Pengaturan kelahiran

metode untuk mencegah kehamilan atau kelahiran pada manusia

Pengaturan kelahiran, yang dikenal pula sebagai kontrasepsi dan pengaturan fertilitas, merupakan metode atau alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan.[1] Perencanaan, pembekalan, dan penggunaan kontrasepsi disebut keluarga berencana.[2][3] Seks aman, seperti penggunaan kondom wanita atau pria, juga dapat membantu mencegah infeksi menular seksual.[4][5] Metode pengaturan kelahiran telah digunakan sejak zaman dahulu, tetapi metode yang efektif dan aman baru tersedia pada abad ke 20.[6] Pada beberapa kebudayaan akses pada kontrasepsi dibatasi karena dianggap tidak sesuai baik secara moral maupun politik.[6]

Pengaturan kelahiran
Intervensi
Pil KB
SinonimKontrasepsi, pengendalian kelahiran, pengaturan fertilitas
MeSHD003267

Metode kontrasepsi yang paling efektif adalah sterilisasi dengan vasektomi pada pria dan pengikatan tuba/saluran falopii pada wanita, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD) dan kontrasepsi implan (susuk KB). Ini disusul dengan sejumlah kontrasepsi hormonal termasuk pil oral, koyo, cincin vagina, dan suntik. Metode yang kurang efektif termasuk barier seperti kondom, diafragma, dan spons kontrasepsi serta metode keluarga berencana alamiah. Metode yang kurang efektif yaitu spermisida dan sanggama terputus oleh pria sebelum ejakulasi. Sterilisasi, walaupun sangat efektif, biasanya tidak reversibel; semua metode lain bersifat reversibel, sebagian besar segera setelah dihentikan.[7] Kontrasepsi darurat dapat mencegah kehamilan dalam beberapa hari setelah hubungan seks tanpa perlindungan. Ada yang menganggap pantang berhubungan seks sebagai kontrasepsi, tetapi pendidikan seks yang hanya mengandalkan pantang dapat meningkatkan kehamilan di usia remaja jika tidak disertai pendidikan kontrasepsi.[8][9]

Dalam remaja, kehamilan mempunyai risiko lebih besar berakhir buruk. Pendidikan seks yang komprehensif dan akses pada kontrasepsi menurunkan tingkat kehamilan yang tidak diinginkan pada kelompok usia ini.[10][11] Walaupun semua bentuk kontrasepsi dapat digunakan oleh orang muda,[12] metode kontrasepsi reversibel jangka panjang seperti implan, AKDR/IUD, atau cincin vagina secara khusus bermanfaat dalam menurunkan tingkat kehamilan remaja.[11] Setelah melahirkan, wanita yang tidak menyusui secara eksklusif dapat hamil lagi dalam empat hingga enam minggu. Beberapa metode kontrasepsi dapat dimulai segera setelah melahirkan, tetapi yang lain perlu ditunda hingga enam bulan. Bagi yang menyusui secara eksklusif metode progestin lebih dipilih dibandingkan dengan kontrasepsi oral kombinasi. Bagi yang telah mencapai menopause disarankan untuk meneruskan kontrasepsi hingga setahun setelah menstruasi terakhir.[12]

Terdapat sekitar 222 jutaan wanita yang ingin menghindari kehamilan di negara berkembang yang tidak menggunakan metode kontrasepsi modern.[13][14] Penggunaan kontrasepsi di negara berkembang telah menurunkan angka kematian ibu sebesar 40% (sekitar 270.000 kematian pada 2008 dapat dicegah) dan dapat mencegah hingga 70% jika seluruh kebutuhan kontrasepsi terpenuhi.[15][16] Dengan memperpanjang waktu antara kehamilan, kontrasepsi dapat meningkatkan keberhasilan proses melahirkan pada wanita dewasa serta kelangsungan hidup anak-anak mereka.[15] Bagi wanita di negara berkembang, penghasilan, aset, berat badan, dan tingkat pendidikan serta kesehatan anak-anak mereka akan meningkat sejajar dengan peningkatan akses pada kontrasepsi.[17] Kontrasepsi meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena lebih sedikit beban anak, lebih banyak wanita berpartisipasi sebagai tenaga kerja, dan berkurangnya konsumsi sumber daya yang terbatas.[17][18]

Metode

Kemungkinan kehamilan selama tahun pertama pemakaian:[6][19]
MetodePenggunaan tidak tepatPenggunaan tepat
Tanpa kontrasepsi85%85%
Pil kombinasi8%0,3%
Pil progestin saja13%1,1%
Sterilisasi (wanita)0,5%0,5%
Sterilisasi (pria)0,15%0,10%
Kondom (wanita)21%5%
Kondom (pria)18%2%
IUD Tembaga0,8%0,6%
IUD Hormon0,2%0,2%
Koyo8%0,3%
Cincin Vagina9%0,3%
Depo Provera3-6%0,2%
Implan/susuk0,05%0,05%
Diafragma dan spermisida12%6%
Sanggama terputus27%4%
Metode pantang berkala/ sistem kalender~12-25%~1-9%
Metode amenorea laktasi0-7,5%[20]<2%[21]

