Jawawut

Jawawut[4][5] atau jewawut adalah sejenis tumbuhan bijirin kecil berupa sekoi yang tumbuh di benua Asia.

Jawawut
Malai jawawut muda
Pengelasan saintifik
Alam:
(tanpa pangkat):
Angiospermae
(tanpa pangkat):
Monokotil
(tanpa pangkat):
Commelinids
Order:
Keluarga:
Poaceae
Subkeluarga:
Panicoideae
Genus:
Setaria
Spesies:
S. italica
Nama binomial
Setaria italica
(L.) P.Beauv.[1]
Sinonim
  • Panicum italicum L., 1753[2] (basionym)
  • Panicum viride subsp. italicum (L.) Asch. & Graebn.
  • Panicum viride var. italicum (L.) Backer
  • Chaetochloa italica (L.) Scribn.

sinonim selengkapnya, lihat pada The Plant List.[3]

Ia pernah menjadi makanan ruji masyarakat Asia Timur dan Asia Tenggara sebelum padi dikenali tamadun-tamadun sana. Tumbuhan ini adalah yang pertama kali dibudidayakan di antara berbagai jenis sekoi dan sekarang menjadi sekoi yang terluas penanamannya di seluruh dunia, dan yang terpenting di Asia Timur.

Penamaan

Tumbuhan ini mempunyai banyak nama setempat serata kepulauan Nusantara antaranya, jawa (Plb.); jaba ikur (Bat.); jaba uré (Toba); jĕlui (Riau); sĕkui (Mly.); sĕkuai, sakui, sakuih (Min.); randau (Lamp.); jawae (Day.)[specify]; jawawut, kunyit, sekul (Sd.); jawawut, juwawut, otèk (Jw.); jhâbâ , jhâghung jhâbâ, jhâbalèk (Md.); jawa sĕmi, jawawut (Bl.); botai, boté, wotei, batung, wetung, gětung (aneka dialek di Sulut)[specify]; batang, bětěng, wětěng, bané, bailo, wailo (Sulsel)[specify]; botoh, sain (Timor); hotong, atong, hetene, hetenu (Ambon); hétan (Wetar); wetan (Solor); botan (Kai, Tanimbar); bètèn, fètèn (Buru); bobootĕné, botĕmé (Hal.); futu (Ternate & Tidore).[6]

Nama Pulau Jawa acap dikaitkan dengannya.

Botani

Malai jawawut, hasil ladang di Tabir Barat, Merangin, Jambi

Jawawut adalah tanaman semusim seperti rumput, yang dapat mencapai ketinggian 150(–175) cm. Batangnya tegak, kadang-kadang bercabang. Daun-daunnya tunggal, berseling, bentuk garis atau pita, 15–30(–50) cm × 0,5–2,5(–4) cm, meruncing di ujung, tulang daun tengahnya menonjol; dengan pelepah sepanjang 10–15(–25) cm, gundul atau sedikit berambut, lidah (ligula) pendek, berjumbai.[7]

Jambaknya rapat menyerupai "rambut" dan dapat mencapai panjang 30 cm, sehingga orang Inggeris menamakannya "sekoi ekor rubah" (foxtail millet). Bulirnya kecil, hanya sekitar 3mm diameternya, bahkan ada yang lebih kecil. Warna bulir beraneka ragam dari hitam, ungu, merah sampai jingga keperangan.

Kegunaan

Catatan dari Cina menunjukkan paling tidak juwawut telah dibudidayakan pada sekitar 5.000 tahun sebelum Masehi[7]. Pada saat itu, juwawut menjadi satu-satunya bijirin yang dibudidayakan di sana. Dari Cina, tanaman ini kemudian menyebar ke barat, hingga mencapai Eropah pada sekitar alaf ketiga[7] sebelum Masihi. Orang Romawi telah mengenal dan membudidayakannya sehingga dikenal pula sebagai "sekoi Itali". Rumphius mencatat bahwa hotton atau botton ini ditanam orang di Bali, Makassar, dan Buru, tetapi tidak dalam jumlah besar. Mereka memasaknya dengan santan kelapa hingga menjadi bubur.[8]

Terdapat dua kelompok jenis biologi, yang pertama adalah jewawut yang biasa dimakan orang, S. italica var. italica, dan yang kedua adalah yang biasa dijadikan dedak burung iaitu S. italica var. moharica.

Selain bijinya, sisa dedaun jawawut juga menghasilkan hijauan makanan ternak; sehingga 15-20 ton sisa hijau dan 3.5 tan jerami dapat terhasil dari sehektar jawawut yang ditanam.[9]

Catatan kaki

Pautan luar