Nadia Murad

Nadia Murad Basee Taha (Arab: نادية مراد; bahasa Kurdi: نادیە موراد; kelahiran 1993) adalah seorang aktivis hak asasi manusia Yazidi,[1][2] nominee Nobel Perdamaian[3][4] dan sejak September 2016 menjadi Goodwill Ambassador pertama untuk Martabat Korban Perdagangan Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa.[5] Ia diculik dan diambil oleh Negara Islam pada Agustus 2014.[6]

Infobox orangNadia Murad

Nama dalam bahasa asli(ar) نادية مراد
Biografi
Kelahiran10 Maret 1994 (30 tahun)
Kocho
Duta persahabatan
16 September 2016 –
Data pribadi
AgamaYazidisme
Kegiatan
SpesialisasiHak asasi manusia
Pekerjaanpenceramah, aktivis, aktivis politik
Periode aktif2014  –
22 Mei 2022World Economic Forum Annual Meeting 2022
Karya kreatif
Karya terkenal

Situs webnadiasinitiative.org
Facebook: NadiaMuradBasee Twitter: NadiaMuradBasee Instagram: nadia_murad Goodreads author: 16473543

Pada tahun 2018 dia dan dokter Denis Mukwege mendapat anugerah Penghargaan Nobel Perdamaian karena "upaya mereka untuk mengakhiri penggunaan kekerasan seksual dalam situasi perang dan konflik bersenjata."

Penculikan Nadia Murad

Saat ditangkap oleh ISIS pada 15 Agustus 2014, Nadia masih berusia 19 tahun. Ia berasal dari Sinjar, sebuah desa yang terletak di wilayah Irak utara yang sebagian besar dihuni oleh komunitas Yazid dan Kurdi.[7] Komunitas Yazidi memeluk sebuah kepercayaan kuno yang meyakini satu Tuhan dan pemimpin malaikat yang digambarkan dalam wujud seekor burung merak.[8]

ISIS melakukan penyerangan di desa tersebut dan dalam satu jam, lebih dari 300 pria, wanita, dan anak-anak menjadi korban. Enam saudara laki-laki Nadia dibunuh dalam peristiwa itu karena mereka menolak masuk Islam. Ibunya pun dibunuh oleh ISIS.[7]

Orang-orang yang selamat dalam peristiwa tersebut diculik dan dibawa ke Mosul, markas ISIS. Nadia menjadi salah satu orang dalam penculikan tersebut. Selama tiga bulan, ia menjadi tawanan ISIS.[7] Ia kerap disiksa dengan cara dipukuli dan diperkosa. Para perempuan Yazid yang menjadi tawanan itu dijual di pasar budak yang diselenggarakan oleh ISIS. Nadia juga dipaksa untuk menikah dengan salah satu anggota ISIS, memakai make up dan pakaian yang ketat, seperti banyak wanita ISIS lainnya.[8]

Pelarian Nadia Murad

Nadia pernah melarikan diri melalui jendela, tetapi ia tertangkap oleh milisi ISIS yang sedang bertugas. Kemudian, Nadia dimasukkan ke dalam sebuah sel lalu diperkosa oleh semua milisi ISIS yang berada di sana. Sejak saat itu, Nadia tidak ingin lagi meloloskan diri. Namun, saat seorang milisi ISIS berkata bahwa Nadia akan dijual, Nadia berpikir bahwa itu kesempatan yang ia punya untuk meloloskan diri.[9]

Saat milisi itu keluar, Nadia memutuskan untuk meninggalkan rumah tempat ia akan dijual. Ia mendatangi rumah salah satu tetangga yang ternyata tidak ada kaitannya dengan ISIS. Keluarga muslim asal Mosul tersebut menolong Nadia dengan memberikannya sebuah abaya hitam dan kartu identitas yang baru. Mereka pun membawanya ke perbatasan.[9]

Nadia berhasil melewati perbatasan dan selamat wilayah Kurdi. Di sana ia bergabung dengan pengungsi Yazid lainnya. Ia pun diberitahu bahwa keenam saudara laki-laki dan ibunya telah dibunuh. Dengan bantuan organisasi yang membantu orang-orang Yazid, Nadia berhasil bertemu salah satu saudaranya di Jerman.[9]

Referensi

Pranala luar


🔥 Top keywords: Liga Champions UEFAPiala Asia U-23 AFC 2024YandexAmicus curiaeHalaman UtamaDuckDuckGoIstimewa:PencarianFacebookTanda titik duaJepangManchester City F.C.TwitterReal Madrid C.F.KleopatraLiga Champions UEFA 2023–2024Kualifikasi Piala Asia U-23 AFC 2024FC Bayern MünchenBerkas:Youtube logo.pngYouTubeMinal 'Aidin wal-FaizinSiksa Kubur (film)Gunung RuangFC BarcelonaFree FireAhmad Muhdlor AliIndonesiaXXNXXIranCerezo OsakaBadarawuhi Di Desa PenariBaratPersija JakartaDubaiMadridInstagramTikTokAnjungan tunai mandiriTim nasional sepak bola Indonesia