Metode kontrasepsi meliputi metode barier, kontrasepsi hormonal, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), sterilisasi, dan metode perilaku. Metode ini digunakan sebelum atau selama berhubungan seks sedangkan kontrasepsi darurat efektif hingga beberapa hari setelah berhubungan seks. Efektivitas biasanya dinyatakan sebagai persentase wanita yang hamil setelah menggunakan metode yang diberikan selama tahun pertamanya[22] dan kadang-kadang sebagai tingkat kegagalan seumur hidup di antara metode dengan efektivitas tinggi, seperti pengikatan tuba/saluran falopii.[23]

Metode yang paling efektif adalah yang tahan lama dan tidak memerlukan kunjungan perawatan kesehatan secara terus-menerus.[24] kontrasepsi mantap, kontrasepsi implan, dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) memiliki tingkat kegagalan pada tahun pertama kurang dari 1%.[24] Pil kontrasepsi hormonal, koyo atau cincin, dan metode amenore laktasi (MAL), bila digunakan dengan ketat, juga memiliki tingkat kegagalan pada tahun pertama (atau untuk MAL, enam bulan pertama) kurang dari 1%.[24] Dengan penggunaan yang tidak tepat, tingkat kegagalan pada tahun pertama cukup tinggi, yaitu pada kisaran 3-9%.[24] Metode lain seperti pemahaman fertilitas (metode kalender), kondom, diafragma, dan spermisida memiliki tingkat kegagalan pada tahun pertama yang lebih tinggi, bahkan dengan penggunaan yang tepat.[24]

Meskipun semua metode kontrasepsi memiliki kemungkinan efek yang tidak diinginkan, risikonya lebih kecil dibandingkan risiko kehamilan.[24] Setelah menghentikan atau mencabut berbagai metode kontrasepsi, termasuk kontrasepsi oral, AKDR, implan (susuk) dan suntikan, tingkat kehamilan pada tahun berikutnya sama dengan mereka yang tidak menggunakan kontrasepsi.[25]

Bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan, bentuk-bentuk kontrasepsi tertentu mungkin memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.[26] Sebaliknya, bagi wanita yang sehat, kebanyakan metode kontrasepsi tidak mewajibkan pemeriksaan medis termasuk pil kontrasepsi, suntik atau implan, dan kondom.[27] Secara khusus, pemeriksaan panggul, pemeriksaan payudara, atau tes darah sebelum memulai pil kontrasepsi tampaknya tidak memengaruhi hasil, sehingga tidak diwajibkan.[28][29] Organisasi Kesehatan Dunia pada tahun 2009 mengeluarkan daftar terperinci mengenai kriteria kelayakan masing-masing jenis kontrasepsi.[26]

Hormonal

Kontrasepsi hormonal bekerja dengan mencegah terjadi ovulasi dan fertilisasi.[30] Kontrasepsi hormonal tersedia dalam berbagai bentuk, termasuk pil oral, implan/susuk di bawah kulit, suntikan, koyo, AKDR dan cincin vagina. Saat ini kontrasepsi hormonal hanya tersedia untuk wanita. Ada dua jenis kontrasepsi oral, yaitu pil kontrasepsi oral kombinasi dan pil progestogen saja.[31] Bila dilakukan selama kehamilan, kontrasepsi hormonal tidak meningkatkan risiko keguguran dan maupun kelainan bawaan.[29]

Kontrasepsi hormonal kombinasi diasosiasikan dengan sedikit peningkatan risiko vena dan gumpalan darah arteri; akan tetapi, risikonya lebih kecil dibandingkan dengan risiko yang terkait dengan kehamilan.[32] Karena risiko ini, kontrasepsi hormonal kombinasi tidak disarankan bagi wanita berusia di atas 35 tahun yang masih merokok.[33] Efek pada gairah seksual bervariasi, dengan peningkatan atau penurunan gairah seksual pada beberapa orang, tapi mayoritas tidak mengalami efek tersebut.[34] Kontrasepsi oral kombinasi menurunkan risiko kanker ovarium dan kanker endometrium dan tidak mengubah risiko kanker payudara.[35][36] Kontrasepsi ini sering kali mengurangi perdarahan haid dan nyeri haid.[29] Dosis estrogen yang lebih rendah pada cincin vagina dapat mengurangi risiko nyeri payudara, mual, dan sakit kepala yang diasosiasikan dengan produk-produk dengan dosis estrogen yang lebih tinggi.[35]

Kontrasepsi pil progestin/minipil, suntikan, dan alat kontrasepsi dalam rahim tidak diasosiasikan dengan peningkatan risiko penggumpalan darah dan dapat digunakan oleh wanita yang sebelumnya memiliki gumpalan darah di pembuluh vena mereka.[32][37] Pada mereka yang memiliki riwayat gumpalan darah arteri, kontrasepsi non-hormonal atau metode progestin saja selain versi suntik sebaiknya digunakan.[32] Kontrasepsi pil progestin mungkin meringankan gejala haid dan dapat digunakan oleh wanita menyusui karena tidak mempengaruhi produksi ASI.Perdarahan tak teratur mungkin terjadi pada metode progestin saja, di mana beberapa pengguna melaporkan tidak mengalami haid.[38] Progestin drospirenon dan desogestrel mengurangi efek samping androgen tetapi meningkatkan risiko gumpalan darah, sehingga tidak menjadi pilihan pertama.[39] Tingkat kegagalan pada tahun pertama dari progestin suntik, Depo-Provera, masih diperdebatkan, dengan angka yang bervariasi mulai dari di bawah 1%[40] hingga 6%.[24]

