Propaganda Internet tajaan negara

Pengguna boneka tajaan negara seringkali ialah para pengguna Internet yang dibayar pemerintah sesebuah negara dengan tujuan memberikan pendapat melalui ulasan atau komentar dalam talian, menyangkali masyarakat yang membangkang atau mengecam apa yang dikhabarkan dari pihak pemerintah, atau mengubah persepsi dari apa yang menjadi pandangan dominan (sering kali melalui astroturfing).

Berikut adalah senarai pihak yang diketahui atau dituduh pemergunaan untuk tujuan propaganda di Internet dengan tajaan diberikan negara:

Asia-Pasifik

Rantau Nusantara

 Malaysia

Kerajaan Malaysia pada ketika dahulu diketahui mengupah pengulas maya tertentu (dengan nama cybertrooper atau "lasykar siber/maya") dengan tujuan menyatakan pujian terhadap parti pemerintah melalui penyebaran gambar, teks dan slogan politik daripada akaun-akaun baru dibuat.[1] Antara contoh misalnya: pengecaman terhadap para penganut Islam Syiah[2] meskipun Malaysia sendiri merupakan pihak menandatangani Risalah Amman yang menerima sesetenagah aliran mazhab Syiah serta melarang pentakfiran ke atas aliran-aliran tersebut.

 Indonesia:

Pemerintah Indonesia didapati menaja atau "mensponsor" suatu pasukan "troll" - para anggotanya diberi nama "buzzer" - untuk menyebarkan propaganda mengecam pergerakan memperjuangkan kemerdekaan Papua dan Papua Barat dari Indonesia serta memberi sokongan kepada penjawat sedia ada semasa pilihan raya presiden 2019.[3][4]

Pada sisi lain pula, Joko Widodo menuduh pihak pembangkang (atau "oposisi") menggunakan propaganda bersumber Rusia untuk menyelar pemerintahannya.[5]

 Singapura:

Parti pemerintah Parti Tindakan Rakyat resmi dikhabarkan membentuk dua pasukan dipimpin oleh anggota Parlimen Singapura dari parti ini untuk bekerja secara awanama untuk melawan kritikan parti di dunia maya - satu pasukan menstrategikan mepen dan pasukan lainnya melaksanakan strateginya [6] Terdapat juga orang-orang pro-partai yang dikenal sebagai 'Internet Brigade'[7] yang dinyatakan tiada afiliasi atau resmi dilantik parti, namun tetap membentuk kelompok sosial media dan laman web untuk 'membela' partai berkuasa di dunia maya dan mengkritik situs-situs web sosiopolitik yang mengkritik pemerintah dan para anggota parti oposisi.

Mereka memiliki informasi tentang detail peribadi kandidat yang dimajukan dari partai mereka dan acara-acara yang tak banyak diketahui dan anggota parlimen yang terpilih menjadi anggota mereka, sering kali mereka memiliki anggota-anggota awanama, terkadang dengan pengenalan yang diganti atau dipalsukan, berulang kali memposkan artikel-artikel yang mereka publikasikan di forum-forum internet dan sosial media[8][9]

Rujukan