Europa (satelit)

satelit alami Jupiter

Europa (Yunani: Ευρώπη) adalah satelit keenam dari planet Jupiter. Europa ditemukan pada tahun 1610 oleh Galileo Galilei (dengan pembantahan dari Simon Marius, yang mengklaim bahwa ia telah menemukannya pada tahun 1609). Satelit ini dinamakan atas seorang wanita bangsawan Phoenicia yang bernama Europa, yang kemudian dinikahi oleh Zeus dan menjadi ratu dari Kreta. Satelit ini adalah satelit terkecil dari empat satelit Galileo.

Europa
Belahan Europa yang membelakangi Jupiter dalam warna alami yang mendekati perkiraan warna asli. Kawah yang menonjol di kanan bawah adalah Kawah Pwyll dan daerah yang lebih gelap adalah daerah di mana permukaan es air Europa memiliki kandungan mineral yang lebih tinggi. Citra yang dibuat pada tanggal 7 September 1996 oleh wahana Galileo.
Penemuan
Ditemukan olehGalileo Galilei
Simon Marius
Tanggal penemuan8 Januari 1610[1]
Penamaan
Jupiter II
Kata sifat bahasa InggrisEuropan
Ciri-ciri orbit[3]
Epos 8 Januari 2004
Periapsis664.862 km[a]
Apoapsis676.938 km[b]
Jari-jari orbit rata-rata
670.900 km[2]
Eksentrisitas0,009[2]
3,551181 h[2]
Kecepatan orbit rata-rata
13,740 km/s[2]
Inklinasi0,470° (dari khatulistiwa Jupiter)
1,791° (terhadap bidang ekliptika)[2]
Satelit dariJupiter
Ciri-ciri fisik
Jari-jari rata-rata
1.560,8±0,5 km (0,245 kali Bumi)[4]
3,09×107 km2 (0,061 kali Bumi)[c]
Volume1,593×1010 km3 (0,015 kali Bumi)[d]
Massa(4,799844±0,000013)×1022 kg (0.008 Bumi)[4]
Massa jenis rata-rata
3,013±0,005 g/cm3[4]
1,314 m/s2 (0.134 g)[e]
2,025 km/s[f]
Sinkron[5]
0,1°[6]
Albedo0.67 ± 0.03[4]
Suhu permukaanmin.rata-ratamaks.
Permukaan≈ 50 K[7]102 K
(−171,15 °C)
125 K
5,29 (oposisi)[4]
Atmosfer
Tekanan permukaan
0,1 µPa (10−12 bar)[8]

Pada diameter hanya sejauh 3,100 kilometer, Europa berbentuk lebih kecil dari Bulan milik Bumi, dan satelit terbesar keenam di Tata Surya. Meskipun dengan batasan-batasan yang lebar, massa Europa lebih kecil daripada satelit Galilea lainnya, massanya lebih besar dari seluruh satelit yang lebih kecil darinya jika disatukan.[9] Satelit ini terbuat secara primer dari batuan silikat dan diperkirakan memiliki inti besi. Europa memiliki atmosfer yang terdiri atas oksigen. Permukaannya terdiri atas es dan diperkirakan yang paling rata di seluruh Tata Surya. Permukaannya telah dirusak banyak oleh retakan-retakan dan goresan-goresan, tetapi kawah akibat meteor amat sedikit terjadi di Europa. Kemudaan dan kerataan dari permukaan Europa telah membuat beberapa ilmuwan berspekulasi atas keberadaan samudra di bawahnya, yang bisa saja menyimpan kehidupan.[10] Hipotesis ini berjalan atas dasar bahwa kehangatan dari inti menyebabkan samudera ini tetap dalam bentuk cair dan menyebabkan aktivitas geologis.[11]

Meskipun hanya proyek fly-by (atau terbang melewati objek alam semesta) yang telah menemui satelit ini, karakter yang menarik dari Europa menarik beberapa ilmuwan untuk mengeksplorasinya lebih jauh dengan mendaratkan sesuatu di atasnya. Misi Galileo mengumpulkan data yang amat banyak untuk satelit yang satu ini. Sebuah misi baru kepada satelit-satelit Jupiter, Europa Jupiter System Mission (EJSM), diperkirakan akan diluncurkan pada 2020.[12] Berhubungan dengan hipotesis atas tingginya kemungkinan kehidupan di luar bumi di satelit ini telah membuat ilmuwan amat tertarik untuk mempelajari satelit ini dan banyak lobi telah diciptakan karenanya.[13][14]

Bersama Europa, Jupiter untuk saat ini diketahui memiliki 79 satelit.

Penemuan dan penamaan

Europa bersama tiga satelit Jupiter lainnya, Io, Ganimede dan Kalisto, ditemukan oleh Galileo Galilei pada bulan Januari 1610. Observasi tercatat pertama kepada Io dilakukan oleh Galilei pada 7 Januari 1610, menggunakan teleskop refraksi di Universitas Padua. Meskipun, dalam pengamatan itu, Galilei tidak dapat membedakan antara Io dan Europa karena lemahnya teleskop yang ia gunakan. Kedua satelit itu lalu dicatatnya sebagai satu titik cahaya dan bukan dua. Io dan Europa baru terlihat terpisah keesokan harinya, 8 Januari 1610 (dan kemudian digunakan sebagai tanggal resmi ditemukannya Europa oleh International Astronomical Union.[1]