Metode barier

Kondom gulung pria

Kontrasepsi barier adalah perangkat yang berupaya mencegah kehamilan dengan cara menghalangi sperma agar tidak memasuki rahim.[41] Kontrasepsi barier meliputi kondom pria, kondom wanita, sungkup servik, diafragma, dan spons kontrasepsi dengan spermisida.[41]

Kondom adalah metode kontrasepsi yang paling umum digunakan di seluruh dunia.[42] Kondom pria dikenakan di penis pria yang sedang ereksi dan secara fisik menghalangi sperma yang diejakulasi agar tidak memasuki tubuh pasangan seksual.[43] Kondom modern sering kali terbuat dari lateks, tetapi beberapa di antaranya juga terbuat dari bahan lain seperti poliuretan, atau usus domba.[43] Kondom wanita juga tersedia, sering kali terbuat dari nitril, lateks atau poliuretan.[44] Keuntungan kondom pria adalah harganya yang murah, mudah digunakan, dan hanya memiliki sedikit efek samping.[45] Di Jepang, sekitar 80% pasangan yang menggunakan kontrasepsi memakai kondom, sementara di Jerman persentasenya sekitar 25%,[46] dan di Amerika Serikat 18%.[47]

Kondom pria dan diafragma dengan spermisida, dengan penggunaan yang tidak tepat memiliki tingkat kegagalan pada tahun pertama yang serupa, yakni masing-masing 15% dan 16%.[6] Dengan penggunaan yang tepat, kondom lebih efektif dengan tingkat kegagalan pada tahun pertama sebesar 2%, dibandingkan 6% pada diafragma.[6] Kondom memiliki manfaat lain yakni membantu mencegah penyebaran infeksi yang menular seksual seperti HIV/AIDS.[7]

Spons kontrasepsi menggabungkan barier dengan spermisida.[24] Seperti diafragma, spons dimasukkan melalui vagina sebelum berhubungan seksual dan harus ditempatkan di atas serviks agar efektif.[24] Tingkat kegagalan dengan penggunaan yang tidak tepat pada tahun pertama tergantung pada apakah wanita tersebut sudah pernah melahirkan atau belum, yakni 24% pada mereka yang pernah melahirkan dan 12% pada mereka yang belum pernah melahirkan.[24] Spons dapat dimasukkan hingga 24 jam sebelum berhubungan seksual dan harus dibiarkan pada tempatnya selama minimal enam jam sesudahnya.[24] Reaksi alergi[48] dan efek samping yang lebih berat seperti Toxic shock syndrome pernah dilaporkan.[49]

Alat kontrasepsi dalam rahim

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang ada saat ini biasanya merupakan perangkat kecil berbentuk 'T', yang mengandung tembaga atau levonorgestrel, yang dimasukkan ke dalam rahim.[50] AKDR adalah bentuk kontrasepsi reversibel jangka panjang. Tingkat kegagalan pada tahun pertama dengan AKDR tembaga adalah sekitar 0,8% sementara AKDR levonorgestrel memiliki tingkat kegagalan tahun pertama sebesar 0,2%.[6] Di antara berbagai metode kontrasepsi, AKDR, bersama dengan kontrasepsi implan/susuk, memberikan kepuasan terbesar di antara pengguna.[51]

Bukti ilmiah menunjukkan efektivitas dan keamanan AKDR pada remaja[51] dan mereka yang belum pernah memiliki anak.[52] AKDR tidak memengaruhi proses menyusui dan dapat dimasukkan langsung setelah persalinan.[53] AKDR juga dapat digunakan langsung setelah aborsi.[54] Setelah AKDR dikeluarkan, bahkan setelah penggunaan dalam jangka waktu lama, fertilitas segera kembali menjadi normal.[55] AKDR tembaga mungkin meningkatkan perdarahan haid dan menyebabkan kram perut yang lebih sakit,[56] sementara AKDR hormon mungkin mengurangi perdarahan menstruasi atau menghentikan menstruasi.[53] Kemungkinan komplikasi lainnya mencakup ekspulsi (2–5%) dan, yang jarang terjadi, perforasi rahim (kurang dari 0,7%).[53][57] Kram perut dapat diobati dengan OAINS.[57]

Per tahun 2007, AKDR adalah bentuk kontrasepsi reversibel yang paling banyak digunakan, dengan lebih dari 180 juta pengguna di seluruh dunia.[58][59] Model alat kontrasepsi dalam rahim sebelumnya (pelindung Dalkon) diasosiasikan dengan meningkatnya risiko penyakit radang panggul; akan tetapi, risiko tersebut tidak terpengaruh oleh model saat ini pada mereka yang tidak memiliki infeksi yang menular secara seksual pada saat perangkat dimasukkan.[60]

