor AliIndonesiaXXNXXIranCerezo OsakaBadarawuhi Di Desa PenariBaratPersija JakartaDubaiMadridInstagramTikTokAnjungan tunai mandiriTim nasional sepak bola Indonesia