Seperti satelit Galilean lainnya, Europa dinamakan atas pencinta Zeus, yaitu nama Yunani untuk dewa Jupiter. Skema penamaan ini disarankan oleh Simon Marius, yang mengklaim bahwa ia telah menemukan seluruh empat satelit Galilean, yang kemudian Galileo menuduhnya telah melakukan plagiat. Marius memberikan proposalnya kepada Johannes Kepler.[15][16]

Nama-nama ini kemudian kehilangan preferensi dan akhirnya mulai hilang begitu saja seiring waktu hingga pertengahan abad ke 20.[17] Dari kebanyakan literatur astronomi lainnya, Europa lebih sering disebut sebagai Jupiter II, sebuah sistem yang diluncurkan Galileo untuk menandakan "Satelit kedua dari Jupiter". Pada 1892, penemuan satelit Amalthea, yang orbitnya berada lebih dekat ke Jupiter dibandingkan Europa, mendorongnya masuk ke posisi ketiga. Pemantau Voyager menemukan tiga lagi, pada 1979, jadi Europa sekarang diperkirakan sebagai satelit keenam, walau kadang satelit ini masih ditulis sebagai Jupiter II.[17]

Karakter fisik

Struktur internal

Sebuah model interior Europa yang menunjukkan sebuah kerak es terluar di atas sebuah samudera cair atau es lembut, dan inti silikat dan metal.

Europa itu sama dari komposisi atas planet-planet terestrial, terdiri atas silikat. Europa diperkirakan memiliki mantel air yang mengelilinginya diperkirakan setebal 100 km (62 mi); sebagian sebagai kerak es, dan sebagian lagi sebagai simpanan samudera air di bawahnya. Data magnetik baru-baru ini yang ditemukan oleh pengorbit Galileo menunjukkan bahwa Europa telah menciptakan sebuah area magnetik yang disebabkan oleh interaksinya dengan Jupiter, yang ikut menunjukkan keberadaan sebuah inti konduktif yang padat. Samudera ini diperkirakan adalah samudera air asin cair, seperti yang ada di Bumi. Mantel ini diperkirakan telah mengalami perubahan sudut ("terpeleset") sekitar 80 derajat, hampir membalikkan kedua kutubnya, yang mungkin tidak akan terjadi jika es tersebut ada terus hingga ke inti satelit tersebut.[18] Europa diperkirakan memiliki inti besi metalik.[19]

Fitur permukaan

Mosaik dari pesawat Galileo menunjukkan fitur-fitur yang tercipta akibat aktivitas geologis: lineae, kubah-kubah, jurang-jurang dan Conamara Chaos.

Europa adalah salah satu objek angkasa dengan permukaan paling rata di Tata Surya.[20] Tanda-tanda dan garis-garis yang meliputi muka dari Europa tampaknya terjadi akibat fitur albedo, yang lebih mengindikasikan topografi rendah. Ada beberapa kawah di satelit akibat permukaannya yang secara tektonis aktif dan masih muda.[21][22] Permukaan es Europa memberikannya pemantulan cahaya sebesar 0.64, satu dari yang paling tertinggi dari seluruh satelit.[22][23] Ini juga tampaknya mengindikasikan permukaan yang masih muda dari Europa; didasarkan pada penghitungan banyaknya bombardir komet yang telah dialami oleh Europa, permukaannya diperkirakan baru berumur 20 hingga 180 juta tahun.[24] Hingga saat ini belum terjadi konsensus penuh atas penjelasan-penjelasan yang banyak dan kontradiktif terhadap permukaan Europa.[25]

Level radiasi di permukaan Europa diperkirakan sama dengan dosis sebesar 540 rem (5400 mSv) per hari,[26] sebuah jumlah radiasi yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.[27]

Lineae

Fitur paling menarik dari Europa adalah lineae (Indonesia: garis-garis, Inggris: lines) yang menyilang-nyilang seluruh permukaan satelit ini. Observasi jarak dekat menunjukkan bahwa ujung-ujung dari kerak Europa dari kedua sisi satelit ini telah berpindah, relatif pada satu sama lain. Garis-garis yang lebih besar biasanya lebih dari 20 km (12 mi) dari ujung ke ujung, sering kali dengan silang-silang gelap dan garis tengah yang lebih terang.[28]

Hipotesis yang paling mungkin adalah bahwa lineae-lineae ini tercipta dari beberapa ledakan es hangat ketika permukaan kerak Europa membelah.[29] Efek ini diperkirakan sejenis dengan apa yang terjadi pada tanah bawah laut di Bumi. Fraktura-fraktura itu kurang lebih juga diperkirakan tercipta akibat tekanan gelombang yang diciptakan Jupiter. Karena Europa secara gelombang terkunci dengan Jupiter, salah satu mukanya secara konstan selalu mengarah ke Jupiter, dan seharusnya pola garisnya pun sama dan dapat diprediksi. Namun, hanya lineae-lineae termuda yang mengikuti pola yang telah diprediksi ini; garis-garis lain tampak lebih berbeda semakin tua umur satelit ini. Ini dapat dijelaskan jika inti Europa berputar lebih cepat daripada luarnya, sebuah efek yang mungkin terjadi jika ada di bawah kerak terluar Europa sebuah samudera cair, yang secara mekanis memisahkan inti berbatu Europa dengan kerak luarnya, dan dengan gravitasi Jupiter menekan kerak luar dari satelit ini.[30] Perbandingan antara foto-foto dari pesawat Voyager dan Galileo menunjukkan bahwa ada pembatasan dari kelicinan ini. Revolusi penuh dari kerak luar yang keras relatif kepada interior Europa terjadi setiap 12,000 tahun.[31]

Catatan

Referensi

Pranala luar