Sterilisasi

Bedah sterilisasi tersedia dalam bentuk tubektomi untuk wanita dan vasektomi untuk pria.[6] Tidak ada efek samping jangka panjang yang signifikan, dan tubektomi mengurangi risiko kanker ovarium.[6] Kemungkinan komplikasi jangka pendek pada vasektomi dua puluh kali lebih kecil dibandingkan tubektomi.[6][61] Setelah vasektomi dilakukan, mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri pada skrotum yang biasanya sembuh dalam waktu satu atau dua minggu.[62] Pada tubektomi, komplikasi terjadi pada 1 sampai 2 persen prosedur di mana komplikasi serius biasanya diakibatkan oleh anestesi.[63] Kedua metode tersebut tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual.[6]

Beberapa wanita menyesali keputusannya: sekitar 5% berusia di atas 30 tahun, dan sekitar 20% berusia di bawah 30 tahun.[6] Pria lebih kecil kemungkinannya untuk menyesali sterilisasi (<5%); usia yang lebih muda, memiliki anak yang masih kecil atau belum memiliki anak, dan pernikahan yang tidak stabil meningkatkan risiko tersebut.[64] Pada sebuah survei yang diadakan pada orang-orang yang telah memiliki anak, 9% menyatakan bahwa mereka akan memilih untuk tidak memiliki anak jika mereka dapat mengulanginya lagi.[65]

Meskipun sterilisasi dianggap sebagai prosedur permanen,[66] ada kemungkinan untuk mencoba pembalikan ligasi tuba untuk menghubungkan kembali tuba Fallopi atau pembalikan vasektomi untuk menghubungkan kembali vas deferens. Pada wanita, keinginan pembalikan sering kali diasosiasikan dengan pergantian pasangan.[66] Tingkat keberhasilan kehamilan setelah pembalikan ligasi tuba adalah antara 31 sampai 88%, dengan komplikasi yang meliputi meningkatnya risiko kehamilan ektopik.[66] Persentase pria yang meminta pembalikan adalah antara 2 sampai 6%.[67] Tingkat keberhasilan memperoleh anak setelah pembalikan berkisar antara 38 sampai 84%; di mana keberhasilan menjadi semakin kecil seiring dengan bertambahnya selang waktu antara prosedur semula dan pembalikan.[67] Ekstraksi sperma yang diikuti dengan fertilisasi in vitro juga dapat menjadi pilihan bagi pria.[68]

Perilaku

Metode perilaku mencakup pengaturan waktu atau cara berhubungan seksual untuk mencegah masuknya sperma ke dalam saluran reproduksi wanita, baik secara keseluruhan atau ketika terdapat sel telur.[69] Bila digunakan dengan tepat, tingkat kegagalan pada tahun pertama mungkin sekitar 3,4%, tetapi bila digunakan dengan tidak tepat, tingkat kegagalan pada tahun pertama dapat mencapai 85%.[70]

Pemahaman fertilitas

Metode pemahaman fertilitas melibatkan penentuan hari paling subur pada siklus haid dan mencegah hubungan seksual yang tidak diproteksi.[69] Teknik untuk menentukan fertilitas meliputi pemantauan suhu tubuh basal, sekresi serviks, atau hari pada siklus.[69] Metode ini biasanya memiliki tingkat kegagalan pada tahun pertama pada penggunaan yang tidak tepat berkisar antara 12% sampai 25%; pada penggunaan tepat, tingkat kegagalan pada tahun pertama bergantung pada sistem yang digunakan dan biasanya berkisar antara 1% sampai 9%.[6] Akan tetapi, bukti yang mendasari perkiraan ini lemah karena sebagian besar orang yang mengikuti uji coba menghentikan penggunaan metode ini secara dini.[69] Secara global, metode ini digunakan oleh sekitar 3,6% pasangan.[71]

Bila didasarkan pada suhu tubuh basal dan gejala primer lainnya, metode ini disebut simtotermal. Tingkat kehamilan yang tidak direncanakan dilaporkan berkisar antara 1% sampai 20% bagi pengguna yang tidak tepat metode simtotermal ini.[72]

Sanggama terputus

Metode sanggama terputus (juga dikenal dengan sebutan coitus interruptus), adalah praktik menghentikan hubungan seksual ("menarik keluar") sebelum ejakulasi.[73] Risiko utama metode penarikan adalah sang pria mungkin tidak melakukan manuver dengan benar atau tepat waktu.[73] Tingkat kegagalan pada tahun pertama bervariasi dari 4% pada penggunaan tepat sampai 27% pada penggunaan yang tidak tepat.[26] Beberapa profesional medis tidak menganggap metode ini sebagai kontrasepsi.[24]

Hanya sedikit bukti terkait kandungan sperma pada cairan pra-ejakulasi.[74] Meskipun beberapa penelitian tentatif tidak menemukan sperma,[74] sebuah uji coba menemukan sperma pada 10 orang dari 27 peserta uji coba.[75] Metode penarikan digunakan sebagai kontrasepsi oleh sekitar 3% pasangan.[71]

