Suku Tajik

grup etnis Iranian yang berasal dari Afganistan, Tajikistan, dan Uzbekistan

Etnis Tajik (Persia Iran: تاجيک), (Latin: Tājīk/Tojik), (Persia Tajik: Тоҷик) atau Persia Tajik ditujukan kepada penduduk berbahasa Persia yang berasal dari Iran,[14] dengan tempat tinggal asal sekarang ini berada di Afganistan, Tajikistan, dan selatan Uzbekistan. Sebagian kecil juga menetap di Iran dan Pakistan; mereka kebanyakan merupakan pengungsi dari Afganistan.[15]

Tājīk
(تاجیک Тоҷик)

Baris ke-1: Ibnu Sina • Jalaluddin Rumi •
Baris ke-2: Emomali Rahmon • Burhanuddin Rabbani
Jumlah populasi
ca. 40 hingga 41 juta
Daerah dengan populasi signifikan
 Afganistan
                  (perkiraan beragam)
16,900,000
17,900,000[1]
[2]
 Tajikistan6,000,000[3]
 Uzbekistan
    (suggestive estimates)
1,770,000
15,000,000[4]
[5]
 Pakistan1,220,000[6]
 Iran500,000[7]
 Rusia120,000[8]
 Jerman90,000[9]
 Qatar87,000[butuh rujukan]
 Amerika Serikat52,000[10]
 Kirgizstan47,500[11]
 Tiongkok41,028[12]
 Kanada15,870[13]
Bahasa
Persia
Dari dan Tajik dan Bahasa Pamiri
Agama
Islam (sebagian besar Sunni (Mazhab Hanafi), dan Syiah (Dua belas imam dan Ismailiyah) sebagai minoritas)

Perbedaan Bangsa Tajik dan Uzbek

Orang-orang Bukhara bicara Bahasa Tajik. Tetapi yang berkibar di sini adalah bendera Uzbekistan. Di antara kakak-beradik Stan, Uzbekistan dan Tajikistan adalah yang paling dekat kekerabatannya secara kultural dan historis. Susah membedakan mana yang murni kultur Uzbek, mana yang eksklusif punya Tajik. Bangsa Uzbek dan Tajik sudah lama hidup menetap, memeluk Islam, dan saling berinteraksi satu sama lain selama berabad-abad. Perkawinan antar suku pun sudah berlangsung sejak zaman nenek moyang mereka.

Perbedaan yang paling mencolok antara orang Uzbek dan Tajik adalah bahasa. Bahasa Uzbek masih sekeluarga dengan Bahasa Turki, sedangkan Tajik sekeluarga dengan Bahasa Persia di Iran. Raut wajah pun sedikit berbeda, yaitu orang Uzbek kental unsur Mongoloidnya, dengan mata yang agak lebih sipit. Orang Tajik wajahnya lebih mirip ras Kaukasus, dengan hidung super mancung, kulit putih, dan mata lebar.

Sebenarnya adalah para pemimpin Soviet-lah yang mendirikan negara-negara Asia Tengah, habitat bagi suku-suku yang diciptakannya. Tahun 1929, Tajikistan dipecah dari Uzbekistan, yang semula keduanya disebut Sart. Orang-orang berbahasa Persia ini dikasih gunung-gunung dan desa-desa di bagian timur, miskin sumber daya alam. Dushanbe, yang merupakan desa kecil tanpa sejarah, dijadikan ibu kota Tajikistan. Sedangkan Bukhara dan Samarkand, pusat peradaban orang-orang Tajik berbahasa Persia, tetap menjadi milik Uzbekistan.

Inilah titik mula perseteruan abadi antara Uzbekistan dan Tajikistan. Tajikistan beranggapan, Bukhara dan Samarkand harus jadi wilayah Tajikistan, karena dihuni oleh orang-orang Tajik dan berbahasa Tajik. Zaman dulu, bahasa Persia adalah bahasanya orang berpendidikan dan Bahasa Turki dipinggirkan. Apa pun sukunya, bahasanya tetap Persia. Sultan-sultan di Asia Tengah waktu itu, kebanyakan orang Turki, tetapi pemerintahannya semuanya berbahasa Persia. Termasuk di antaranya Sultan Seljuk dengan hulubalang Persianya yang termashyur, Nizam-al-Mulk. Kota-kota peradaban dan pemerintahan, seperti Samarkand dan Bukhara, tentu menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan Persia. Sedangkan desa-desa di pinggiran, habitatnya rakyat jelata, masih berbahasa Turki. Beberapa abad berselang, bahasa Turki menghasilkan bahasa Uzbek, dan bahasa Persia di Asia Tengah menjadi bahasa Tajik. Orang-orang di pusat kota Samarkand dan Bukhara semua berbahasa Tajik, dikelilingi oleh desa-desa yang penduduknya cuma bisa bertutur dalam bahasa Uzbek.

Menariknya, aturan gramatika dan kosakata bahasa Uzbek diadopsi begitu saja untuk memperkaya kosakata Tajik Bukhara, yang membuat dialek ini semakin jauh berbeda dari bahasa Persia mainstream di Iran, Afghanistan, dan Tajikistan. Menariknya, bahasa Uzbek sendiri adalah bahasa Turki yang sekitar 60 persen kosakatanya berasal dari bahasa Persia atau Tajik.[16]

Referensi

Pranala luar