Pantang

Meskipun beberapa kelompok telah menganjurkan pantang seksual secara total, yang berarti menghindari segala aktivitas seksual, dalam konteks kontrasepsi istilah tersebut biasanya berarti pantang melakukan hubungan seksual melalui vagina.[76][77] Pantang seksual memang 100% efektif dalam menghindari kehamilan; akan tetapi, tidak semua orang yang ingin pantang dapat menahan diri dari segala aktivitas seksual, dan dalam banyak populasi, terdapat risiko kehamilan yang signifikan dari seks nonkonsensual.[78][79]

Pendidikan pantang seks saja tidak mengurangi kehamilan pada remaja.[5][80] Tingkat kehamilan pada remaja lebih tinggi pada pelajar yang diberikan pendidikan pantang seks saja, dibandingkan mereka yang diberikan pendidikan seks secara menyeluruh.[80][81] Beberapa otoritas menyarankan agar mereka yang menggunakan pantang sebagai metode utama juga memiliki metode cadangan (seperti kondom atau pil kontrasepsi darurat).[82] Seks non-penetrasi seks tanpa keterlibatan vagina dan seks oral seks tanpa keterlibatan vagina juga terkadang dianggap sebagai kontrasepsi.[83] Meskipun biasanya mencegah kehamilan, kehamilan masih dapat terjadi pada seks interkrural dan bentuk seks lain di mana penis berada dekat dengan vagina (seperti menggosok alat kelamin, dan penis yang keluar dari seks anal) karena sperma bisa terkumpul di dekat vagina dan berjalan di sepanjang cairan pelicin vagina.[84][85]

Laktasi

Metode amenorea laktasi melibatkan kondisi infertilitas pospartum alami wanita yang terjadi setelah persalinan dan dapat diperpanjang dengan menyusui.[86] Ini biasanya memerlukan ketiadaan haid, memberikan ASI eksklusif kepada bayi, dan anak di bawah enam bulan.[21] Badan Kesehatan Dunia menyatakan bahwa bila ASI menjadi satu-satunya sumber nutrisi pada bayi, tingkat kegagalan metode ini adalah 2% dalam enam bulan setelah persalinan.[87] Uji coba telah menemukan tingkat kegagalan antara 0% sampai 7,5%.[20] Tingkat kegagalan naik menjadi 4-7% pada usia anak satu tahun dan 13% pada usia dua tahun.[88] Memberikan susu formula, memompa alih-alih menyusui secara langsung, penggunaan empeng, dan memberikan makanan padat menaikkan tingkat kegagalan.[89] Pada mereka yang memberikan ASI eksklusif, sekitar 10% mulai mengalami haid sebelum tiga bulan dan 20% sebelum enam bulan.[88] Pada mereka yang tidak menyusui, fertilitas mungkin kembali normal dalam waktu empat minggu setelah persalinan.[88]

Darurat

Metode kontrasepsi darurat adalah obat (morning-after pill) atau perangkat yang digunakan setelah hubungan seksual yang tidak diproteksi, dengan harapan dapat mencegah kehamilan.[90] Cara kerjanya terutama dengan mencegah ovulasi atau fertilisasi.[91] Ada berbagai pilihan, termasuk pil kontrasepsi dosis tinggi, levonorgestrel, mifepristone, ulipristal dan AKDR.[92] Pil levonorgestrel mengurangi kemungkinan hamil sebesar 70% (tingkat kehamilan 2,2%) ketika digunakan dalam waktu 3 hari setelah seks yang tidak diproteksi atau kegagalan kondom.[90] Ulipristal mengurangi kemungkinan hamil sebesar 85% (tingkat kehamilan 1,4%) hingga 5 hari dan mungkin sedikit lebih efektif dibandingkan levonorgestrel.[90][92][93] Mifepristone juga lebih efektif dibandingkan levonorgestrel, sedangkan AKDR tembaga adalah metode yang paling efektif.[92] AKDR dapat dimasukkan maksimal 5 hari setelah hubungan seksual dan mencegah sekitar 99% kehamilan (tingkat kehamilan 0,1 sampai 0,2%).[91][94] Ini menjadikan AKDR sebagai bentuk kontrasepsi yang paling efektif.[95]

Memberikan morning-after pill kepada wanita di muka tidak memengaruhi tingkat infeksi menular seksual, penggunaan kondom, tingkat kehamilan, atau perilaku seksual yang berisiko.[96][97] Semua metode memiliki efek samping yang minimum.[92]

Perlindungan Ganda

Perlindungan Ganda adalah metode yang digunakan untuk mencegah infeksi yang ditularkan secara seksual dan juga kehamilan.[98] Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kondom saja atau digabungkan dengan alat KB lain atau dengan menghindari seks penetratif.[99][100]Jika kehamilan menjadi kekhawatiran utama, penggunaan kedua metode dalam waktu yang bersamaan masih dapat diterima,[99] dan dua jenis alat KB yang direkomendasikan bagi yang mengonsumsi obat anti-jerawat isotretinoin, karena obat tersebut memiliki risiko tinggi terjadinya cacat lahir bila digunakan selama masa kehamilan.[101]

Efek

Kesehatan

Angka kematian ibu per tahun 2010[102]

Penggunaan kontrasepsi di negara berkembang diperkirakan telah menurunkan jumlah kematian ibu melahirkan sampai denga 40% (kurang lebih 270,000 kematian yang dapat dicegah pada tahun 2008) dan dapat mencegah 70% kematian bila tuntutan untuk pengontrolan kelahiran dapat dipenuhi.[15][16] Keuntungan yang dapat dicapai adalah dengan menurunkan kehamilan yang tidak terencana yang diikuti dengan aborsi tidak aman dan dengan mencegah kehamilan pada ibu-ibu dengan risiko tinggi.[15]

Pengontrolan kehamilan juga memperbaiki kelangsungan hidup anak di negara berkembang dengan memperpanjang jarak waktu di antara kehamilan.[15] Pada populasi ini keluaran kondisi akan lebih buruk ketika seorang ibu hamil kembali delapan belas bulan setelah melahirkan.[15][103] Menunda kehamilan kembali setelah keguguran ternyata tidak mengubah risiko dan para ibu disarankan untuk hamil kembali bila mereka sudah siap.[103]

Kehamilan pada remaja, terutama di antara remaja muda, memiliki risiko terbesar termasuk di antaranya kelahiran sebelum waktunya, berat lahir rendah, dan kematian pada bayi.[10] Di Amerika Serikat 82% kehamilan pada mereka yang berusia di antara 15 dan 19 tahun merupakan kehamilan di luar rencana.[57] Pendidikan seks yang komprehensif dan akses terhadap alat kontrasepsi efektif menurunkan angka kehamilan pada kelompok usia ini.[104]

Pembiayaan

Daftar negara berdasarkan tingkat kesuburan per tahun 2012.

Di negara berkembang, pengendalian kelahiran meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena berkurangnya anak sebagai tanggungan dan meningkatnya keterlibatan perempuan dalam angkatan kerja.[17] Pendapatan, kekayaan, indeks massa tubuh pada perempuan and sekolah anak-anak serta indeks massa tubuh mereka semua mengalami kenaikan dengan meningkatnya kemudahan mengakses alat KB.[17] Keluarga berencana melalui penggunaan kontrasepsi modern adalah salah satu intervensi bidang kesehatan yang paling hemat biaya.[105] Untuk setiap dolar yang dibelanjakan, PBB memperkirakan telah terjadi penghematan dua sampai enam dolar.[106] Penghematan biaya ini berhubungan dengan pencegahan kehamilan tanpa rencana dan menurunkan penularan penyakit menular seksual.[105] Walaupun semua metode yang digunakan sangat bermanfaat secara finansial, penggunaan AKDR tembaga menunjukkan penghematan yang paling banyak.[105]

Total biaya kesehatan untuk kehamilan, melahirkan dan perawatan bayi yang baru lahir di Amerika Serikat pada tahun 2012 secara rata-rata adalah $21.000 untuk proses melahirkan normal dan $31.000 untuk bedah kaisar.[107] Untuk sebagian besar negara lain biayanya kurang dari setengahnya.[107] Untuk setiap anak yang lahir pada tahun 2011, keluarga AS rata-rata akan mengeluarkan $235.000 selama periode 17 tahun untuk membesarkannya.[108]

Prevalensi

Persentasi perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi modern per tahun 2010.

Secara global, pada tahun 2009, sekitar 60% jumlah pasangan yang menikah dan mampu mempunyai anak menggunakan kontrasepsi.[59] Berbagai metode yang digunakan sangat bervariasi di antara negara.[59] Metode yang paling banyak digunakan di negara maju adalah kondom dan kontrasepsi oral, sedangkan di Afrika adalah kontrasepsi oral dan di Amerika Latin serta Asia sterilisasi.[59] Di negara berkembang secara keseluruhan, 35% kontrasepsi menggunakan metode sterilisasi pada perempuan, 30% menggunakan AKDR, 12% dengan kontrasepsi oral, 11% dengan kondom, dan 4% dengan sterilisasi pada laki-laki.[59]

Walaupun lebih jarang digunakan di negara maju dibandingkan dengan di negara berkembang, jumlah perempuan yang menggunakan AKDR sampai dengan tahun 2007, mencapai kurang lebih 180 juta.[58] Menghindari hubungan seks saat masa subur digunakan oleh sekitar 3,6% perempuan dalam usia subur, dengan pengguna yang terbanyak 20% berada di wilayan Amerika Selatan.[109] Sampai dengan tahun 2005, terdapat 12% pasangan yang menggunakan kontrasepsi pada laki-laki (kondom ataupun vasektomi) dengan tingkat yang lebih tinggi di negara maju.[110] Penggunaan kontrasepsi untuk laki-laki menurun pada rentang waktu tahun 1985 dan 2009.[59] Penggunaan kontrasepsi di antara perempuan di Afrika Sub-Sahara meningkat dari 5% pada tahun 1991 menjadi sekitar 30% pada tahun 2006.[111]

Per tahun 2012, 57% perempuan usia subur ingin melakukan pencegahan kehamilan (867 dari 1520 juta).[112] Sekitar 222 juta perempuan mengalami kesulitan untuk mengakses alat kontrasepsi, 53 juta di antaranya berada di Afrika sub-Sahara dan 97 jutanya berada di Asia.[112] Keadaan ini menyebabkan terjadinya 54 juta kehamilan tanpa rencana dan kematian ibu hamil mencapai hampir 80.000 orang dalam satu tahun.[59] Sebagian alasan adanya perempuan yang tidak dapat memperoleh alat kontrasepsi adalah karena banyak negara mencegah hal ini dengan alasan agama atau politis,[6] sedangkan hal lain yang menyumbangkan keadaan ini adalah kemiskinan.[113] Dengan adanya hukum yang ketat mengenai aborsi di Afrika Sub-Sahara, banyak perempuan menjadi pelaku aborsi tanpa izin untuk kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga menyebabkan terjadinya sekitar 2-4% aborsi yang tidak aman setiap tahun.[113]

Sejarah

Koin perak kuno dariCyrene menunjukkan gambar batang silfium

Papirus Eber dari 1550 SM dan Papirus Kahun dari 1850 SM yang berasal dari Mesir mengandung tulisan paling awal yang mendeskripsikan tentang pengendalian kelahiran, menggunakan madu, daun akasia dan serat yang diletakkan di vagina untuk menghalangi sperma.[114][115] Lukisan Mesir kuno juga menunjukkan penggunaan kondom.[46] Kitab Kejadian mereferensikan sanggama terputus, atau koitus interuptus, sebagai suatu metode pengendalian kelahiran ketika Onan "menumpahkan benih" (ejakulasi) di tanah sehingga mencegah kehamilan pada istri saudara laki-lakinya yang meninggal Tamar.[114] Dalam kepercayaan Bangsa Yunani kuno silfium digunakan untuk pengendalian kelahiran/kontrasepsi, yang karena efektif dan disukai, sering dimanfaatkan hingga akhirnya punah.[116] Pada abad pertengahan di Eropa, semua usaha untuk mencegah kehamilan dianggap tidak bermoral oleh Gereja Katolik.[114] Diperkirakan para perempuan di masa itu menggunakan berbagai cara untuk mencegah kehamilan seperti sanggama terputus dan memasukkan akar tanaman lili dan inggu ke dalam vagina (dan, selain itu juga membunuh bayi setelah lahir).[117] Casanova (1725-1798), selama Italian Renaissance menggambarkan penggunaan penutup kulit domba untuk mencegah kehamilan; namun demikian,ketersediaan kondom secara umum tidak terjadi hingga abad ke-20.[114] Pada tahun 1909, Richard Richter mengembangkanalat kontrasepsi dalam rahim pertama dari isi perut ulat sutra, yang selanjutnya dikembangkan dan dipasarkan di Jerman oleh Ernst Gräfenberg di akhir tahun 1920an.[118] Pada tahun 1916 Margaret Sangermembuka klinik pengendalian kelahiran/kontrasepsi pertama di Amerika Serikat yang menyebabkan dia ditahan.[114] Diikuti dengan dibukanya klinik lain pada tahun 1921 di Inggris, oleh Marie Stopes.[114] Gregory Pincus dan John Rockdengan mendapat bantuan dari Planned Parenthood Federation of America mengembangkan pil anti hamil pada tahun 1950an yang kemudian tersedia secara meluas sekitar tahun 1960an.[119] Aborsi medis menjadi alternatif disamping aborsi melalui tindakan operasi dengan tersedianya analog prostaglandin pada tahun 1970an dan tersedianya mifepriston pada tahun 1980an.[120]

Masyarakat dan budaya

Posisi hukum

Perjanjian hak asasi manusia mewajibkan sebagian besar pemerintah untuk menyediakan informasi serta layanan keluarga berencana dan kontrasepsi. Ini mencakup kewajiban membuat rencana nasional untuk layanan keluarga berencana, menghapus aturan dan undang-undang yang membatasi akses ke keluarga berencana, memastikan tersedianya berbagai metode kontrasepsi yang aman dan efektif termasuk kontrasepsi darurat, memastikan adanya tenaga perawatan kesehatan yang terlatih serta fasilitas dengan harga yang terjangkau, dan membuat proses untuk meninjau program yang telah dilaksanakan. Bila pemerintah gagal untuk melakukan hal-hal di atas, mereka bisa dianggap melanggar kewajiban perjanjian internasional.[121]

PBB meluncurkan gerakan Every Woman Every Child untuk menilai kemajuan dalam memenuhi kebutuhan kontrasepsi wanita. Prakarsa tersebut bertujuan meningkatkan jumlah pengguna kontrasepsi modern sebanyak 120 juta wanita di 69 negara termiskin di dunia pada tahun 2020. Selain itu, mereka ingin menghapus diskriminasi terhadap anak perempuan dan perempuan muda yang mencari kontrasepsi.[122]

Pandangan religius

Setiap agama mungkin memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang etika kontrasepsi.[123] Gereja Katolik Roma secara resmi hanya menyetujui keluarga berencana alami,[124] meskipun demikian banyak umat Katolik di negara maju yang menerima dan menggunakan metode kontrasepsi modern.[125][126][127] Ada beragam pandangan di antara kalangan Protestan, mulai dari yang tidak mendukung sama sekali hingga yang memperbolehkan semua metode kontrasepsi.[128] Pandangan dalam agama Yahudi juga beragam, mulai dari kalangan Ortodoks yang lebih ketat hingga kalangan Reformasi yang lebih liberal.[129] Umat Hindu boleh menggunakan kontrasepsi alami maupun buatan.[130] Umat Budha umumnya dapat menerima pencegahan pembuahan, tetapi tidak memperbolehkan intervensi setelah terjadinya pembuahan.[131]

Dalam agama Islam, kontrasepsi diperbolehkan bila tidak membahayakan kesehatan, meskipun penggunaannya tidak dianjurkan oleh sebagian kalangan Muslim.[132] Al-Quran tidak memberikan pernyataan eksplisit mengenai moralitas kontrasepsi, tetapi berisi pernyataan yang menganjurkan untuk memiliki anak. Nabi Muhammad juga dilaporkan pernah mengatakan untuk "menikah dan menghasilkan keturunan".[133]

Hari Kontrasepsi Dunia

26 September adalah Hari Kontrasepsi Dunia, yang didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi, dengan visi sebuah dunia di mana setiap kehamilan diinginkan.[134] Hari Kontrasepsi Dunia didukung oleh sekelompok pemerintah dan LSM internasional, termasuk Asian Pacific Council on Contraception, Centro Latinamericano Salud y Mujer, European Society of Contraception and Reproductive Health, German Foundation for World Population, International Federation of Pediatric and Adolescent Gynecology, International Planned Parenthood Federation, Marie Stopes International, Population Services International, Population Council, United States Agency for International Development (USAID), dan Women Deliver.[134]

Kesalahpahaman

Ada beberapa kesalahpahaman umum terkait seks dan kehamilan.[135] Membilas vagina setelah berhubungan seksual bukan merupakan metode kontrasepsi yang efektif.[136] Selain itu, tindakan ini diasosiasikan dengan sejumlah masalah kesehatan, sehingga tidak disarankan.[137] Wanita bisa hamil saat mereka pertama kali melakukan hubungan seksual [138] dan dengan posisi hubunganseksual apa pun.[139] Ada kemungkinan, walaupun sangat kecil, untuk hamil selama haid.[140]

Penelitian

Wanita

Peningkatan metode kontrasepsi yang ada sangat diperlukan, karena sekitar lima puluh persen wanita yang hamil tanpa direncanakan sedang menggunakan kontrasepsi pada saat itu.[24] Sejumlah perubahan pada metode kontrasepsi yang ada sedang dipelajari, termasuk kondom wanita yang lebih baik, diafragma yang lebih baik, koyo yang hanya mengandung progestin, dan cincin vagina yang mengandung progesteron yang tahan lama.[141] Cincin vagina ini tampaknya efektif selama tiga atau empat bulan dan saat ini tersedia di beberapa area di dunia.[141]

Sejumlah cara untuk melakukan sterilisasi melalui serviks sedang diteliti. Salah satunya adalah penempatan kuinakrina di rahim yang menyebabkan luka parut dan infertilitas. Meskipun prosedur tersebut tidak mahal dan tidak membutuhkan keahlian bedah, ada kekhawatiran mengenai efek samping jangka panjang.[142] Zat lain, polidokanol, yang bekerja dengan cara yang sama juga sedang diteliti.[141] Perangkat bernama Essure, yang mengembang ketika diletakkan di tuba fallopi dan menjadi penghalang, sudah disetujui di Amerika Serikat pada tahun 2002.[142]

Pria

Metode kontrasepsi pria meliputi kondom, vasektomi, dan sanggama terputus.[143] 25% sampai 75% pria yang aktif secara seksual akan menggunakan kontrasepsi hormonal seandainya tersedia bagi mereka.[110][143] Sejumlah metode hormonal dan non-hormonal sedang diuji coba,[110] dan beberapa penelitian sedang mempelajari kemungkinan vaksin kontrasepsi.[144]

Metode bedah reversibel yang sedang diteliti adalah penghalangan sperma reversibel dengan panduan (RISUG) yang meliputi penyuntikan sebuah gel polimer, stirena maleat anhidrida pada dimetil sulfoksida, ke dalam vas deferens. Suntikan dengan natrium bikarbonat membersihkan zat tersebut dan mengembalikan fertilitas. Metode lainnya adalah perangkat intravas yang melibatkan penempatan sumbat uretana ke dalam vas deferens untuk menghalanginya. Kombinasi androgen dan progestin terlihat menjanjikan, begitu juga dengan modulator reseptor androgen selektif.[110] Ultrasonik dan metode untuk memanaskan testikel sedang diteliti dalam tahap awal.[145]

Hewan lain

Penetralan atau pemandulan, yang melibatkan pengangkatan sejumlah organ reproduksi, sering dilakukan sebagai metode kontrasepsi pada hewan peliharaan di rumah. Banyak tempat perlindungan hewan yang mewajibkan prosedur ini sebagai bagian dari perjanjian adopsi.[146] Pada hewan-hewan besar, tindakan bedahnya dikenal dengan nama kastrasi.[147] Kontrasepsi juga sedang dipertimbangkan sebagai alternatif dari perburuan untuk mengendalikan kelebihan populasi hewan liar.[148] Vaksin kontrasepsi ditemukan efektif pada sejumlah populasi hewan yang berbeda.[149][150]

Referensi

Bacaan lebih lanjut

Pranala luar